Kemarin saya mencoba untuk berlibur, berdamai dengan diri sendiri. Termasuk berdamai dengan buku Fraud and Examination dalam bayangan saya, yang seharga sebiji ponsel symbian baru kualitas standar. Saya pergi sendirian, duduk di gerai makanan dan menghelat makan siang yang sendirian. Kwetiau goreng, es teh tawar dan milky tea hangat. Bersama satu buku kecil karangan Tere Liye "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin". Hadiah hari lahir yang beberapa hari lalu sampai ke tangan saya melalui paket. Terima kasih ya, mbak.
Saya tidak merasa kesepian meskipun saat itu kehadiran saya adalah paradoks yang personal di tengah hiruk pikuk kerumunan, saya tidak terganggu. Saya tidak ingin merasa terganggu. Hangatnya milky tea sudah mampu menenangkan tenggorokan saya, sekaligus dingin yang dihembuskan dari AC gedung itu. Saya tidak terlalu suka AC karena kemampuannya membuat saya bertambah pucat dan hampir-hampir kulit menyamai suhu lemari es minimum. Dingin. Tidak ada sweater ataupun jaket dalam gumpal ransel kumal-tapi-nyaman saya.
Bolak-balik orang menatapi, mungkin terlihat aneh dan kentara betapa paradoksnya kehadiran saya. Orang-orang itu yang hadir barang berdua, sekeluarga atau sekumpulan teman asal akrab yang kenal beberapa tahun kemudian saling hilang jejak, lupa pernah menghabiskan waktu disini, dalam gedung dingin sementara hari gerimis dari siang. Banyak juga yang beramai-ramai menghabiskan waktu berkualitas dengan anggota keluarga, mm... saya lihat anggota-anggota badan ukuran mini tengah bergerak-gerak aktif.
Yang bahkan bisa jingkrak-jingkrak diatas meja tanpa dituduh sakit gila, dan pikiran saya tidak bisa berhenti memperkirakan rasanya.. bagaimana jika segala kegilaan yang kita lakukan dapat dimaklumi. Bukannya dituduh sosiopat dan gelar-gelar lain yang sejenis. Saya lumayan menyesali kehilangan memori masa balita itu. Sudah demikian terlambat untuk berusaha memforsir memori untuk mengkilas balik.Dua gelas besar dan satu piring standar. Saya makan dengan kebiasaan itu, yang sudah lama sekali saya bawa.. makan dengan membaca.
Merunduk, menekuri rangkaian kata... menekuri diri sendiri yang ternyata pikiran saya belum dapat berlibur, saat itu saya merutuk-rutuk dalam hati. Waktu untuk benar-benar beristirahat tidak banyak sementara pikiran saya yang berbeban menghianati niat saya duduk disini sendirian sejak awal. Dan hati saya diam-diam saja disana tidak mengirim kabar angin pada telinga manusia lain. Ah, kamu ini!!! (lagi, pada diri sendiri).
Wah, mbak juga buku2 Tere Liye ya??? Saya suka yg hafalan Shalat Delisanya:)
ReplyDeletenangis kejer bacanya:D
wah gambar yang pertama itu bikin ngiler ajah...
ReplyDeletedi Matos ya dek... di lantai bawah??
ReplyDeleteaku biasa makan mie dari nasgor 69 itu, eh gara2 postingmu ini jadi pengen nyoba kwetiaunya #salah fokus#
kangen saat jalan2 sendiri di Matos >,<
aduhhh... aku kok laper ya?
ReplyDeletekesendirian di siang hari, ditemani gerimis sambil memperhatikan aktifitas sekitar,, bermakna, cukup bermakna untuk mendamaikan yg ada
ReplyDeleteanak ilaaaaang anak ilaaaaaang.. ahahaha
ReplyDeletesenang ngeliat/baca judul bukunya, kebetulan senang juga dengan buku-buku sejenis....bisa pesan ? ^_^
ReplyDeleteaku ga pernah bisa jalan2 sendiri apalagi makan ditempat itu sendiri..apa karna aku jg ga suka buku jadi hal itu menurut ku aneh klo aku lakuin..hehehe :D
ReplyDeleteklo gambar yg terakhir itu mksudnya apa ya? :)
ReplyDeletewah hebat. saya gak pernah bisa makan sambil baca buku. hehehe
ReplyDeleteHeeeem....kwetiaunya nampak lezat. :D
saya juga suka menghabiskan waktu sendiri,,hanya dengan earphone atau laptop...^^
ReplyDeleteaku juga suka sendirian kok, nggak apa, sekali sekali kita butuh waktu untuk sendiri nyin ^^
ReplyDeleteoh ya, aku nggak lagi feeling blue, cuma ingin mengungkapkan apa yg tiba2 tercetus di kepala ^^
Sedikit bingung dengan minumannya, es teh tawar dan milky tea hangat. Tapi sudahlah *abaikan*
ReplyDeleteSaya juga suka menikmati kesendirian ditengah keramaian dan saya kepingin merasakan itu lagi setelah membaca cerita ini.
menyendiri kadang-kadang memang perlu. dulu saya juga pernah seperti itu.
ReplyDeletelebih enak lagi kalau sambil bawa laptop, soalnya suka dapat inspirasi
saiia suka pesan di daun itu.. gag pernah lupa akan angin :) kek nya mantep banged tu menu nya :) nyam nyamm :)
ReplyDeletesemua kwetiaw itu mi-nya gepeng ya?
ReplyDeletesuka daun itu dan kutipannya :)
ReplyDeletehahaha...baca postingan kamu yg ini, jd ingat 2 hari yg lalu..."paling sendiri di antara kerumunan"...
ReplyDeletebtw boleh pinjam bukunya ?...^_^
saya mampir lagi nih :)
ReplyDelete::: tere liye yang itu.... aku sangat suka dan menikmati sekali membacanya.... ^___^
ReplyDelete::: menangis aku dibuatnya....
::: ninda oh ninda... maaf yah aku baru bisa blogwalking dan posting lagi,,, selama ini aku udah kelamaan vakum... ingin belajar bisa memulai lebih disiplin lagi sekarang... Semampuku, semampuku ^___^
::: Ninda suka dan tertarik melihat foto2 dengan kameraku?? ^_^ mampir yah
Tere Liye "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin".
ReplyDeletehmm.. jd pngen bca yg itu...
aku cuma prnh baca yg rembulan tenggelam di wajahmu...