from elcamiinooreal's mim
Ketika saya sedang ada di rumah, Ayah saya membawa pulang beberapa botolan air, tasbih dan nasi kotak, dari salah satu teman beliau yang pulang naik haji katanya. Beberapa waktu lalu sebelum berangkat ke Mekkah juga ada syukurannya, ini naik haji yang ke tujuh... terang beliau lagi.
Mendengar itu kok saya jadi miris.
Ada orang naik haji kok malah dongkol toh, Nin?
Saya mikir, uang untuk naik haji itu berapa banyak ya? Setahu saya semakin lama ongkosnya semakin mahal kan? Ada beberapa 'paketan' yang diikuti untuk naik haji, makin banyak plus-plusnya ya tentu makin mahal dong bayarnya. Oke jangan hitung yang satu kali, kita lihat yang enam lainnya.... biaya haji yang sebegitu banyak dikali enam, syukuran sebelum berangkat dikali enam, syukuran selepas berangkat dikali enam lagi. Oleh-oleh untuk banyak orang disekitar juga dikali enam.
Wow.
Pasti biaya saya kuliah saya sejak masuk hingga mau lulus, di kampus saya yang sekarang masih kalah.
Uang sejumlah itu kira-kira kalau dibuat hal lain pasti juga mendatangkan manfaat ngga sedikit. Uang sejumlah itu akan mengenyangkan fakir miskin sekian orang, akan menyekolahkan anak-anak tidak mampu sekian orang lagi.
Haji memang wajib bagi mereka yang mampu. Tapi untuk berangkat berkali-kali dengan jumlah yang sebanyak itu.
Pentingkah?
Rindu kepada rumah Allah dan berada disana? Bukankah Allah dekat, bahkan lebih dekat dari nadi kita sendiri... kata guru ngaji saya dulu. Allah sedekat itu dengan kita, dan ibadah haji juga tidak diwajibkan dilakukan berulangkali, apalagi kalau ada sesuatu yang lebih penting yang dapat kita lakukan untuk mengalokasikan uang tersebut. Bukankah ibadah yang bisa dilakukan ketika rejeki sedang berlimpah tidak hanya haji saja? Masalahnya cuma kita sudah berusaha belum dekat sama Allah selama ini? Ketika di sekolah, ketika kuliah, ketika dimanapun... sudah belum?
Nah, Allah dekat jika kita menginginkanNya dekat. Ketika kita mendekat padaNya, Allah akan lebih mendekat lagi pada kita. Dan bagi saya mendekat pada Allah tidak harus dilakukan dengan berhaji puluhan kali.
Nah, Allah dekat jika kita menginginkanNya dekat. Ketika kita mendekat padaNya, Allah akan lebih mendekat lagi pada kita. Dan bagi saya mendekat pada Allah tidak harus dilakukan dengan berhaji puluhan kali.
Terlebih lagi yang lebih bikin saya miris, haji sudah menjadi bagian dari gaya hidup sekian banyak orang. Bukan sebagai sarana mendekatkan diri seperti halnya dulu, lebih ke lifestyle... sehingga entah kenapa orang-orang terlihat seperti berlomba-lomba mengumpulkan predikat ber-bla kali naik haji. Semakin banyak kali semakin wah. Seolah menjadi tambahan H dan Hj dinamanya adalah sebuah prestise seperti halnya kita menyandang pangkat tinggi.
Itu baru haji, belum lagi umroh... umroh juga sudah demikian menjadi gaya hidup orang-orang yang mampu secara finansial tapi pemahamannya masih ngga kanan, ngga kiri. Cuma ngikutin arus. Coba deh kita tengok ke artis-artis yang sering hidupnya dibuat obrolan ditelevisi ini dan itu. Mereka umroh dan sepulangnya cerita (pasti) mendapat banyak pengalaman religius disitu, mengerti cintanya Allah... bahwa Allah terasa begitu dekat..
Loh loh... kemana aja toh mbak selama ini sampai baru nyadar Allah sedekat itu baru pas seumur gitu dan mesti ke Mekkah dulu... batin saya saat menunggu antrian makanan di warung dan pemiliknya memutar acara infotainment.
Beberapa minggu setelahnya si artis melupakan ucapan-ucapannya nan religius dan kembali lagi seperti gaya hidupnya yang sebelumnya, gaya hidupnya yang sebelum umroh.
Kok ngga ada bekasnya ya kepergiannya dia ke tanah suci? Saya 'mbatin' lagi.
Padahal ketika pulang dengan pengalaman religi-religi yang diceritakan di khalayak itu seolah-olah semua ibadahnya di terima dengan baik. Seolah-olah Allah sudah sampai betul kehatinya.
Benar, tah?
"Ya orang-orang yang berangkat ke tanah suci memang begitu Nin... begitu kembali biasanya disambut dengan meriah seolah-olah hajinya mabrur, padahal sebenarnya ya ngga begitu juga Nin... yang menentukan seseorang itu hajinya mabrur dan ngga adalah sikapnya, akhlaknya sebelum-sebelum melakukan keberangkatan itu.. Baik ngga akhlaknya? Peka ngga orangnya pada sesama? Nah dari itu saja kemungkinan kita bisa 'sedikit' tahu... ibadahnya orang ini bener-bener ngga...," kata dosen saya, seusai satu pertemuan bimbingan, beliau memang menyisipkan obrolan menjelang kami pulang.. penjelasan yang membuat saya berpikir.
Berhajilah ketika kita sudah mampu... karena itu wajib, namun jangan lupakan ibadah-ibadah lain... yang memberi manfaat pada lingkungan dan orang disekitar.. bukan hanya diri kita secara pribadi saja. Dan jangan lupakan, perbaiki diri.... sebelum haji saja untuk meraih cinta Allah kita mesti terus memperbaiki diri, apalagi sesudah itu..?
setiap gelar yang kita pikul, pasti mengandung tanggung jawab yang lebih besar lagi..
ReplyDeletedan mungkin, memang itu cara Tuhan menguji kesungguhan dan kelapangan hati kita dan ibadah ini ^^
salam hangat yah
Sampe bingung mau koment apa, yang pasti saya cuma bisa berdoa semoga kita bisa dihindarkan dari hal yang sia sia.
ReplyDeleteSalam.. .
masih terjaga di pagi buta mba ninda? :)
ReplyDeleteMemang Allah itu dekat, tatapi haji ini adalah rukun islam yang ke lima.. jadi hukumnya wajib bagi yang mampu.
ReplyDeletesetuju saya dengan ini, naik haji itu wajibnya ya cuma 1 kali, bahkan nabi saja cuma 1 kali haji nya (kalau tidak salah), hidup itu terasa indah jika kita berguna buat orang lain, apalagi kepada sesama Muslim.
ReplyDelete@mbak wied, iya mbak wied... :)
ReplyDelete@mas mood, amiiinnn
@melyn, iya melyn ada tanggungan :)
@kamal, entah ya saya rasa komentar kamu diketik tanpa membaca keseluruhan isi tulisan saya... saya ngga bilang haji itu ngga wajib lho... saya bilang wajib cuma....(yg digaris bawahi) ada hal-hal yg kadang dilupakan orang.. nah itu yang tengah saya tuliskan dari sudut pandang saya..
@Ma'arif
ReplyDeletebenar, Rasulullah menunaikan ibadah haji sebanyak satu kali... dan beliau melakukan ibadah umrah sebanyak empat kali..
Ninda, aku pernah nulis di tulisan Oleh-oleh dari kakakku pulang umroh. Ada orang saat di Mekah, Madinah, terbawa arus relijius. Begitu pulang lupa, yang penting pernah ngerasain.
ReplyDeleteKayak ngerasain makanan trus ditulis di blog rasanya gini. Padahal untuk selamat dunia akherat keimanan, ibadah mesti dijaga sampai mati.
Emang selalu berusaha hidup lurus gak mudah. Ibarat memilih jalan mendaki, menahan diri, banyak membantu orang, menyisihkan waktu untuk ibadah. Ada ayat yang menyatakan itu di Al Qursn, makanya yang hidup lurus diberi imbalan oleh Allah, dimudahkan urusan dan masuk surga
hhe, iya bener ni,, pernah ikut kajian juga, akan lebih utama apabila rezekinya itu untuk menghajikan orang lain daripada untuk haji sendiri yang sudah berkali-kali.. allahua'lam siy,, (btw ninda novelis yak? wuidiih mantaf lah, semangaath menulis lah)
ReplyDeletenaik haji itu, dilematis jugA ya. hahah
ReplyDeletememang sebuah kenyataan di sekitar kita
ReplyDeletekalo memang niatnya memang beribadah
kayaknya lebih tepat dikerjakan diam diam
bukannya tiap berangkat dan pulang harus kumpulin massa
andai semua orang mempunyai cara berpikir seperti kamu nin.... Di satu sisi banyak juga orang berusaha kerah.. Bahkan hanya bisa bermimpi untuk naik haji... Namun banyak juga orang2 yg berpikiran seperti orang di atas...
ReplyDeleteAndai semua orang bisa lebih memperhatikan orang disekelilingnya... Dunia pasti akan jadi lebih indah...
sama juga dg pergi ke Yerusalem bagi nasrani, itu kadang juga cuma sekedar show off saja.
ReplyDeletesaya juga tidak faham betul bagaimana mabrur itu, tapi dari beberapa orang yang saya cintai yang diberi kesempatan oleh Allah ke rumahNya, mereka sekarang jadi takut banget sama sifat riya, kalo urusan amal n ibadah mreka gak mau kalo ada orang yang tau sedikitpun.. saya salut sama mereka..
ReplyDeletewah,,,sy jg pngn haji ini mbaknya..
ReplyDeleteHmm bener juga. Lebih baik uangnya buat fakir miskin. Percuma dia haji berkali-kali kalo orang sekitarnya kesusahan :)
ReplyDelete:sekoteng:
waawwww...tujuh kali....hmmm... *garuk2 kepala...
ReplyDeleteNgena banget mbak, apalagi buat aku yang masih jaug dari itu. Jauh banget, tapi setiap orang boleh berniatkan meskipun belum mampu.
ReplyDeleteSebenarnya kalau yang disorot artis ya salah, artis hidupnya ya nggak jauh2 dari kehidupan ngartis, jadi wajar kalau dari mereka sepulang haji maupun umroh kelakuan sama aja...
aku rasa ini sebagian kecil dari pertanda, sebenarnya kalau kita menengok yang di luar sana Gusti Allah Swt.dah ngasih tanda yang membuatku justru semakin lama merenung. Manusia sekarang hidupnya gengsi2an mbak, sedikit saja yang mengingat mati, sedikit saja yang mengamalkan perintah-Nya. semoga kita bagian dari yang sedikit itu,
jadi inget film Emak Ingin Naik Haji. mirip tu nyin...
ReplyDeletekadang aku juga mikir, mabrur nggaknya haji kan yang tahu Allah, apa iya manusia layak ngasih gelar H/Hj di depan namanya yak?
@mbak fanny
ReplyDeleteiya begitulah kira-kira mbak... pergeseran kegiatan religi menjadi lifestyle yang... entahlah...
@mbak ami
nanti saya tengok ah, postingan mbak ami yang itu...
@Pak Ies
Wa'alaikumsalam wrwb, bapak... saya mengakui sulit bagi manusia menghindari riya secara total... tapi memang kita harus senantiasa berusaha... semoga Allah memudahkan
@ajeng
eh hehhee iya ajeng benar...
amiin semoga kita termasuk yang sedikit itu, meskipun terlihat begitu sulit... kadang mbak rasa manusia memang makhluk yang sempurna namun kalau dalam hal bertsbih kepadaNya masih kurang dibanding makhluk2 Allah yang lain
@Rangga
ReplyDeleteIya banyak orang yang berpikiran sama Ngga, namun tidak semuanya... kadang dipikir memang begitulah hitam putih dunia... kadang dipikir lagi... kok begitu ya?
ayo nyin, kita haji bareng :D
ReplyDeletekembali ke asalnya...
ReplyDeletekalau orang arab sana naik haji hampir tiap tahun dong!!! mungkin juga sudah punya gelar haji dari kecil,
kalau soal perjalanan, biaya mahal itu, atau strata yang meningkat itu kembali ke diri masing-masing.
Yups. sudah selayaknya pemerintah mengkaji untuk pembatasan haji. kasihan yang masih antri bertahun2 untuk naik haji, semenntara ada orang yang berkali kali naek haji....
ReplyDeletewkwk...
ReplyDeletepadahal ntar ya kita dapat gelar gratisan di akhir usia, tanpa sekolah, tanpa bayar mahal-mahal ke Mekkah, gelar yang dimiliki semua umat muslim, almarhum dan almarhumah...
Dezzziiiggg!!!!
berhaji kalau belum bisa baik, berarti belum bisa dikatakan mabrur....banyak di masyarakat kita yang berulangkali naik haji tapi ternyata tidak baik....dalam film "emak ingin naik haji juga....
ReplyDeletesemoga kita nanti bisa menunaikan ibadah haji dan jadi haji yg mabrur.
ReplyDeleteamiin amiin amiin....
menerobos kondisi yang berjalan adem ayem di sekeliling kita dengan pemikiran-pemikiran yang cukup kritis, bahkan cukup berani dilihat dari kasus diatas....yah..mba..kita sama kalau begitu....ingin selalu mencari-cari kebenaran sejati yang tentunya ada disekitar kita....
ReplyDelete^_-^
saya pernah mendengar, yang mampu menunaikan haji, harus mampu menopang hidup tetangganya radius 40 rumah, kali sampai ke 7 kali
ReplyDeletewuih padahal wajibnya hanya satu
say : no comment :D
ReplyDelete8diketik via As Card hehe
padahal ga semestinya hj berkali2 gtu kali ya, harusnya dia tengok ke sekeliling kita masih banyak orang2 yg miskin, kelaparan di mana2. di sedekah kan insya Allah lebih baik, mungkin saja dengan asbab bersedekah bisa menjadi hj yg mabrur, karna yg menilai hj mabrur atau ga nya hanyalah Allah swt.. karna bagi Allah itu semuanya mudah..
ReplyDeleteterima kasih ya, artikelnya bagus bgt..
Saya sampai termangu ketika, memanggil orang dengan kata bapak, beliau tidak mau menoleh kemudian temanku memperingatkan dia itu haji maka panggilah dengan sebutan hajinya, pasti menoleh. Padahal naik hajikan ibadah.
ReplyDeletesetuju sekali dengan yang satu ini.
ReplyDeletesalam kenal ya mbak ninda dari amirul di jepara
Semoga org2 yg berkemampuan ini bs tersadar esensi dari sebuah manfaat utk umat..
ReplyDeleteya setuju banget..
ReplyDeletesaya baru disini salam kenal ya..