DING!
Pesan pendek itu dari adik saya, pesan pendek yang mampu membuat saya merasa sedih... dia meminta maaf atas suatu hal yang sama sekali bukan salahnya. Dia merasa membebani saya.
Duh,
ketika saya mendapatkan hasil dari kerja keras... tentu saja itu untuk orang-orang yang punya arti dalam hidup saya, ketika saya mau merubah rencana-rencana saya yang telah tersusun sejak pikiran saya mampu memadankan, menyesuaikan antara cita-cita dan takdir... saya ngga mungkin akan melakukan itu dengan alasan yang ngga penting. Paling tidak, sesuatu itu sama atau bahkan lebih penting dari rencana awal yang saya susun. Sesuatu itu bisa saja manusia.
Karena ketika kita sudah dewasa atau dituntut untuk menjadi dewasa, banyak hal yang tadinya penting bisa jadi ngga penting. Banyak hal yang sebelumnya luput dan mendadak mesti jadi prioritas. Sebaliknya, hal-hal yang sebelumnya jadi prioritas bisa jadi mendadak jadi manik-manik hiasan yang bukan merupakan fokus utama lagi. Saya selalu merasa, egois adalah sifat yang wajar sebagai manusia sekaligus sebagai senjata pembelaan diri atas arus, atas diri kita yang begitu peduli dengan dasaran dalam 'apa kata orang' dan merelakannya untuk dikelupaskan serta dinilai melalui angka tahu-sama-tahu yang telah distandarkan sebagian orang.
Namun totally self centered hanyalah sifat orang-orang yang merasa hidup sendiri atau benar-benar hidup sendiri... atau kolokan, manja berlebihan. Orang-orang yang merintih-rintih merasa menderita padahal masalahnya cuma segitu doang.... Eh rumput-rumput.... kapan kamu mampu bersyukur atas segala yang kamu punya yang ngga saya punya? Hal-hal yang kamu punya dan begitu kaya sementara ngga semua orang lain bisa punya? Kapan kamu mau berhenti complain dan berhenti merasa Tuhan pelit hanya karena Dia tidak memberikan kamu gaun sutra yang dibungkus kertas mengkilat diatas kasurmu? Kapan kamu mau sekadar melihat kekayaanmu dan berhenti berisik soal betapa kamu miskin atas sedikit hal kecil? Betapa kamu kaya emas dan terus menerus meributkan betapa kamu miskin helai bulu angsa.. (Ah how can I always gone mad when found something childish like this and that, all time it's ending up with I'm closing some window...really..).
Saya juga ngga sebegitu egoisnya untuk tetap melanjutkan mimpi seperti yang saya inginkan sementara orang lain harus menjadi korban atas keinginan-keinginan itu. Dengan cara yang tidak langsung tentunya. Tapi bagi saya, kebahagiaan karena mencapai atau memperoleh sesuatu bukanlah jadi sebuah kebahagiaan lagi jika bersama itu kebahagiaan orang yang kita kasihi terpecundangi. Banyak hal bisa berjalan secara bersamaan, tapi banyak juga hal-hal yang tidak bisa berjalan bersamaan. Satu bisa jalan duluan, lainnya merenteng kebelakang. Ngga beriringan, tapi berkesinambungan. Sama baiknya, bagi saya.
Saya jadi ingat quote dari salah satu film Indonesia yang layak tonton, 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta : "ngapain juga kita bahagia kalau orang-orang disekitar kita sedih kan...," (saya ngga ingat persis susunan katanya, kalimat ini ada di bagian ending ketika sang tokoh utama wanita 1 membuat keputusan hubungan dengan tokoh utama pria).
Saya mungkin ngga bisa jadi orang tua yang melingkupi segala hal yang dibutuhkan bagi adik saya, tapi paling tidak saya bisa berusaha menjadi kakak yang terbaik buat dia. As she wish...
No comments:
New comments are not allowed.