taken from random |
Entah mulai sejak kapan. Hari minggu jadi lebih indah ketimbang hari-hari lain. Bagiku hari itu sakral. Setiap kali hari senin, aku masih agak merasa riang. Namun ketika hari mulai bergulir jadi selasa, rabu.. begitu lambat rasanya dan sabtu pagi hingga jam dua belas malam adalah keadaan yang paling menyiksaku.
Sementara ketika jam mulai bergulir lebih dari pukul dua belas, jantungku mulai menendang-nendang, mungkin juga sampai melonjak. Aku beruntung karena tidak punya sakit jantung yang tentram di tubuhku hingga aku tak perlu khawatir nanti jam enam pagi apakah aku masih bisa ada ditempat yang kuiingini. Waktu serupa kakek buyut tua yang memakai tongkatpun begitu susah jalannya.
Hari minggu, pukul enam pagi dan bangku taman sudah menjadi oase kecilku. Surga mini yang begitu kucintai. Aku mensyukuri adanya hari minggu ini, sayangku. Aku senang duduk disini menunggu engkau datang dengan lari kecilmu yang indah, kemudian melesat melewatiku bagai bintang jatuh di langit pekatku. Dan aku memaku pandangan pada kuncir ekor kudamu yang melonjak-lonjak seiring goncangan tubuhmu pergi. Flash. Begitu cepat. Meninggalkan aromamu yang cepat-cepat kusesap, luar biasa takut kehilangan.
Aku sampai bisa tahu detail aliran keringatmu dari dahi, atau dari leher.. betapa kupuja saat yang sedikit itu, dan lagi-lagi menyesali waktu yang berjalan pelan layaknya nenek buyut kehilangan tongkat. Berhari dan waktu-waktu ini sungguh amat kosong, tidak berarti.. karena aku cuma menunggu satu waktu, satu hari dan satu waktu.
Kamu sudah pergi, lagi-lagi melesat meninggalkanku yang masih sibuk meraih detail ruapan aromamu. Dan setelah aromamu habis terganti aroma daging yang di panggang, atau aroma sambal yang di olah.. aku menghembuskan nafas berat, sudah selesai. Dan kemudian aku pulang, mengabaikan hari indah kata orang-orang. Kamu satu-satunya alasan aku datang. Dan tidak adanya kamu adalah alasan aku berjalan berbalik pulang, menyesali waktu yang sebentar.
###
Entah bagaimana, tapi aku tahu hari ini begitu berbeda. Bukan pada mentari yang kali ini tersaput mendung, bukan juga karena cecuruit burung tidak semerdu hari biasa.. pokoknya beda. Aku bisa merasa. Pokoknya beda! Dan aku juga tidak bisa memberi penjelasan atas kengototanku akan perbedaan hari Minggu kali ini dengan kemarin-kemarin. Apa hari ini perbedaannya dia tidak datang ya? Serta merta aku disergap perasaan aneh. Kecewa-rindu lebur.
Aku minta, kamu datang ya… Kamu tidak tahu betapa aku menanti hari dan waktu ini datang. Seminggu tidak sebentar, sayangku.. Aku terbunuh rindu dan sepi yang menggelegak bagai lahar bersiap menerjang. Tidak adanya kamu membuat aku labil, seperti anak kelas6 SD yang baru saja puber.. aku tidak tahu bagaimana menjelaskan ini. Tapi aku mau kamu tahu, suatu saat tentang dambaku setiap kali merenungi atap atau dedaunan, dan rutinitas menyenangkan setiap minggu pagi.
###
Ah itu dia, dengan sejenis bando kain berwarna merah seragam dengan ikat rambut dan setelah sport warna hijau muda. Segar, mencolok namun memanjakan mataku. Lari-lari kecil dengan butir keringat seperti kemarin-kemarin. Keringat yang bukannya membuatnya jadi kusam dan tak menarik, tapi malah bikin mata enggan beralih.
Tik.. tik.. detakan jarum jam tanganku entah kenapa jadi begitu membahana, kemudian adegan slow motion itu terjadi, dia yang lewat dan berlari pergi dan ikat rambutnya terjatuh dihadapanku. Aku terlongo dua lima detik, kemudian sigap memanggilnya, dia yang tak kutahu namanya. Dan dia berhenti, menoleh padaku yang memungut ikat rambut itu.
Semua mendadak ajaib ketika dia berlari balik ke arahku. Aku percaya Tuhan.., keajaiban memang bisa saja nampak pada keseharian. “Terima kasih,” senyumnya cerah padaku. Iya, PADAKU! Mungkin hatiku sudah lonjak-lonjak sedemikian girangnya mendapat kombinasi senyum dan suaranya.
“Kembali,” kudengar suara serakku menyahut, aku ingat belum minum apapun sejak tadi malam. Selalu begitu setiap aku menanti momen ini. Saking gugupnya, tak pernah berhasil memasukkan apapun ke dalam mulut, bahkan untuk menelan air liurku saja terasa begitu susah.
Dia memiringkan kepala, senyum hangatnya menyusul kemudian, cukup untuk menghangati seluruh sel di tubuhku, “Mari… saya traktir minum?” kicaunya terdengar bagai nyanyian seorang diva di panggung megahnya. Aku mengangguk.
###
Dia banyak bercerita tentang Angel, yang adalah namanya dan sekolahnya. Iya, dia malaikat manis yang kucuri pandang setiap minggu jam 6 pagi. Dia bercerita tentang bagaimana dia menyukai hari minggu pagi (sama sepertiku malaikat!! Jeritku keras-keras dalam hati). Dia juga bertutur tentang bagaimana teman-temannya sudah bertingkah seperti orang dewasa di sekolah, padahal umur mereka baru saja empat belas tahun.
Sampai kemudian siang mulai turun, matahari mulai tinggi hati, malaikatku tertawa. “biasanya jam segini saya sudah sampai rumah dan sejam nonton tv. Tapi berada disini bersama anda juga sama menyenangkannya. Hari minggu pagi saya sudah tidak lagi stagnan. Lari, pulang, sarapan dan nonton tv.. ada yang berubah dari rutinitas, menyenangkan..” dia berujar.
Lagi dia bercerita tentang bagaimana dia suka mengamati sekitar sambil lari pagi, dan ternyata dia menyadari setiap kali lewat taman dia selalu menemukan aku duduk di kursi yang sama, berada pada taman yang sama setiap minggu. “Saya juga hafal ibu itu dan anak-anaknya selalu disini setiap saya lewat, begitu pula dengan bapak yang tengah menyapu itu.. kausnya selalu merk makanan hahaha,” tawamu bahkan lebih lepas ketimbang merpati bebas. Hari ini indah, sayangku…
Aku tidak tahu bahkan kamu menyadari kehadiranku yang terlanjur minor di bangku sebuah taman, adanya aku yang cuma mau tahu sejenak waktu bersama malaikat yang berlari santai di sebuah pagi membuat aku hilang peduli pada apa yang disekitarku. Mungkin ibu itu ingat aku juga selalu berada ditempat dan waktu yang sama dengannya, tapaku tidak ingat… tepatnya tidak tahu.
Aku sudah bilang belum soal momen-momen menunggu dimana yang ada di kepalaku hanya aku dan dia yang lewat dalam gerak lambat di depanku, dengan kesegaran yang semakin bertambah setiap kali aku melihatnya? Kalau belum, berarti sekarang sudah.
Disetiap lunturan kalimatnya, semakin bertambah timbangan cinta yang kuendapkan berbulan-bulan lamanya. Benar aku jatuh cinta! Pada malaikat berbaju sport hijau muda ini. Endapan cinta yang mungkin terasa kurang pantas. Dia masih terlalu muda, bahkan belum berumur tujuh belas tahun.. belum layak menyandang predikat wanita. Cintaku memang jenis cinta yang tidak gampang begitu saja diterima, bahkan oleh diriku sendiri. Tapi cinta nekat ini juga meluruhkan ego-gengsi.
Jadi tolong, cukup biarkan aku mendeskripsi selagi aku bisa tanpa sok tahu tentang rasaku. Toh cintaku bukan cinta-cinta haus akan nafsu akhirnya berakhir di berita kriminal. Aku tidak sedangkal itu, percayalah.. meskipun aku tidak tahu siapa sebenarnya yang mau kuyakinkan.
“Sudah siang, mari pulang,” ajak malaikat itu tanpa menanggalkan senyum, menyadarkanku dari dunia indah yang tadinya ada melingkupi kamu.
“Errrr….” Gagapku, bekerja keras memperpanjang waktu. Tapi nampaknya otakku tidak secepat itu, tidak secepat yang kuinginkan.
“Mari saya antar,”
Aku sungguh terkejut, “Ya?”
“Iya, mari saya antar… anda tinggal di panti jompo Kasih Sayang itu kan? Saya beberapa kali melihat anda di dalamnya saat lewat di tempat ini di hari sekolah. Jangan tanya kenapa bisa. Saya selalu ingat,” dia mengetukkan jari ke keningnya dan meraih lenganku setelah sebelumnya menyiapkan tongkat tua yang sama tuanya denganku.
“Mari,” ajaknya mulai menuntunku, pemilik tubuh renta yang tinggal di panti jompo dekat taman itu, yang membenam cintanya dalam senyap.
~ oOo~
salam mba yang cantik, sebetulnya sama aja setiap hari tu, tapi mungkin "mood" nya aja yang disikapi dengan ceria,paling tidak masih ada harapan ke hari Minggu lagi, penantian yang berujung ceria...salam manis
ReplyDeletebuseeet !! ajib bener mbak kata-katanya !! tapi yang saya tangkap,,mungkin anyin lagi seneng,karena minggu pagi joging bareng ama ayanknya ya ?? CMIIW . tapi kata-katanya mantep koq,,penuh expreso !! eh,maksudnya expresi .
ReplyDeletehari minggu memang hari yg menyenangkan ^^
ReplyDeletesuka bgt ma ceritanya :)
Menarik sekali caranya menyampaikan sebuah kisah yang sederhana. Aku belum bisa berkata-kata tingkat seperti ini :)
ReplyDeleteminggu pagi ntu ya time to sleep
ReplyDeletescript apa yang diatas head> itu ya?
ReplyDeleteyang ditutup /script>
duh cuman bisa koment kalo minggu jam 6 masih tidur, karena tidurnya habis shubuh... duh
ReplyDeletekata2nya makin hari makin mantab neh nyin.. salute!
ReplyDeletejadi yang jadi "aku" itu syp ya? ko aq jadi bingung? si kakeknya bukan?
ReplyDeletejam 6 kalau hari minggu beli bakwan di pasar, terus tidur lagi, hehehehe
ReplyDeleteOh kirain, ternyata yang jatuh cinta seorang jompo toh? tapi mantab, aku suka bahasanya!
ReplyDeletemary buat every day is sunday :)
ReplyDeleteada kirim 2 imel
ReplyDeleteKupikir dirimu, ternyata di akhir-akhir cerita..
ReplyDeleteYah mungkin memang dia malaikat bagi sosok yang telah sekian lama merindukannya.
Sudah menunggu, bertemu pun sudah demikian senang, apalagi diantar pulang..
BAGI ku semua hari sama saja. tapi mungkin minggu lebih menyenankan, waktu terasa lebih panjang
ReplyDeletecerita yang bagus banget n gak terduga ujungnya, kukira yg duduk itu lelaki muda belia ternyata seorang tua hehehe
ReplyDelete^________^ ceritanya keren.. elok suka weekend, alnya waktunya nonton tv.. syalalaaa
ReplyDeletehmmm,, delicious ^_^
ReplyDeletenikmat nikmat nikmat..:)
ReplyDeleteentah kenapa aku ngerasa blogmu ini terlalu banyak plugin-nya. masa tiap kata jam sama dari ada linknya :D
ReplyDeleteKeren... keren... dan keren...!
ReplyDeleteAku suka membacanya... Indah banget...
Ceritanya mengalir indah dan akhir yg tak terduga.. Ayo, tulis lebih banyak lagi cerita2 pendeknya.
ReplyDeletejadi kapan buku kedua, ketika, keempatnya mau terbit? gag sabar mau baca cerita anyin yang lebih panjaaaaaang
ReplyDeleteJangan biarkan kursi itu kosong, penuhilah dengan sahabat-sahabatmu!
ReplyDeletewah nyin posting cerpen lagi ^^
ReplyDeletekata-katanya mbak..
ReplyDeleteselalu berisi..
ending yang tak terduga..bagus nyin :)
ReplyDeletewaw....
ReplyDeletekeren...
wah seneng ya mbak kalo hari minggu sama nech tapi sebenernya sama aja ya tapi ga bisa di pungkiri kalo hari minggu emang rada beda suasananya mulai dari hati ampe jantung haha..
ReplyDeleteSukses Slalu!
selamat membenci hari senin..;)
ReplyDeletewah, kalo aku hari minggu gak ada yg istimewa.
ReplyDeletesama aja
hiksss
Saya merasa bagai membaca bait2 puisi yang terangkai menjadi kalimat2 yang begitu indah...sungguh, saya terpana...
ReplyDeletekriiiiiiiiiiiiingggg....
ReplyDeleteada imel tuh
wajah baru nyin ?
ReplyDelete*tahukah kau ?
tulisanmu sesungguhnya salah satu favoriteku,sungguh !
terkadang bgt banyak rmh sahabat yg ingin aku kunjungi dan yg sdh mengunjungiku,terlewat bgt saja rmh favoriteku.
gadis muda dgn tulisan yg membuatku terkesan ^^
keren anyin....like this
hari mingguku juga indah tapi selalu tekor dihari minggu,wkekekkee
ReplyDeletemaaf baru berkujung sahabat ku gimana kabarnya
ReplyDeletemantap deh cerpennya
ReplyDeletemaaf baru bisa berkunjung kesini lagi Nyin...
ReplyDeleteaku kehilangan banyak waktu untuk ngeblog.
Cerita sederhana yang disampaikan secara Keren
ReplyDeleteAstaganaga...orang jompo toh...wah, bagus!
ReplyDeletewih.. kren, orang ga bakal bisa nebak siapa sbnarnya 'aku' di situ. Salut bnget deh !!
ReplyDelete