from elcamiinooreal's mim
Aku ingat segalanya tentang orang itu seolah baru terjadi kemarin.
Bukan, bukan mantan kekasih.
Dia hanya salah satu diantara orang yang kukagumi, ralat.. 'pernah kukagumi'..
Dia yang dulu begitu mencolok dikeramaian, oh sangat berkharisma.... tampan, terkenal, pandai menempatkan diri dan entah kenapa selalu memakai baju-baju yang menonjolkan potensinya sebagai kekasih, dan terutama warna mata kecoklatan itu. Lelaki yang kucemburui dalam kediaman, lelaki yang diam-diam aku menuliskan namanya disudut notesku. Lelaki yang... (mm kalimat berikutnya perlu di bold dan digarisbawahi menurutku) tidak mencintaiku balik.
Siang hari terik dan aku ingin lumeran es krim coklat di lidahku, kami berhadapan. Hidangan itu sudah dipesan tiga menit lalu dan belum sampai ke hadapanku apalagi ke lidahku yang kerontang menagih dingin.
"Kau takpernah lagi mengirimkan email ya, sudah lama sekali," ucapnya..
Memang lama, empat tahun lalu kalau kamu masih ingat.
Aku mengedikkan bahu, "Ah soal itu, mengapa harus aku? Kita bisa saja kok berbincang via email kalau kamu mau sedikit memberikan waktu maha berhargamu untuk paling tidak menulis email duluan...,"
Kamu pikir aku orang macam apa yang akan terus mengirimkan email padamu selayaknya surat kabar yang mesti di update setiap hari, dan kamu membalasinya kadang-kadang...mungkin jika moodmu baik.
Dia tertawa, "Ah ya..."
"Emailku mahal sekarang," aku mengeluarkan senyum paling sok eleganku.
"Oke, semahal apa?"
"Semahal yang kau bisa perkirakan, kelewat eksklusif...hehe,"
Toh seberapapun yang kamu tukarkan untuk membuatku mengirimimu email duluan tidak akan mampu menggerakkan aku untuk melakukan kebodohan itu lagi. Seperti itulah hal yang telah lalu. Bukannya kamu sudah tidak lagi rupawan, kamu hanya tidak lagi memukauku.
Dan maaf, harapan yang sudah kandas bukan sesuatu yang mampu dengan gampang ditumbuhkan dalam waktu sehari. Kamu tidak tahu.
Yah, satu pertemuan kecil kita pun mampu membuatku berkemungkinan keliru menilai maksudmu, kamu terlalu tersamar... too good to be true. Ge-eRnya aku, kumarahi diriku sendiri yang barusan terlalu percaya diri dengan asumsi.
"Kamu tahu, aku rindu....," dia menatapku, tatapan pembuat gerah yang masih sama, "aku rindu membaca emailmu.. yang entah bagaimana karena kamu keseringan mengirimkannya otomatis jadi membuatku menanti-nanti. Seperti rutinitas yang terlanjur membiasa.."
"Seperti mandi pagi dan ketika kamu sakit kulit lantas ngga bisa mandi pagi kamu merasa ada yang kurang?"
"YA..."
"Kamu hanya merasa kehilangan pengagum kalau menurutku..."
Dia takjub, "Bercanda...? siapa mengagumi siapa nih maksudnya?"
Oh aku keceplosan.
"Aku ngga sepercaya diri itu, Fi..."
"Aku tau kamu bukan orang yang sepercaya diri itu, bercanda.." garing kumainkan tisu diatas meja, mataku menangkap pemandangan es yang mulai mencair milik seseorang disudut ruangan. Sebegitukah bentuk cairnya sebuah kekaguman? Jadi tidak berbentuk.
"Wah aku tertipu. Rasanya nyaris merasa senang dengan komentarmu tadi,"
bola matanya meredup. Kamu salah lihat, Fi... tegur hatiku keras.
"Ha! memangnya kenapa?"
"Mmm aku harus bilang? Kamu bilang tadi cuma candaan?"
"Semisal bukan?" pancingan... matanya berpendar dan cahaya itu mencair seperti es krim yang barusan leleh di lidahku (oh terima kasih Tuhan akhirnya sampai juga benda dingin itu di atas mejaku). Kurasa aku hanya terlalu tenggelam dalam pertemuan masa lalu ini, sepertinya. Pertahanan diri yang buruk. Semestinya aku tidak begini penasaran kalau percikan itu sudah tidak ada.
Ya kan?
Ya kan?
"Well... mungkin kita bisa jalan berdua lagi lebih sering," seenteng kapas. Ringan. Tapi seolah bermuatan listrik tinggi. Tawaku muncul tanpa bisa kukendalikan lagi. Entah bagaimana begitu susah berhenti, dia... makhluk rupawan yang pernah kukagumi menatap wajah penuh tawaku dengan penuh tanya.
"Aku benar-benar CUMA bercanda kok," satu kata penuh tekanan.
"Aku sudah tidak bisa mengira-ngira isi pikiranmu lagi seperti dulu, terus terang aku kagum," senyuman kecil itu, "aku juga cuma mencoba menipumu lewat pernyataan barusan... agak vulgar kurasa untuk ukuranku," dia membuang pandang ke jalan raya.
"Baguslah, karena kalau kamu sedang tidak mencoba menipuku mungkin kamu akan kecewa," tawaku masih membumbung. Ada yang aneh dari tawamu, ada apa?
"Tidak mungkin, kamu terlalu berharap kecewa itu datang padaku rupanya... tidak akan," tawanya sumbang, tidak seperti dulu, bahkan tidak seperti beberapa jam lalu ketika aku pertama kali mendengar suaranya lagi berhembus dari speaker ponselku.
"Yah kamu tahu sendirilah, I'm engaged..." kutunjuk cincin di jari kiri, penuh senyum dan membuang pandang pada ekspresimu.., kaku..."Ya, terntu saja aku tahu... makanya aku bilang tadi bukan hal yang serius kan.."
Kamu bohong.
Kamu tidak tahu, dan bahasa tubuhmu yang mencoba rileks semakin menjelaskan itu padaku atau juga senyum terpaksamu. Apa waktu yang sedemikian panjang membuat kita jadi bertukar pembawaan. Aku jadi bisa membaca lagak lagumu dan kamu jadi begitu bisa ditebak.
Siang ini sudah tidak lagi nyaman. Aku tidak tahu ada apa dengan dulu dan sekarang dan apa sebenarnya cerita yang tidak kamu tunjukkan. Mungkin aku sudah merobek hatimu saat ini. Seperti yang kamu lakukan padaku waktu itu, menjelang dini hari di tahun baru pertama yang aku lewatkan bersama kamu. Tahun baru pertama yang kulewatkan beramai-ramai dan kebetulan semua terlalu bersemangat sementara aku dan kamu berdiri bersebelahan menatap langit, menanti kembang api mekar.
"Alasan aku suka kembang api adalah karena keindahannya yang besar susah kujangkau,"
"Hah?"
Kamu tertawa penuh makna, "aku selalu merasa akan jatuh cinta pada wanita yang tidak tertarik padaku..dan benar, aku bertemu dia kemarin... aku jatuh cinta... Fi." tanpa beban kamu mengalunkan kalimat itu seperti menyanyi sebuah lagu. Kalau bahagia seperti parfum, bahagiamu aku yakin akan mengharumkan 3 lantai gedung.
Gemebyar kembang api dilangit itu mendadak muncul. Mekar. Bunga api itu mekar memuncak dan terserpih ke segala arah, mewakili hatiku yang pecah dan bahagiamu yang membuncah.
Aku tak perlu penasaran kepada siapa kamu jatuh cinta, hari-hari esok akan membuat namanya sampai ke telingaku, dan begitulah aku tahu. Seperti terbangun dari mimpi kemudian tanpa aba-aba aku sudah menghentikan email-email yang berkemungkinan memenuhi inboxmu dengan namaku. Dan sejak itu aku selesai dengan kamu.
Sekarang kita berkebalikan, merasakan posisi masing-masing mungkin... entah dengan cara yang sama atau berbeda. Waktu ini menggerahkan. Aku tidak tahan.
"Aku tidak bisa lama-lama ngobrol sih, tidak ada hal yang pengin kamu sampaikan lagi?"
"Kamu sibuk, Fi?"
"Iya sih.... aku ada janji lain. Kamu mendadak soalnya waktu meminta waktuku tadi... ngga apa-apa ya?"
"Oh oke... take care...terima kasih atas hari ini,"
"Yah, sama-sama.... aku juga lumayan kepingin tahu apa kabarmu setelah waktu lama berlalu," seulas senyum dan kedikkan bahu, "aku pergi.. hati-hati pulang nanti ya,"
Kubalikkan punggung bersama dengan saat kulipat ulang ulang lagi saat tahun baru itu, atau saat tadi. Kamu sudah begitu terlambat untuk membuatku masih menyadari bahwa aku butuh kamu, atau segala patahan asa itu sudah hanyut dibawa pergi laut. Maka kamu yang masih ada di hulu sungai, terlalu terlambat untuk kamu pergi dan mengejar. Waktu berjalan seperti seharusnya, rodanya berputar. Sekarang kita impas ya.
Jika tidak, anggap saja begitu.
Gemebyar kembang api dilangit itu mendadak muncul. Mekar. Bunga api itu mekar memuncak dan terserpih ke segala arah, mewakili hatiku yang pecah dan bahagiamu yang membuncah.
Aku tak perlu penasaran kepada siapa kamu jatuh cinta, hari-hari esok akan membuat namanya sampai ke telingaku, dan begitulah aku tahu. Seperti terbangun dari mimpi kemudian tanpa aba-aba aku sudah menghentikan email-email yang berkemungkinan memenuhi inboxmu dengan namaku. Dan sejak itu aku selesai dengan kamu.
Sekarang kita berkebalikan, merasakan posisi masing-masing mungkin... entah dengan cara yang sama atau berbeda. Waktu ini menggerahkan. Aku tidak tahan.
"Aku tidak bisa lama-lama ngobrol sih, tidak ada hal yang pengin kamu sampaikan lagi?"
"Kamu sibuk, Fi?"
"Iya sih.... aku ada janji lain. Kamu mendadak soalnya waktu meminta waktuku tadi... ngga apa-apa ya?"
"Oh oke... take care...terima kasih atas hari ini,"
"Yah, sama-sama.... aku juga lumayan kepingin tahu apa kabarmu setelah waktu lama berlalu," seulas senyum dan kedikkan bahu, "aku pergi.. hati-hati pulang nanti ya,"
Kubalikkan punggung bersama dengan saat kulipat ulang ulang lagi saat tahun baru itu, atau saat tadi. Kamu sudah begitu terlambat untuk membuatku masih menyadari bahwa aku butuh kamu, atau segala patahan asa itu sudah hanyut dibawa pergi laut. Maka kamu yang masih ada di hulu sungai, terlalu terlambat untuk kamu pergi dan mengejar. Waktu berjalan seperti seharusnya, rodanya berputar. Sekarang kita impas ya.
Jika tidak, anggap saja begitu.
iya, impas itu :)
ReplyDeleteini cerita fiksi kah?
Emailku mahal sekarang, --> it sounds arrogant, i think...
ReplyDeletekok impas2-an... kaya hutang aja.. :)
ReplyDeletefiksi ya ini Nin?.
ReplyDeletebaguus... *meski nggak sepenuhnya ngeh maksudnya apaan*
cerita sahabat yang sebenernya masih memendam cinta yang lama nggak ketemu, yang pada akhirnya masing2 udah memutuskan jalannya sendiri ya?
salam kenal yaa...
ReplyDelete@nuel, arrogant but it's true... rata2 begitulah wanita, sebel kalau dalam kondisi yang sama :D *halah*
ReplyDelete@bang gaphe, iya fiksi bang... sejenis cinta yang berpapasan, dalam dua waktu.. sama sama ngga ketemu :)
lama gak kesini, piye kabare :)
ReplyDeleteKunjungan kangen ke blog sahabat. Apa kabar? Aku pengen lagi baca karyamau di radio..seperti dulu..hihihi...
ReplyDeleteKunjungan kangen ke blog sahabat. Apa kabar? Aku pengen lagi baca karyamau di radio..seperti dulu..hihihi...
ReplyDeleteapik~~~k... mbok ya dijdiin nopel mak... ntar saya jadi first reader nya~~~
ReplyDeleteeh ralat mak, "too good to be true"
yes yes...kak ninda posting...HOREEE....*loncat-loncat di kasur*
ReplyDelete"senyum paling sok eleganku" >>keren!! haha..
ReplyDeletemenyebalkan saat kita suka sama ssorg tp org itu gk suka sama,dilain kesempatannpas kita udh gak suka , dy mlh suka.. sudahlah artinya gak jodoh hiihii.. cerita'a bagus.. ^^
huaaah.....
ReplyDeletekeadaan yang bener-bener dingin..
ehm.. :)
fiksinya runtut sekali Nin.
ReplyDeletehihi aku suka cerita ini.
ReplyDeleteimpas. cinta yang bertepuk sebelah tangan.
aku juga pernah merasakannya. persis.
hmmm... posting yg bagus. salam kenal n follow balik kawan, makasih.
ReplyDeletedua jempol ah buat tokoh gadis itu :D
ReplyDeletepelajaran buat para lelaki agar jgn menyia-nyiakan wanita yg care dengan dia, kalau tdk mau menyesal suatu hari :D
hahahaha, bisa ya seperti itu. bisa impas gitu. andai ajah ada yg kayak gitu, aku pengen dia merasakan berada di posisiku. hehehe
ReplyDeleteIni cerita fiksi atau cerita nyata sih!
ReplyDeletekayak film 5 cm per second ya?
ReplyDeletelama nggak email?
ReplyDeletesekarang fesbuk.......
wah...mendalam...
ReplyDeletenais post gan...:D
@nuel: Emailku mahal sekarang,<< kalo menurutku itu sah-sah saja diucapkan mengingat ragam emosi yang mendasari terucapnya kalimat ini...
ReplyDelete@ninda: nice story nin, bikin aku dalam fase 'remembering past'
saknone rek critane.. tapi terkadang memang cinta membingungkan..
ReplyDeletedan rangkaian kata2mu sungguh menawan an.. perlu mikir untuk ngerti hehehe
cinta ga tepat waktu,
ReplyDeletemasing2 waktu, masing2 bertepuk sebelah tangan
hem, banyak dari kita yang terjebak antara kagum dan cinta... tapi sy rasa cinta itu bukanlah semata kekaguman yang untouchable. cinta itu logis, dan cinta itu tidak menyakiti...
ReplyDeletejust an opinion, slm kenal
Hmm alur cerita bagus ... dari hulu ke hilir - tetap gak faham :)
ReplyDelete(maaf - aku yg telmi kalik?)
maaf ya nyelonong komen abis ceritanya mirip kisah pengalaman pribadi saya.
ReplyDeletekalo menurut saya sih lebih baik ajak jadian daripada memendam perasaan gitu.
Good story....
ReplyDeleteBut, wanita or pria yang baik dalam Islam saling menjaga hubungan, pandangan, n interaksi. Tapi, bisa jadi inspirasi juga :)
anyiiiiiiiiin : mo poto bersama? tak edit wes :P
ReplyDeleteHihi sebuah perasaan yang sulit di ungkapkan. Tapi sekalinya perasaan itu terucapa dari mulutnya.. #jengjeng :p
ReplyDeleteHehe mbak, sumpah keren banget fiksinya :D
Ajarin dong. Ajarin :D
Aslm.
ReplyDeleteKak, dapet award nih dari Aul.
Congrats yaa :))
http://aul-home.blogspot.com/2011/06/auls-open-home.html
kak ninda
ReplyDeleteada tugas ni buat kakak di blog dici..^__^
Walaupun fiksi tapi saya rasa ini juga sedikit bersinggungan dengan kisah nyata kamu.
ReplyDeleteIya kan..?
*Maksa nanya dalam kesoktahuan :P*
Salam.. .
ceritannya cinta terpendam nich,semoga tidak bertepuk sebelah tangan
ReplyDeleteSaya baru saja check semua..benar2 copasnya gak ketulungan dan tak sesuai kode etik perbloggeran..
ReplyDeleteSaya baru saja check semua..benar2 copasnya gak ketulungan dan tak sesuai kode etik perbloggeran..
ReplyDeleteKalo saya mau dong es krim coklatnya saya kan juga penggemar es krim coklat
ReplyDelete