Ninda kemana aja ya? Kenapa jendela ini melompong.. sedang ngga dilongok, ditengok untuk menyapa siapapun yang mampir disini..
Ya karena saya sedang pulang kampung :)
Sementara sungguh modem hape di rumah sangat tidak mendukung untuk koneksi internet yang cepat, maunya melata ngga mau lari.
Setelah satu semester tanpa pulang akhirnya saya pulang juga, kota kecil saya sudah cukup banyak perubahan sejak terakhir kali saya meneliti keadaannya. Sekarang banyak toko buku, dengan buku-buku terlaris yang dipajang di depannya. Sekarang bisa sangat gampang mendapatkan buku terbaru di kota saya.
Saya jadi ingat masa-masa SMP, ketika saya seringnya hanya membaca buku-buku yang ada di pajang di swalayan, ngga semuanya yang saya cari ada.. karena tempatnya pun hanya beberapa rak dalam satu sudut, maka saya sering gagal mendapatkan buku baru yang saya ketahui dari koran atau media lain. Dan saya selalu menanti-nantikan pengumpulan uang saku saya mencukupi untuk membeli salah satu benda kotak yang di pajang. Iya, saya sudah susah hidup tanpa membaca sejak saya bisa membaca. Masa SMP saya, ketika istirahat ataupun membolos jam pelajaran (:p) waktu saya sudah habis di perpustakaan membaca buku-buku sastra lama semacam Atheis, Si Jamin dan si Johan atau roman Salah Asuhan. Begitulah, dan sampai sekarang uang saya sering menciut jumlahnya di tempat-tempat berbuku :)
Kota kecil saya sudah ada swalayan besar lagi yang sedang dibangun di sudut kota.
Kota kecil saya menggeliat ingin menunjukkan adanya, bahwa well dia ada di peta... tak sekedar nama tapi nama yang nantinya berpotensi di kenal orang.
Tapi kenapa ya saya tidak suka, pendek kata merasa asing.
Pulang bagi saya berarti banyak hal, pulang adalah pelampiasan rindu pada apa adanya kota saya.. apa adanya yang semakin lama semakin ngga apa adanya lagi. Banyak toko-toko baru berdiri, muncul counter-counter fast food... padahal saya sih senang-senang aja dengan warung Lumintu yang seporsi nasi pecelnya sekitar 1500 rupiah, dan es buahnya 500 rupiah waktu saya dulu SMA. Dan saya masih senang-senang saja pada warung bakso yang melegenda sejak saya belum sekolah, Warung Bakso Cak Mukti.
Kota saya yang sudah demikian tidak menutup kemungkinan akan dibangun mall, dan well mungkin diskotik dan nightclub-nightclub? Bagaimana ya dengan tempat sisa untuk resapan air hujan, toh kota saya sudah cukup panas tanpa perlu panas polusi berlebihan lagi. Apa kabarnya ya sawah-sawah dan tegalan nanti? Bangunan-bangunan tua? Lapangan-lapangan kosong yang digunakan anak-anak untuk main layang-layang atau sepak bola?
Wah, kalau sampai semuanya itu lenyap saya jadi semakin ngga rela nih..
emm.. kota kecilnya dimana sih nyin?? jadi penasaran..
ReplyDeletengomong2 soal kota kelahiran, aku juga sering diledekin sama temen2 gara2nya kotaku sering disalahartikan sebagai bagian dari Jogja, padahal bukan. tapi aku sendiri lebih suka kalau kotaku ngga banyak dikenal orang, karena kota kecilku cuma ingin buat aku aja. hehehe (jahat ya)
wow.. aku pertamax :)
ReplyDeleteanyin kotanya di mana,, perkembangan terus terjadi.. mudah2an lebih baik kotanya
ReplyDeletemalang juga banyak berubah kan dek pastinya...
ReplyDeletepasti adek jg ngerasain bedanya wktu pertama dtg ama sekarang...
dan memang antara rela dan tak rela >.<
sama seperti saya nyin...waktu SMP nabung trus tiap bulan dibeliin novel.
ReplyDeletekita pasti menginginkan kampung kita tetap kampung sebagaimana adanya, tempat kita 'menyepi' sejenak dari keramaian...
nostalgia di waktu kecil memang sangat indah mba
ReplyDeleteselamat pulang kampung,,
ReplyDeletekampung yang tidak selamanya..
karena kampung kita yg sebenrnya adl akhirat..
Pulang ke Tuban kan mbak yah?
ReplyDeleteAku udah lama gak liburan ke desaku itu T.T
pengen liburan, tapi gak sempet [curhat]
minta fotoooo.. :)
ReplyDeletepasti terus in memoriam ya...
ReplyDeleteole2nya kog g nyampe sini nyin :D
ReplyDeleteassalamualaikum..
ReplyDeletemmmhh..nostalgia memang indah ya
salam
pengen pulang kampung...
ReplyDeleteblog walking sambil nunggu buka puasa :)
ReplyDeleteOoh...dirimu memang asal Tuban toh? Pantesan kapan hari bukunya minta dikirim sana, hehe...
ReplyDeleteSebuah kota meski kecil tapi nayamn sebenarnya tempat tinggal idaman yah
oleh-oleeeeeeeeeeeeeeeeeh...^__^v
ReplyDeletesalam hangat buat keluarga dirumah ya nin...
hey...kota kecil itu. Dirobohkan atas nama pembangunan! Lalu hilang dengan segenap budaya. Suatu hari hanya tersisa kenangan saja.
ReplyDeletesegera dugusur deh tuh bangunan2 baru...
ReplyDeleteMau teriak..?
ReplyDeleteDesa sudah berubah menjadi kota, hanya bisa berharap semoga laju pembangunan (yang berupa gedung gedung, mall, night club. Dsb)bisa lebih melambat. Karena nanti kita mau pulang kampung kemana ?
jadi pengen pulang kampung juga...
ReplyDeletepenasaran kampungnya dmn sie???
pasti kamu orang probolinggo, kayak aku :)
ReplyDeletekota kelahiran kadang tidak bikin betah. tapi tetap saja bikin kangen..
ReplyDeletetuban!! hehehe ktnya emang panas yah... temen2ku koas di rsud tuban loh an.. ^^
ReplyDeletesemoga pembangunan g hanya bikin kerusakan tapi jg kebaikan... ;)
kota kecil...
ReplyDeletemungkin sudah saatnya jadi besar. gak kecil lagi...
tapi idealnya, kecil aja terus yaa...
gak usah besar.
kalo besar malah repot. hehehee
kota kecil...
ReplyDeletekotanya Dija ya Tante?
Dija kan kecil
ayo tanam pohon yuk
ReplyDeletesalam anak smp pekanbaru
Serasa berada di tempat lain ya mbak. Memang pembangunan akhir-akhir ini makin menggila. Desa tempat saya tinggal dulu, antar rumah selalu ada jarak, sekarang udah penuh sesak dengan bangunan rumah dan semakin padat dengan toko baru serta semacamnya, dengan rela mengikhlaskan kebun sayur. Bahkan ada aksi mengeringkan sepetak sawah untuk membangun sebuah rumah di atasnya, Sungguh malang nasib bumi ini.
ReplyDeletekalo malang bukan kota kecil..., besar dan ramai juga maju pesat :D
ReplyDeletebaliknya bawain apel yah yah...
hello dek, maaf bnget bru bsa mampir.
ReplyDeleteSungguh menyenangkan saat Ramadhan berada di tengah2 keluarga.
Salam hangat selalu :)
oh itu ya yang anyin bilang tidak dapat membeli buku, jadi toko bukunya ada di situ.
ReplyDeleteketika orang mampu membuat perubahan kecil, kemudian timbul perasaan mampu mengendalikan segalanya, memperkirakan segala kemungkinan di depan dan mampu mempersiapkan antisipasinya..seolah2 sebelumnya kondisi tidak teratur dan kemudian akhirnya bisa dibuat teratur.benerkah ia mampu untuk itu? perubahan2 kecil tsb tidak hanya oleh dia, tetapi di sudut lain ada juga yang melakukannya, dan turut mempengaruhi perubahan besar. yah ketika 1 bangunan bertambah, 1 petak sawah terhilang.
tak ada yang mampu mengendalikan alam semesta, yang ada hanya bersyukur bahwa sejak kita belum mengerti apa-apa, alam semesta telah berputar secara teratur.
jadi walaupun melihat gedung2 baru itu menyenangkan, tetapi melihat alam yang asri dan indah itu melegakan.
nah..terbukti nih...komen terputus..baru ada gempa. lanjut komen sesudah gempa berhenti.
ternyata koyta kita sama ya... sama2 nggak ada lapangannya, dulu anak smp suka banget maen bola...
ReplyDeleteAnyiiin.... di Tuban ya?
ReplyDeleteKadang seneng kalo tau kota kecil bakal jadi maju, ada mall dsb...
tapi, pastinya kangen sama ketenangan yg dulu bisa di temukan...
*pengalaman--mudik ke kampung halaman :)
yup, sama bgt.
ReplyDeletekadang yang membuat kita rindu terhadap sesuatu adalah kesederhanaan sesuatu tersebut ;)
kotaku mgkin lebih kecil dari kota anyin.
kota yg mgkin hanya dikunjungi setahun sekali, hiks
mbak Aku mau minta mav ni kalau ada salah...
ReplyDeleteendang-endang...
ReplyDeletesilahkan lihat postingan saya atas pertanyaan sampean.
makasih....
salam
wah senengnya kalo sudah pulang kampung, membangkitkan kembali semua kenangan² indah yg sekian lama terpendam..hmmm kebahagiaan tiada tara
ReplyDeleteSukses Slalu!
Wah asyiknya pulang kampung nih
ReplyDeleteCepet jadi sarjana n pulang tuk membangun kota kecilnya .. hehe salam kenal..
ReplyDeletebtw blognya df ya.. gabung aja disini
senangnya bisa mudik.
ReplyDeletebwalking nech