Puteri mengawasi sepatu yang berada ditempat sepatunya dengan wajah muram. Kenapa tak juga ada seorang pangeran yang membawakan pasangannya kepadanya? Pangeran yang sempurna dengan segala ketampananya...
Puteri jadi merasa sedih, dia duduk di dekat jendela kamarnya... mengawasi segala pemandangan melewati pondoknya yang mungil dan dirambati bunga.
Ketika berada dalam pesta dansa kemarin malam.... sesungguhnya dia telah berhasil berdansa bersama seorang pemuda. Badannya tegap, orangnya sopan... dan mengenakan topeng yang menutupi hampir ¾ wajahnya. Namun puteri masih bisa melihat raut wajahnya yang tegas, pasti sebenarnya orangnya sangat tampan. Dia tidak banyak bicara pada puteri tadi malam... hanya menanyakan siapa nama puteri, dan puteri menjawabnya dengan muka merah padam... berkata bahwa namanya puteri, hanya puteri saja.
Dan pemuda itu tertawa, sambil bertanya, “apa tidak ada tambahan cinderella-nya?”
Puteri makin tenggelam dalam rona wajahnya. Tidak..., dia hanya seorang ‘puteri’, hanya bernama puteri, bukan benar-benar seorang puteri. Dan adapun dalam hatinya..., puteri berharap andai saja dia bisa menjadi sang Cinderella... mungkinkah pemuda ini pangerannya?
Sebenarnya tidak ada yang berkata jika lewat jam 12 malam puteri akan menjadi kodok atau apapun... termasuk dandanannya yang sempurna akan hilang, tapi puteri sedemikian inginnya menjadi cinderella. Dia melepaskan tangan pangeran yang masih mendekapnya di lantai dansa, dan berlari keluar dari hall. “Hei puteri!” pemuda itu berteriak memanggil namanya.
“aku harus pergi!” puteri merasa menikmati setiap kalimat yang diucapkannya. Inilah saatnya..., dan dia bisa mewujudkan mimpinya menjadi cinderella, puteri tidak peduli apakah itu hanya obsesi gila yang tersisa dari masa kanak-kanaknya semata.
Puteri mulai menuruni tangga, dan membuatnya seanggun yang ia bisa, pemuda itu masih mengejarnya, dan dipertengahan tangga... puteri meloloskan sebelah sepatunya disana. Berharap pemuda itu menemukannya, dan menggunakan sepatu warna biru transparan itu untuk mencarinya. Dan menemukannya, dan mereka bisa hidup bahagia selamanya, seperti dalam dongeng.
@@@
Puteri menunggu saat-saat dimana sepatunya akan kembali, dan dia mengisinya dengan menggunakan baju-baju lusuh model jaman dulu dirumahnya. Ibunya selalu bertanya-tanya mengapa? Tapi puteri tidak pernah mau menjawab, dia menyimpan jawaban untuknya sendiri. Tidak seperti gadis seusianya dia suka sekali melakukan semua pekerjaan rumah yang kadang begitu berat untuk dikerjakan sendiri. Mungkin dengan begini... sang pangeran akan cepat datang, pikir puteri.
Semakin hari ibunya semakin merana melihat tingkah puteri yang aneh. Dia khawatir dengan keadaan psikologi puteri. Apakah anak itu kejiwaannya sedang bermasalah??? Ibu sering bertanya diam-diam. Meskipun dia hanya ibu tiri, tapi ibu sangat menyayangi puteri. Setelah ayah kandung puteri meninggal, ibu seorang diri merawat puteri bagaikan anak kandungnya sendiri. Beliau sudah jatuh cinta saat pertama kali menggendong puteri.
Tapi kadang ibu bersedih karena puteri seolah menjaga jarak dengannya, jarak yang terlalu jauh... saat ini. Apa mungkin gadis itu masih berpikir bahwa ibu tiri orang yang jahat? Ibu sering memergoki gadis itu menangis sambil membaca buku tebal yang penuh gambar berwarna sambil menjerit tertahan, “kau benar-benar sama denganku! Kau benar-benar sama denganku!” dan ketika ibu berhasil melihat buku apa yang dibaca puteri, tertulis benar si sampulnya yang indah dan tebal : CINDERELLA.
@@@
Suatu pagi, seorang pemuda datang ke pondok puteri. Dia menatap setiap detil rumah itu dalam-dalam. Dia datang dengan baju bajanya, serta perisai dan pedang. Jelas terlihat dia seorang ksatria. Wajahnya simpatik, meski tidak terlalu tampan. Dia mengetuk pelan rumah puteri dan ibu muncul membukakannya. Pemuda itu menemukan puteri sedang menangis di dekat jendela kamarnya, menatap sedih pada sepatu.
“Puteri?” puteri menengok dan terpana menatap ksatria itu.
“aku mencarimu kemana-mana,” ksatria itu tersenyum.
“siapa kau?” tanya puteri dalam tangisnya.
“kau lupa? Bukankah kita berdansa waktu i...,”
“Bukan! Aku berdansa dengan pangeran! Bukan dengan ksatria seperti kau! Menakutkan!” teriak puteri. Ksatria langsung menunduk. Baru saja ibu menceritakan padanya tentang puteri, benar kata ibu. Gadis itu terlalu terobsesi pada dongeng cinderella.
Ksatria itu mendekat, tapi puteri mundur menjauh.
“Aku ingin pangeran! Mana dia?”
“Tapi aku menemukan sepatumu... kau pasti kehilangannya dan tidak bisa memakainya. Aku tidak bisa memikirkan kau hanya memakai sebelah sepatu,” ksatria berkata dengan suaranya yang tenang dan dalam. Seraya menunjukkan sepatu puteri yang tertinggal.
“ti.... tidak...,” kata puteri terbata-bata. Memang sepertinya dia mengenal suara ksatria yang sangat sama dengan suara pemuda yang berdansa dengannya di hall. Tapi puteri mengingkarinya sendiri.
Spontan, ksatria merengkuh puteri dalam pelukannya. Puteri mencium aroma sabun yang sama dg pemuda di hall dansa. “kau hanya sedang mengingkari kenyataan... aku tau sebenarnya kau tau bahwa aku yang bersamamu di hall dansa,” kata ksatria halus. Tangis puteri semakin keras saja.
“tidak perlu jadi cinderella untuk bahagia puteri... kau harus yakin itu,” kata ksatria lagi, dan puteri merasa dadanya penuh terisi sesuatu yg hangat, yang menjalar kejantung dan hatinya. Apakah itu yang dinamakan dengan perasaan bahagia??? Mungkin puteri bisa menanyakannya lagi nanti, pada ksatria.
@@FIN@@
i love fairy tales, i love a princess, i love this story. hmm.. mungkin suatu saat kita bisa penuhi dunia dengan dongeng, cerita anak yang sedikit dimanipulasi agar terlihat indah dan bermakna. wkwkwkwk
ReplyDeletebtw,kapitalisasi hurup pertama pada nama inget jeung, :P
yapsss...yapsss.. ini versi kasaran neng. harus diakui sih... saya kalo nulis suka cuek... selesai dulu baru diedit.. ahahahaha. dan biasanya editor yang nanganis (waduh! egois yah saya)
ReplyDeletewaduh sepatu saya mana ya kok ilang hehehehe
ReplyDeletehahahahahah sapetumu digondol kucing slam
ReplyDeletedek hahaha iya itu social girlnya dipasang yah jadi banner ?
ReplyDeletewew...mas cuman mau testing aja di google, ngetik nama "anindya rahadi" dan artikel paling atas adalah artikel ini...
btw lagi nyari tombbol tweet me kok ndak ada ya?
nona sukanya jadi rapunzel tante an, hehehe
ReplyDelete