I love that quote :) pic taken from random searching |
Begitu banyak yang ingin saya curahkan, tapi rasanya malas sekaligus tidak tahan memuntahkan kembali.
Kali ini bagi saya adalah cairan puyer yang terpaksa saya minum dan saya harus memuntahkannya kembali. Saya kepingin banget cerita tetapi yang saya mampu kemarin cuma bengong dan blank. Rasanya begitu depresi sampai menceritakan pada jendela pun saya tidak berkemampuan. Hati saya pengin bicara namun yang dilakukan tangan saya hanya terdiam di layar putih. Lebih memilih chit-chat dengan orang-orang yang dekat dengan saya.
Saya merasa seperti orang yang sedang patah hati dengan menyedihkan.
Kali ini rasanya menjadi seperti itu.
Ini tes kerja di salah satu perusahaan besar pertama saya yang berjalan dengan begitu lancar dan mencengangkan. Saya sudah melewati lima tes sebelumnya, tinggal dua yang paling akhir : wawancara user dan medical check up.
Saat menunggu pengumuman wawancara user, belum nampak hasilnya saya sudah menyiapkan segalanya yang mungkin dibutuhkan untuk menjadi persiapan saat itu.
Ketika pengumuman keluar, benar saja... saya lolos wawancara psikolog untuk melangkah ke tahapan wawancara user. Jalan wawancara itu tidak terlalu lancar. Tapi saya terus mensugesti diri sendiri bahwa itu tidak akan apa-apa, semua akan baik-baik saja... saya akan melangkah ke tahapan medical check up. Orang-orang terdekat saya juga terus meyakinkan bahwa segalanya akan berjalan dengan lancar.
Seminggu tanpa kabar, tanpa ada pengumuman sementara teman-teman serta orang yang saya kenal melalui tes juga tidak tahu menahu. Sampai Idul Adha kemarin. Sampai kemudian salah seorang teman seangkatan saya membalas message via socmed (yah cuma lima orang teman saya yang tersisa sampai wawancara akhir) mengabari kalau sabtu ini dia akan ke jakarta untuk tanda tangan kontrak dan proses pendidikan di asrama. Dia bertanya apa saya belum mendapat kabar? Medical check up sudah sejak minggu lalu.
Membaca pesannya, saya merasa shock. Saya barusan tahu dan saya merasa waktu seminggu lebih itu saya sudah membuang waktu dengan percuma untuk menunggu kabar yang kemudian saya tahu dengan terlambat, isinya pun mengecewakan.
Saya mengingatkan diri saya sendiri untuk bersabar dan mengambil nafas kemudian mencari tahu apa hikmah dari ini. Tapi saya tidak mendapatkan itu. Barangkali karena pikiran saya tengah kalut. Gagal itu bisa berkali-kali, tetapi saya tidak dapat menghindar dari kekecewaan semacam itu.
Mungkin Allah sedang berusaha menyentuh saya dengan cara yang sangat halus, bahwa meskipun saya sudah melangkah sejauh apapun.... jika itu bukan sesuatu yang Dia pilihkan untuk saya, saya akan dengan mudah terjatuh dititik itu. Meskipun saya merasa menjalani itu semua dengan lancar, seperti perahu yang berlayarnya searah dengan angin sehingga saya merasa tidak perlu bersusah payah mendayung, jika Dia ingin arah angin berubah dengan cepat saya bisa saja tenggelam, atau tersesat.
Bahwa rejeki itu pada akhirnya Dia lah yang menentukan akan sampai dengan cara yang bagaimana kepada saya.
Berjam-jam saya menatap kosong pada layar dan langit-langit kamar, digelayuti banyak pikiran. Berusaha menangkap hikmah dan merenung, berusaha melihat dengan seksama dan belajar dari segala yang sudah lalu.
Ya, saya masih berusaha.
Ah... Allah, apapun jalan yang Engkau pilihkan... saya harap saya tidak akan lama dengan ketidakjelasan status seperti beberapa bulan ini. Saya merasa sangat useless :(