Sekitar sebulan lalu saya mendapat undangan menghadiri Gala Premiere film Tanda Tanya, gratis katanya. Tapi saya lihat lokasinya ya di Jakarta. Barang tentu saya ngga bisa hadir, beberapa blogger lain juga mendapat undangan yang sama. Ada satu reply masuk tentang Blogger domisili Solo yang tidak bisa menghadiri acara tersebut. Ah mungkin karena butuh liputan, makanya mengundang Blogger... pikir saya. Saya sempat mengugling reviewnya dan menemukan review orang yang diundang juga, menurutnya Blogger yang diundang memenuhi kualifikasi pengunjung yang masuk ke Blognya. Saya pikir sih ngga juga,masih banyak blog yang trafficnya lebih tinggi ketimbang saya deh. Tapi kenapa beberapa dari yang diundang itu berasal dari kota yang ngga dekat-dekat wilayah Jakarta? Kecuali kalau plus akomodasi waktu itu (halah, berharap deh Nda ;p).
Tanda Tanya di mata saya adalah film yang berani, karena banyak mendobrak nilai-nilai yang banyak diperdebatkan di masyarakat, meskipun tidak secara langsung, film cin(T)a saya rasa lebih berani mengutarakan hal-hal SARA itu dengan detail dan gamblang. Kadang-kadang saya merasa film ini sedikit mirip dengan My Name Is Khan yang seperti kita tahu dia muslim yang menikah dengan seorang pemeluk agama Hindu. Tanda Tanya adalah film yang juga mempunyai banyak celah yang mendorong pengambilan kesimpulan sendiri bagi penonton. Tanda Tanya adalah film yang seperti bulan, dilihat dari jauh indah, ketika dilihat mendetail banyak hal-hal yang seperti judulnya membuat kita bertanya, apa ya maksudnya ada bagian-bagian ini dalam film? Saya adalah seorang muslim yang hidup dalam keluarga besar yang tidak semuanya muslim. Berikut ini yang saya lihat dari film tanda tanya, lebih tepatnya film Tanda Tanya dari mata saya :
- Negara kita adalah negara Bhineka Tunggal Ika, tidak dilandasi atas satu agama saja... segala macam interaksi dengan pemeluk agama lain adalah hal yang tidak bisa dihindari. Saya mengambil sisi bagaimana kita harus menjaga harmonisasi hidup berdampingan ini, tapi tentu tanpa mengorbankan keyakinan masing-masing. Dan persepsi orang soal mengorbankan keyakinan dan tidak ini memang berbeda-beda... itulah kenapa omongan kita tidak selalu dapat diterima orang lain, apalagi diiyakan.
- Meskipun banyak ditentang dari segala sisi terutama soal kepindah-pindahan agama, memang fakta pahit tetapi yang dapat saya katakan hanya hal itu sangat dekat dengan kehidupan masyarakat kita yang cenderung plin-plan, seringkali tidak teguh memegang keyakinannya sendiri. Teman SMA saya ada dua orang yang pindah agama. Latar belakang keluarga mereka memang tidak kuat dalam hal agama, dan apa yang dapat kita lakukan? Mengingatkan, sudah... dengan banyak cara malah. Namun akhirnya kembali pada otoritas mereka terhadap diri mereka sendiri. Apalah kontribusi kita dalam hidup mereka selain kawan? Iya, pada akhirnya kita juga tidak mampu memaksa mereka.
- Film ini menyiratkan tentang toleransi antar beberapa pemeluk agama, memang benar... tapi saya bingung pada adegan ledekan-ledekan yang dilakukan pada lelaki-lelaki yang mau ke masjid dengan Hendra. Pikiran saya, saya tidak pernah menemui ledekan, "CINO!!" atau "CINA!!" ditujukan pada seorang warga Indonesia keturunan. Selama ini belum pernah... pertanyaannya kan terus kenapa kalau dia Cina? Ledekan Cina yang ada malah ditujukan pada warga pribumi yang matanya sipit sekali misalnya, itupun bercanda. Saya pikir ngga ada warga pribumi yang menghina warga keturunan dengan kata itu dalam kehidupan sehari-hari. Kami juga cukup paham kok letak saling menghormati.
- Saya ngga ngerti kenapa dalam film ini ada pengambilan shoot babi yang sangat jelas dengan bentuk utuh. Saya pikir tidak perlu di shoot jelas juga untuk memberitahu penonton kalau restoran tersebut menjual babi kok, lagipula dengan masyarakat Indonesia yang kebanyakan muslim bagian tayangan tersebut saya pikir jadi terlihat sangat 'rebel'. Jujur saya mual melihat bagian adegan itu.
- Tentang wanita muslim yang bekerja di restoran yang menjual babi. Oke, babinya dipisah cara masak, dan menurut semua orang yang mereview film ini : orang yang bekerja di restoran yang menjual makanan haram sama saja ikut di dalamnya. Sebenarnya menurut saya ini adalah bagian dimana penonton diberi space untuk berkesimpulan. Dalam film ini tidak dijelaskan bagaimana pembagian gaji oleh pemilik restoran untuk wanita muslim ini. Jika berpikir positif kita bisa mengasumsikan wanita yang 'mengerti' itu akan meminta pemisahan gaji. Kalau ngga ya seperti yang diatas, sama dengan makan uang penjualan makanan haram. Ya haram uangnya kalau dari segi Islam.
- Masih tentang wanita muslim yang bekerja di restoran tersebut. Waktu sholat memang tidak menghadap altar kok seperti yang dihebohkan, namun kenapa harus berada disitu ya? Bukannya masjid juga ngga jauh dari situ letaknya? Ada baiknya menjaga diri agar tidak tanpa sengaja menyentuh hal-hal yang kemungkinan tidak boleh digunakan untuk tempat sholat.
- Bagian yang menceritakan seorang warga muslim mempunyai perasaan lebih dengan wanita yang pindah agama saya pikir hal ini bukan untuk mengatakan tidak apa-apa pindah agama dan lain sebagainya. Tapi pertanyaan saya : berapa orang yang pernah anda temui menjalin hubungan beda agama? Jawabannya : Ada. Bukannya saya mendukung pernikahan antar agama atau bagaimana karena itu tidak sejalan dalam pikiran yang saya yakini. Namun, saya hanya sedang membawa kejadian seperti ini ke wilayah realita.
- Bagian seorang warga menggunakan baju tokoh Sinterklas atau memerankan drama untuk Paskah.... saya rasa dalam kehidupan nyata seringkali orang yang memerankan penokohan tertentu, menggunakan kostum-kostum merujuk perayaan tertentu, tidak semuanya sama dengan agama yang tertulis di KTP nya. Apalagi kalau sudah berhubungan dengan nafkah untuk hidup. Inilah kenapa menjadi orang dengan status ekonomi menengah kebawah rentan juga pada cobaan seperti halnya menjadi kaya. Itu kembali pada pribadi masing-masing. Pernah saya menonton tv sebuah acara musik yang ditayangkan pagi harinya. Ada seorang penyanyi wanita yang tengah menyanyi dengan banyak kata-kata : Ya Allah... Ya Allah... tapi menggunakan kalung bintang david dengan jelas (shootnya jelas) tahu sendiri kan apa arti dari bintang david itu? Dan pakaiannya... mohon maaf membuat saya malu. Seolah di depan mata saya begitu mengejek Tuhan saya. Kok semua orang tenang-tenang saja ya? Ngga ada kritisan yang mengecam? Saya pikir kalau mau mengkritisi harus konsisten, jangan hanya yang ini sementara yang lain dibiarkan. Mesti seimbang juga.
- Bagian film ini dinilai menghina Islam pada bagian ibu-ibu nyinyir yang komentarnya sering ngga enak dan digambarkan berkerudung itu, coba kita lihat ibu-ibu disekitar kita. IYA. Rata-rata mereka berkerudung, entah mengerti maksud penggunaan kerudung itu atau ngga. Ataukah kerudung cuma dianggap tren pengganti konde jaman sekarang untuk ibu-ibu. Akhlak adalah masalah personal, kerudung tidak mencakup penggambaran itu. Jadi jangan disamakan citra sebuah kerudung dengan akhlak buruk seseorang. Kerudung adalah kewajiban, sama seperti sholat. Dan orang yang menjalankan kewajiban tidak otomatis baik, hal ini bergantung pada sampaikah Allah masuk ke dalam hatinya dan menjadi kebutuhannya ataukah cuma sekedar menjalankan hal yang wajib?
- Saya bertanya-tanya pada bagian kritikan yang ada di koran mengenai banser yang dianggap jenjang karier adalah sesuatu yang salah. Pertanyaan saya : apakah banser murni pengabdian, apakah tidak ada paling tidak uang konsumsi untuk mereka? Pertanyaan ini berakhir jadi pertanyaan, teman blogger bisa menjawabnya untuk kepenasaran saya?
- Bagian babi berulang kali dikatakan lebih enak ketimbang ayam, udang dan yang lain saya pikir memang diambil secara realita. Teman saya yang beragama lain pernah mengatakan hal yang sama ketika kami SMA. Tapi yang saya yakini adalah meskipun babi enak dibanding lauk lain bagi orang-orang yang pernah merasakannya, pasti ada alasan Allah melarangnya dikonsumsi seorang muslim. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (
pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al baqarah : 216) - Bagian Soleh meninggal memang sangat mengharukan, tapi saya bingung akan pikiran Soleh sendiri saat itu. Kenapa dia harus memeluk bomnya??? Padahal ada jeda waktu yang bisa lumayan digunakan untuk melepaskan bom dan lari menjauhinya loh... Kenapa ya? Apa memang dia sudah sekalut itu untuk membunuh dirinya sendiri dan dengan sepihak berpendapat akan mati syahid? Hehe, kalau dengan melemparkan bom ke tempat aman dan melarikan diri tapi masih meninggal karena bom ya entah ya... tapi ini dia ngga berusaha sama sekali. Wallahualam bishawab. Cuma Allah yang tepat menilai kematian seseorang syahid atau tidak. Tapi kalau saya pikir lagi.... apa ini sindiran untuk orang-orang yang muncul dibanyak berita sebagai pelaku bom bunuh diri? Mungkin, nah ini segi positifnya kalau dilihat dari sisi itu... jangan main ngambil kesimpulan kamu akan syahid dengan bom bunuh diri.
- Saya ngga ngerti apa sebab Hendra kemudian menjadi mualaf di akhir film ini. Apa alasannya ya? Seolah-olah itu terjadi begitu saja. Ada yang bisa menjelaskan pada saya?
Begitulah cuplikan yang saya ingat dan pandangan saya terhadap film tersebut. Film ini seperti yang sudah saya katakan begitu banyak menyisakan spasi untuk agar penonton mengambil kesimpulan sendiri, seperti judulnya... begitu penuh tanda tanya. Jadi mohon bijak untuk menonton film ini, jangan mudah terpengaruh pada bagian-bagian yang bisa mengaburkan nilai pandangan kita terhadap agama yang kita peluk. Setiap karya seni ada nilai plus dan minusnya, ambil bagian yang baik saja dari film ini... seperti misalnya meliburkan toko lima hari ketika lebaran atau hal lain-lain yang positif dan pemeluk agama lain juga mohon memberi waktu yang cukup untuk pegawai muslim yang bekerja dengannya untuk sholat. Atau mengambil pelajaran dari ucapan si tokoh anak kecil di film itu : jangan berlama-lama marahan dengan seseorang.
Ada banyak bagian yang saya akui bisa provokatif, maka ambil saja yang baik... abaikan yang kira-kira punya nilai kurang baik. Ngga perlu berlebihan juga menanggapi film ini, kalau masih tetap keukeuh berlebihan mungkin konsistensi ini juga harus dijalankan untuk film-film lain. Film ini mungkin punya kemampuan membuat 'bubrah' namun secara pribadi saya lebih ngga nyaman dengan film-film horor yang isinya bukannya horror malah pornoaksi, atau film komedi-komedi yang lebih banyak unsur nakalnya ketimbang unsur komedi, saya malah ngga bisa nangkep bagian lucunya yang mana. Mari konsisten. Kalau film seperti ini diributkan, ributkan juga film-film horor berpornoaksi, dalam pandangan mata saya... yang begitu juga dalam kategori meresahkan.
Memang ada dalam tuntunan Islam, seorang wanita muslim (selama dia mengaku muslim) dibolehkan memakai pakaian 'minimalis' begitu sambil mengeksplor keseksiannya di layar bioskop dan dinikmati oleh banyak penonton? Hmm saya rasa sih ngga ya :)
kalo menurut saya sih, film itu ingin menunjukan ke kita semua kalo keberagaman itu indah sehingga ga perlu dipermasalahkan. yah walau ada beberapa adegan yang gimana..... gitu...
ReplyDeleteemang susah nin klo sekarang keadaannya, nyimpang dikit dibilang kafir, negara multikultur mo dibikin satu kultur, jihad dibuat maenan, hehhh..agama mudah kok dibuat susah yak?
ReplyDeleteJadi, akhirnya tetap nonton walau tanpa dukungan akomodasi Nyin..:)
ReplyDeleteAku hampir nonton, diajak teman-teman, tetapi sampai di bioskop sudah terlambat akhirnya nonton film lain.
Tapi dari sini bisa membayangkan kira-kira gimana ceritanya.
Yah,telah banyak kejadian, orang-orang menjadi tersulut dan sangat emosional ketika melihat tontonan tentang SARA. Masih banyak yang harus dipelajari, dengan selalu bertekad untuk mampu membicarakan tentang SARA dengan penuh cinta.
wah ngga bisa berkomentar lebih jauh nyin, aku belom nonton filmnya.
ReplyDeletewah, detail juga ninda bahasnya.
ReplyDeletesaya belum nontonb jadi gak bisa komentar banyak. tapi saya setuju dengan bagian harus konsisten kalau mau meributkan film. kalau gak konsisten, alngkah naifnya, atau bahkan alangkah munanya.
@noel, iya ada beberapa adegan yang gimana gitu... dipetik nilai positifnya saja lah ya...
ReplyDelete@meshaditya, iya mas sepertinya mereka salah guru... beli buku dan carilah guru (yang tepat) untuk mempelajari Islam dengan benar. Islam indah kok... kata bapak dosen saya seusai bimbingan skripsi Rasulullah tidak memerangi para kafir Quraisy, beliau hanya membela diri karena diserang.
@Mas Hendri, iya mas... entah kadang-kadang menilainya timpang sekali. selama ini kita hidup berdampingan lo.. dan keluarga saya juga baik-baik saja meskipun ngga semua muslim.. kami tetap mengasihi sekalipun beda agama.
@Mbak Kuya, wah ayo nonton mbak.. saya penasaran karena berita2 miringnya jadi pengin tahu sendiri biar penilaian saya ngga timpang dari melihat opini orang lain saja
@Pak Ies, iya pak... subhanAllah Islam itu luar biasa indah..
iya nin kata temanku emang ada yang aneh (yg bagian bom itu). dan aku baca review teman2ku mereka memuji, tapi saya "lho lho lho" sendiri krn byk yg aneh (menurut saya). tapi ga berani komentar krn blm monton :p
ReplyDeleteIkutan Mau Nonton Ahhh.. :)
ReplyDeleteJadi pingin streaming... heuheuheu
*jitak*
wah..wah... reviewnya lengkap banget mbak. jdi bkin penasaran
ReplyDeleteyuk nonton deppp... ngga ada teman taa? ya nonton sendiri bisa lah ngga ada yang mo nyulik kau kok... ngabisin nasi :P
ReplyDeletewah ane belom lihat filmnya tanda tanya susah diuraikan apa yang dimaksud
ReplyDeletehehehe...nggak berani berkomentar soalny blm nonton ini film.
ReplyDeletetp yg jelas saya ikut prihatin dgn film2 indonesia yg bnyk muncul tak mutu guna (khusus tema horor & komedi)...*_*
Kalau mau dibanding-bandingin antara Riri Riza dan si Hanung;
ReplyDeleteMas Riri itu bikin pilem berkualitas, berbobot dan punya pesan yang dalam.
Kalau Hanung, buat pilem PAS-PASAN, (kayak buat sinetron kejar tayang) trus karena saking pas-pasannya dia ngga punya pilihan lain (biar pilemnya laku) kecuali dengan bikin SENSAI YG NGGA NGENAKIN....
maaf mba ninda, ini cuma kometator gak jelas dari seorang penikmat pilem.. ^_^
Nggk boleh lho, seorang muslim pakai baju yang minimalis...
ReplyDeletememang film tanda tanya ini jadi satu hal yang mencerahkan ditengah filem-filem horor dan cinta-cintaan menye-menye.. cuman yaa itu, saya belom sempet nontoninnya.
ReplyDeleteini termasuk dalam beberapa karya Hanung yang berhasil! ^_^
wah aku juga siap diundang kemana mana kalo plus akomodasi.
ReplyDeletekapan neh aku diundang..?
wah,,aku pgn nonton blm jadi-jadi ..hihihi
ReplyDeletejiaaah..kelilipan?? :P
ReplyDeletemet pagi mab fan :P fan slalu ya...
Tanda tanyanya mengerucut "nonton apa lewatkan saja!" Selamat berkarya dan Sukses Nin!
ReplyDeleteeh eh dpt gratisan dr mana dirimu nyin?kenapa ga lempar ke aku *haha ngarep :D
ReplyDeleteaku belum nonton nyin, belum brani komentar macem2 :D
seorang muslim harus konsisten memegang aturan islam, kapanpun dan dimanapun.
ReplyDeleteyg no.3 tuh kadang ada yg enggak becanda :( pengalaman suami dan aku :(
ReplyDeletesaya suka film ini...benar2 berani mengangkat tema yang sangat sensitif...salut...review diatas juga lengkap...kerennn...
ReplyDeletesalam :)
Saya suka hasil sinematografinya mas Hanung, detil dan luar biasa. Klo menurut saya pribadi, mas Hanung bagusnya buat film2 eksien atau olahraga aja, jd gak konroversi. Ya bs jadi ini cara promo beliau ya.. hehe
ReplyDeleteKlo kesimpulan saya pribadi, film ini seperti yg ninda bilang, banyak celah utk org2 menyimpulkan, tp banyak pernyataan mas hanung jg utk membantah kesimpulan2 dr penonton. Klo secara jujur, akan ada banyak org yg berkesimpulan sama bahwa film ini rancu, krn tidak benar2 detil sama dg kesimpulan mas Hanung sendiri. Contoh aja : Ada yg protes klo orangtua Rika yg murtad akhirnya akur dan menerima Rika kembali dg digambarkan dtg dg becak ke rmh Rika. Klo secara umum, wajar lah klo penonton berkesimpulan : "Ooh orangtuanya setuju Rika murtad." dan mas Hanung membantah itu dg kalimat ; "Bagian mana orgtua Rika yg menyatakan menyetujui murtadnya?" Menurut saya, hrs perlu kedataran emosi saat menonton ini, tdk diambil sebagai panutan atau pedoman, masalahnya jika yg menonton menelan bulat2 bhw semua dlm film ini adalah contoh toleransi yg harus ditiru, ini yg bahaya.
beragam budaya....
ReplyDeleteberagam kepercayaan....
jgn smpe salah menyatukan...