from elcamiinooreal's mim |
Ditengah itu seorang temen nyapa saya. Nerusin chit-chat yang terakhir saya lakukan via GT dengan dia. Si teman ini, cowok. Penempatan kerja di wilayah yang kira-kiranya saja terpencil. Dia bilang sama saya mau nikah dengan seorang wanita yang wanita itu dan keluarganya sudah dia dekati beberapa bulan belakangan ini, dia bilang dia ngga tahan hidup sendirian dan ngga ada yang ngurusin.
Manja ah kamu, kata saya.
Apa yang salah dengan sendirian di pelosok sebagai lelaki, tentu saja itu resiko kerja. Mana ada men kompensasi tanpa pengorbanan... Lha wong lotere aja juga mesti korban beli kartu undiannya toh?
Apa yang salah dengan mengurus diri sendiri? Toh manusia juga punya bakat survive sedari jaman purba. Saya yang begini doang saja tahan-tahan aja hidup dengan mengandalkan diri sendiri demi mandiri dan ngga nyusahin orang lain selama saya bisa mengatasi sesuatu sendiri.
Apakah cuma sedemikian aja alasan buat menikah?
Karena aku ngga ada yang ngurusin, makanya aku nikahin kamu?
Begitu...??
Ngurusin dalam arti apa sih...? Ngga ada yang masakin, nyuciin baju, beresin rumah buat kita?
Kita butuh istri apa sebenernya butuh pembantu rumah tangga?
Sesuai dugaan saya dia melakukan legitimasi penguatan tindakannya dengan agama. Aduh.... tentu saja saya setuju dengan dalil-dalil itu tapi apakah menikah adalah sesuatu yang kamu pandang sebagai pelegalan untuk melimpahkan semua tetek bengek kerjaan kepada istri? Biar enjoy kerja dan santai-santai aja tanpa mikir nyuci baju, nyiapin sepatu apalagi nyapu-nyapu.
Saya males debat-debatan, saya bilang terserah kamu... itu sih hidupmu dan kaitannya dengan istri dan keluarga kalian berdua. Bukan urusan saya sih... Monggo-monggo saja.
Dalam hati saya menyayangkan alasannya. Entahlah bagi saya menikah itu bukan sesuatu yang keburu-buru karena sesuatu kondisi. Karena pada akhirnya menikah dengan cara seperti itu sebenarnya adalah bentuk dari keegoisan salah satu pihak saja.
Apa ngga bisa paling ngga menunggu hingga niat kita sudah lebih murni, "aku pengin selalu kamu sama-sama aku menjalani hidup, aku pengin ngurusin rumah dengan bagi tugas bareng kamu, aku pengin bareng kamu nuntun anak-anak kita menjalani hidup mereka, bukan karena aku atau kamu ngga bisa sendiri tapi sama-sama memang yang paling baik kan?"
Mungkin saya ngga bisa menggambarkannya dengan tepat sesuai maksud yang saya ingin, Keinginan bersama-sama yang bukan dilatari pingin dirawat, pingin dimanjakan yang landasannya karena takut sendiri, tapi ketika kita sudah memikirkan... bagi dia bersama-sama menapak tahap hidup yang selanjutnya mungkin pilihan terbaik karena dari berbagai sudut penilaian dia sudah menapak siap lahir batin itu.
Kapan waktu seorang teman yang terpaut beberapa tahun usianya dari saya, lelaki dan sudah menikah bertanya : kapan nikah?
Kapan-kapan aja mas hehe, entah mungkin saya rasa jalan saya masih jauh....
dia membalas: jangan sombong, umur manusia ngga ada yang tahu.
Sejujurnya perkataan itu cukup mengganggu hati saya, kamu ngga pernah kehilangan satupun orang yang kamu kasihi dan kamu ngomongin masalah umur dan kematian sama saya? batin saya yang lagi labil nggrundel.
Tarik dan hembus nafas lama, berusaha menurunkan emosi saya sambil berusaha ngga menulis dengan nada marah....
Soal itu saya sih sangat tahu mas... tapi persepsi kita beda sih memang soal umur yang ngga terbaca sampai kapan ini. Bagi saya kalau saya besok mati dan ngga sempet nikah ya ngga apa-apa... Lha wong itu kehendak yang punya nyawa saya, saya sebagai ciptaanNya manut. Saya sih ngga mau semisal tahu perkiraan umur saya karena misalnya saya sakit parah kemudian maksa menikah karena pengin merasakan menikah sebelum saya meninggal... saya ngga mau begitu karena kasihan kan orang yang hidup sama saya itu... baru berapa lama bareng saya saya tinggal mati. Dia kan juga butuh teman hidup yang ngga cuma sesaat... egois misal saya begitu.
Hening.
Sangat lama sebelum dia membalas dengan ralat, bahwa dia cuma bercanda, entah benar atau tidak... tapi saya rasa ucapan 'nusuk' itu lumayan serius sih.
Bagi saya terserah bagi kamu atau kamu atau kamu untuk menikah tua, menikah muda, tidak menikah atau menikah dengan alasan-alasan yang kayaknya selfcentered, bukan demi kebaikan berdua tapi lebih pada kebaikan sepihak. Tapi jangan ngusik-ngusik saya, ndesek-ndesekin saya untuk ngikutin jejak kalian-kalian ini dengan berbagai dalih... menyuapi saya segala dalil yang saya sepakati tapi tidak saya telan dengan makna yang sama dengan yang kalian yakini. Terus menuduh saya beginilah begitulah..... seperti yang pernah saya terima di posting saya yang lebih dulu tentang menikah muda... komentar lelaki-lelaki yang : jangan begitu dong kan kamu wanita semestinya kamu begini lo.... atau komentar dari wanita-wanita yang terkesan menilai bahwa kalau saya tetep begitu sampai kapanpun saya ngga akan pernah siap menikah.
Saya menjalani hidup saya dengan cara-cara saya... kalau saya nyesal itu bikin saya belajar tapi setidaknya sayalah yang milih jalan saya sendiri, bukan dipilihin. Bukannya nyalahin anda atau anda atau anda karena maksa ngasih saya sebuah tindakan tanpa hak pilih.
Menikah itu menyempurnakan agama, lebih menundukkan pandangan dan banyak lagi manfaat lainnya.
Saya setuju.
Tapi tidak ada keharusan untuk melakukannya saat usia hidupmu sudah mencapai usia sekian kan? Jodoh saya sudah ada yang ngatur, saya sangat percaya itu. Kalau maunya Allah saya akan menikah pada suatu waktu yang entah hanya Dia yang tahu, maka saya akan lancar menikah pada waktu itu. Bukan dengan terburu-buru takut dibilang ini takut dibilang itu. KuasaNya nyata, jadi tidak patut rasanya kita meragukanNya.
Bagi saya, saya masih punya banyak mimpi. Saya kuliah susah payah dengan biaya yang tidak sedikit bukan untuk menjalani hidup yang 'bagi saya' hanya 'begitu saja'. Standar.... saya ngga punya pandangan yang sama dengan seorang teman saya yang bilang, "Yah kalau ada cowok yang datang ngelamar aku dan pas sama semua kriteriaku yaudah... what are you waiting for gitu kan?" Hehe saya cuma ketawa, cuma bisa diem mbatin... kok pasrah amat... bukannya bareng sekarang atau nanti dilepas berapa kalipun juga bakal balik lagi kalau dia benar dipilihkan Tuhan untuk kita? Dan mimpi saya sebelum menjadi seorang istri adalah mewujudkan banyak cita-cita, lulus kemudian mengisi waktu satu tahun sebelum kuliah lagi dengan sesuatu yang bermanfaat, kuliah lagi, mencicipi jenjang karier yang bagus dan gaji yang sama bagusnya pada pekerjaan yang saya sukai atau yang sesuai dengan bidang kemampuan saya selama beberapa tahun yang mungkin diselingi dengan travelling. Paling tidak, saya pernah mencicipi itu... pengalaman, karier dan penghasilan yang menuntut pemaksimalan sumberdaya yang kita punya sebelum akhirnya mengalah untuk bekerja yang lebih ringan untuk untuk lebih banyak berada di rumah demi keluarga saya nanti. Saya hidup untuk melihat dunia sebelum melepaskannya dikemudian hari dan menggantinya dengan tanggung jawab utama seorang wanita yang umum, ibu, istri.
Saya punya cita-cita yang saya simpan untuk diri saya dan sudah sekian lama pernah saya koarkan dihadapan ibunda saya. Saya ngga mau mengorbankan itu jika saya bahkan tanpa pernah merasakannya. Ibunda saya menyekolahkan saya bukan untuk melihat anaknya menikah buru-buru seolah besoknya dunia runtuh padahal ketika itu dunia masih tersingkap seperdelapan dipandangan mata saya. Saya ngga sesuperior itu untuk merasa cukup dan besar dengan merasa diri saya sudah memandang keujung dunia.
Bagi saya masa hidup anak setelah lepas dari uluran tangan keluarganya menyandang tanggung jawab untuk membalas uluran tangan itu. Bahwa saya bisa menjadi seperti ini. Bahwa beliau tidak menyia-nyiakan segala itu tanpa saya menjadi apa-apa. Bahwa dengan pemberian berupa ilmu yang beliau beri melalui sekolah itu saya bisa menjadi berhasil dengan kaki sendiri tanpa bantuan dana beliau lagi, sama sekali.
Yang lebih utama lagi, keputusan yang saya ambil dalam menjalani hidup saya terjadi setelah mengalami proses yang panjang dan pemikiran yang mantap. Dengan masak-masak, bukan dengan spontanitas... alasannyapun bukan dengan hanya hal-hal yang saya sebutkan diatas, tapi juga karena hal-hal lain yang melandasi itu. Jadi jangan desak saya mengikuti jalan anda karena anda tidak mengalami hal-hal yang sama seperti yang saya alami, beban yang sama seperti yang saya tanggung dan alasan-alasan yang tidak tercantum dalam kehidupan dan pikiran anda namun ada pada pikiran saya. Tidak harus saya menjabarkan alasan-alasan itu semuanya untuk saya beritahukan kepada anda-anda ini kan....?
Setuju dan tidak setuju terserah anda ya, kadang saya pengin banget menekankan dengan huruf BOLD BESAR BESAR... ini jendela dan lembaran milik saya, saya nulis disini karena saya pengin tetap waras, saya nulis disini karena ngga pengin kebeban dan keberatan pikiran. Saya nulis ini untuk cerita. Saya nulis ini untuk menyampaikan pandangan saya, bukan untuk mengklaim yang ini benar dan yang ini salah. Atau apalagi menyalahkan anda karena tidak menjadi seperti saya.
Seperti yang saya bilang, itu hidup anda... ini hidup saya... selama bukan hal yang luar biasa buruk jika dilihat dari pijakan/pedoman yang pasti, maka kita hidup dengan cara yang kita pilih. Yang kesemuanya itu tentu diikuti tanggung jawab yang setara.
.
pertamax...dulu...
ReplyDeletemeskipun kamu bilang terserah mau setuju atau apa, tapi sata benar-benar ingin bilang saya setuju.
ReplyDeletesaya juga berpikir seperti itu. setiap kita mengalami hal yang berbeda. sekalipun kita mengalami hal yang sama, kita memandangnya dan meindak lanjutinya dengan cara yang berbeda. tidak ada alasan bagi sesorang untuk memaksakan pemahaman atau pendapatnya atas orang lain. sekedar berbagi pendapat tentu boleh, tapi kalau sampai mendikte arah hidup orang lain berdasarkan arah hidup kita, tentu itu bukan hal yang bisa diterima.
kita hidup dengan cara kita sendiri, berdasarkan pemahaman kita sendiri, dan akhirnya bertanggung jawab atas pilihan-pilihan itu sendiri.
bukan begitu, ninda? :)
menikah, saya juga nggak siap kalo disuruh nikah sekarang. belum bisa apa2, masih cengeng, manja, belum bisa survive, masih suka ngeluh. kasihan suamiku ntar mbak2, tiap hari denger keluhanku. baiknya menata diri saya sendiri dulu, menyelesaikan sekolah, nyari kerja, banyak2 melahap buku, belajar dari orang dan lingkungan sekitar serta lainnya... ilmu agama, dalil, haduhhh masih cethek ilmu agama saya ini. Malu pokoknya >.<
ReplyDeletemenikah muda kalau juntrung2nya nafsu aja ya nggak baik, menikah muda kalau cuman 'pengen' dll ya nggak baik juga kan...nanti toh ada waktunya, setuju aja saya sama pendapat mbak Ninda.
hehehe an lagi nggerundel..sabar yah an...
ReplyDeleteeh si "tmn" yg deket rmh sy bukan yah ? hahahaha
Semoga semuaaa yang di cita-citakan Mbak tercapai, semangat terus Mbak, btw picturenya lucu :)
ReplyDeleteaslm wr wb, nduk..
ReplyDeleteapa kabar?
luamaaa nggak mancik ke sini, rek.
kamis kemarin, seperti biasa, daku ke unibraw lho. ngisi training di sana. hehe.. lagi libur kuliah, ya? *di RS sih ngga kerasa libur ngga nya. kalo dapet shift, ya ngga ada hari libur.*
piye, piye, nduk. wes adem durung saiki? mestinya uda, ya. nduk, ada artikel bagus, nih. soal jodoh. mbuh cocok apa ora sama kamu, be'e bisa buat main-mainan aja. seneng-senengan aja.
dan sapa tau, ternyata bisa bikin kamu makin kokoh berdiri, makin kuat menjejak. ini linknya, nduk..
http://algristian.wordpress.com/2011/07/19/teori-tentang-jodoh-mau-denger/
hahay.. promosi blog sendiri, nih.
wkwkwk..
ya sud, sampe ketemu lagi, nduk.
be strong di sana, dan keep istiqamah, yaa.. salam dari andam di sini. ;)
... .
my another page:
http://smileleadershipcentre.com/
"the best self-hypnosis based healing for you."
Aku setuju dengan Mbak Ninda.
ReplyDeleteMasih banyak hal yang harus aku wujudkan sebelum akhirnya mengalah demi keluarga kecilku, nanti.
Aku mau gantian mengurusi kebutuhan orang tuaku, sebelum nantinya sibuk mengurusi kebutuhan keluarga kecilku.
Meski kadang, aku juga diingatkan, menikah, punya anak, tentu juga akan membahagiakan bagi orang tuaku.. Tapi sampai saat ini, rasanya aku masih mau egois, masih mau meraih mimpi-mimpi yang terlanjur aku rancang dan aku janjikan pada orang tuaku :)
gimana ya... err... laki-laki emang jauh lebih sederhana rangkaian otaknya ketimbang perempuan. -__-
ReplyDeletega bisa dipaksa mikir seribet cewek. saya juga sering dengar begituan dari temen2 cowok, nikah buat memenuhi kebutuhan diri sendiri, tapi ya memang begitulah (kebanyakan) cowok.
wah... seneng deh, anin ngepost setelah lama kutunggu2, kayaknya sibuk gitu... :)
wuih....sampai segitunya ya....hehe....bolehlah, itu memang pendapatmu, tapi mang ada benernya juga kok, enakan juga menikah nggak terllau buru-burur selama memang kita bisa menjaga pergaulan kita, menikmati masa lajang diisi dengan hal-hal yang positif akan meninggalkan sejuta kenangan yg nggak akan terlupakan kalau kita ntar sudah dewasa, keep spirit dear, kejarlah apa yg menjadi cita dan cintamu.
ReplyDeleteheheh..bner jg kak..kdang aku risih jg ditanya kpan merid.??kapan,,kapan..??huh,,,
ReplyDeletemalah kmrin ada yang bergosip kalo aku mau tunangan dan tmn2 pada nanya dan bilang "kenapa ngga bilang2?? udah semoga mnjadi keluarga yg sakinah mawadah warohmah.."
aku: &^#^%!&#*#*
ckckckckc
Huaaaaaa.. ada penampakan nih... :D
ReplyDeletegmn udah kerja belum? kalo udah dapet,sekalian nikah yah wekwekwek.. :)
Tips Desain Cincin Pernikahan
banyak orang menyuruh kita menikah secepatnya... apalagi buat perempuan, sepertinya ada batasan umur.
ReplyDeletedan aku, sudah melewati batasan tadi sudah sangat lama....
sudah begitu seriiiiing ditanyain hal seperti itu, sampai pada titik dimana mereka bosan dan berhenti bertanya. heheheheeee
setuju sama Ninda
semua sudah ada yang ngatur,
tenang aja lah
mempertimbangkan memang boleh
ReplyDeletetapi terlalu banyak pertimbangan juga kurang baik kayaknya
umur bukan ukuran untuk soal kedewasaan
termasuk untuk ukuran nikah
yang penting kesiapan hati tuk menjalaninya aja deh...
semua tidak bisa dipaksakan. tapi kalo sudah ada pasangan sebaiknya memang cepat menikah
ReplyDeletemungkin kata orang tentang wanita itu lebih cepat dewasanya daripada laki2 itu ada benarnya juga ya.. hehe.. yang penting hidup dan bisa berkarya.. hidup seperti apa yang kita inginkan...
ReplyDeleteoya, km udah pernah dapet review dari IBN nyin?
menikah emang pilihan, so begitu jg dgn temanmu di pelosok itu dia py pilihan spt itu, intinya menurutku menikah jika memang di kasih cepat alhamdulillah jika lambat sptku ya alhamdulillah juga hehehehe
ReplyDeletejadi kapan mau nikah? hahahhaha....:wink: wink:
ReplyDeleteditunggu undanganya ya nyin! "eh
ReplyDeleteMenikah kalo emang udah ketemu jodohnya.
ReplyDeleteGak tergantung usia atau kapan. Semua rahasia Tuhan ya mbak.
Untuk menikah tak segampang yang di bayangkan semua orang, banyak yang blm faham antara pemahaman siap secara lahir dan batin. Kajiaanya lebih dalam lagi apabila sudah menjurus ke bagian agama atau keyakinan.
ReplyDeleteya begitulah,,banyak pendapat orang yang beda ma prinsip kita,
ReplyDeleteya setidaknya buku kehidupan kita isinya kita yang isi mau ngisi apa,selebihnya nantinya menunggu bukunya abis alias tutup buku semoga saja buku kita itu isinya kebaikan semua,heheheh
numpang celoteh ah,,hehe