"dewi.......,"
Aku mendapati mendadak saja dia memanggilku selewat tadi.. Panggilan itu lagi. Entah jam berapa, entah waktu apa, entah siang malam semua sudah jadi gambaran tidak jelas seperti lintasan yang dapat kaulihat ketika menaiki kendaraan berkecepatan sangat tinggi. Yang nampak jelas terasa bahwa waktu kosong itu sudah kehilangan kekosongannya, berubah semakin hampa namun sarat mendung. Mestinya aku tahu isyarat jelas itu. Dia, lelaki yang senantiasa memanggilku dewi. Seolah itu hanya sebuah nama panggilan. Padahal dalam namaku nyata-nyata tidak terdapat sedikitpun elemen kata dewi.
"dewi...,"
Dulunya begitu manis terdengar, mengapa sekarang terasa jadi tikaman tajam?
Dewi yang dia maksud sebagai nama panggilan untuk aku adalah dewi yang itu, sama halnya dengan ketika kita menyebut bidadari atau langit atau manusia.
Panggilan berlebihan! hatiku gerah. Kebas oleh seringai.
Dia berdiri dengan mata hampa, kemunculannya memang luar biasa, seperti jendela iklan yang mendadak terpop-up di depan mata ketika kita mengklik suatu link di jagat maya. Tidak disengaja, tidak terduga. Bagian dari kenangan yang tidak mau kutilik ulang.
Dan aku tidak suka. Mendadak tidak nyaman, mendadak merasa kesal, merasa marah. Namun yang lebih membuatku tidak suka adalah jika aku harus menyahut, berbalas sapa basa-basi yang sungguh kaku. Demi segala sesuatu yang aku selalu mau memperbaiki, dia adalah satu-satunya pengecualian dari apapun seisi dunia. Rasa tidak nyaman begitu tangguh merambahi hati, kehadiran dia dalam pandanganku sudah begitu sama padanannya dengan selimut debu diatas sepatu hitam mengkilat berendaku. Lantas aku terlalu terganggu untuk membiarkannya demikian adanya menyelimuti sepatu hitam itu.
Seperti halnya dia yang pernah singgah dan riwayatnya yang kugosok hilang, kubersihkan.
Aku tidak suka. Sungguh tidak suka.
Tolong jangan coba katakan kepadaku lagi tentang musim baru, atau episode yang tengah kamu susun... sudah cukup sering kamu melempar hatiku seolah cuma mainan plastik yang kamu pikir tidak akan pernah bisa terpecah halus, kita aku dan kamu sudah sampai pada bagian ending. Sungguh...
taken from random |
kantor, beberapa saat sebelum jam makan siang usai.
ternyata ada pula yang tidak suka dipuji ya neng memang tidak semua manusia sama, apa kabar neng
ReplyDeletebegitulah jika sesuatu yg sdh kita anggap tlah berakhir,sdh kita lupakan mencoba mengusik... apalagi jika kehadirannya membangkitkan kenangan yg tdk mengenakan :(
ReplyDeleteselamat sore, ninda.... :)
wihh,,,dewi?? itu namaku loh mbak,, hehehe
ReplyDeletewaaaaaaaah the end ya ceritanya... :)
ReplyDeleteklo begitu aku akan memanggilmu "ninda" saja, bagaimana ?...sebab dewi, namanya telah lihai menguap ke angkasa, bebas sebebasnya...^_^
ReplyDeleteterkadang kita tidak suka dengan kehadiran seseorang & ingin semuanya benar2 berakhir, tp saat akhir itu mulai terlihat, kita bru sadar bahwa kita tdak ingin keberakhiran itu datang..
ReplyDeleteJadi Dewi itu panggilan sayang seperti ada say, nyai, diajeng, nduk, dik dll
ReplyDeleteWah...semoga Happy Ending ya Ninda....
ReplyDeleteendingnya kayaknya ga gitu baik ya? :D
ReplyDeleteAnyin kok ga nongol malam ini? Aku nungguin lho.. :)
ReplyDeleteapa yang sudah berakhir, berakhirlah..
ReplyDeleteapa yang tersisa?
pelajaran dariNya..
dg kata lain, It's over, right?
ReplyDeletefiksi kah dewi? hehe
ReplyDeletehabis???
ReplyDeletehabis begitu aja???
waaah....
hm....
ReplyDeleteterdengar sendu
dan memang,,,,
ada kekesalan karena tak perncaya
Musim semi baru itu sungguh adakah??
T___T sendu sekali
Teringat akan satu masa yang pernah hadir
dan itu masih melekat diingatan,,, jelas sekali
maaf..
ReplyDeleteistriku namanya juga dewi..
tapi aku manggilnya "ayank" :D
Love this post !
ReplyDeleteuhuk mantan yak? #frontal #diterjangbadak
ReplyDeletelovely one this post!.. keep on going honey..:)
ReplyDelete