Teman.
Apa yang sama dari teman dan tulisan penyerta kado pernikahan? Entahlah.
Dimulai dari segala hal yang saya lihat ketika saya masih tinggal dengan kakek nenek. Keduanya sudah usia senja bahkan ketika saya masih kecil, waktu itu. Dan interaksi keduanya setiap harinya selalu penuh dengan olok-olokan kecil yang saling berbalas dari hari ke hari. Entah soal kakek yang mengolok kemampuan nenek saya makan makanan yang sedikit keras, karena praktis saat itu nyaris semua gigi nenek saya sudah habis jadi kemampuannya makan krupuk adalah dengan cara mematahkannya dan menelannya pelan-pelan sampai kemudian remah krupuk itu bisa ditelan setelah lembut diolah dengan indera pengecap. Atau olokan nenek pada kakek yang selalu ketiduran ketika mendengarkan radio atau menonton televisi di kursinya atau gerakan senam pagi kakek yang super-lucu.
Cute.
Karena meskipun tidak bisa melewatkan hari dengan saling mengolok-olok saya tahu mereka bahagia dengan kebersamaan mereka dan sangat perhatian pada satu sama lain. Sayur-sayuran petik yang kakek saya bawa pulang dari ladang karena nenek saya gemar makan sambal berlalap sayuran itu. Masakan menu lengkap yang sudah siap di meja favorit kakek sebelum waktunya makan. Meskipun nenek terkadang lupa tapi dia ingat hari-hari apa saja kakek cuma ingin makan nasi tanpa lauk.
Saya tumbuh besar dengan menyadari arti bahwa cinta bukan sesuatu yang paling penting dalam pernikahan. Tapi juga kerjasama dan pengertian seperti halnya hubungan pertemanan. Karena dengan berlalunya waktu, cinta punya kelemahan untuk memudarkan diri. Saat itu yang mampu membuat segalanya bertahan pada tempatnya hanyalah hubungan yang baik dan saling pengertian, pertemanan. Jadi mungkin ketika kita cocok-cocok saja berteman dengan seseorang dalam jangka waktu panjang, bertengkar sesekali kemudian bisa berbaikan lagi, bertengkar lagi dan berbaikan lagi tanpa bosan sedikitpun maka kemungkinan orang itu bisa menjadi partner yang baik dalam menjalani hidup.
One day, saya pernah menonton film berjudul valentine yang memuat perjalanan kisah cinta beberapa orang dalam versi yang berbeda. Cinta pada kekasih, pada anak, pada banyak hal. Ada satu adegan yang melekat kuat sampai sekarang. Seorang lelaki pemilik toko bunga melamar kekasihnya, kekasihnya menerima tapi kemudian meninggalkannya dengan alasan belum siap menikah. Dia tidak habis pikir. Suatu sore seusai mengantar semua bunga, rekannya yang sekaligus juga pegawai di toko bunga miliknya bertanya setelah semua bunga diantar apa dia boleh pulang saat itu untuk berkumpul dengan keluarganya karena istrinya mengirimkan video persiapan perayaan valentine bersama anak-anaknya dan dia merasa ingin cepat merayakan hari itu dirumah. Lelaki itu tersenyum kemudian bertanya dengan sendu dan iri, aku ingin tahu apa resep mengapa kalian berdua selalu bahagia bersama-sama dalam keluarga. Rekan pengantar bunganya tersenyum dan menjawab, “Sederhana saja… aku menikahi sahabatku.”
Mohon maaf untuk tulisan super-panjang ini Kakak-kakak, kami harap kalian akan menjadi partner yang baik mulai dari hari pertama sah menjadi pasangan sampai waktu yang tidak terhingga. Tidak apa-apa dengan banyaknya pertentangan pikiran atau pertengkaran kecil. A little fight will lead you both to understand each other feeling. A huge love will lead you being mommy and daddy, hehe… :D
Big hug, tepuk pramuka dan salam pukul manja.. :*
Saya.
~
Saya menulis paragraf-paragraf diatas sebagai lampiran dari kado atas pernikahan collega saya, dua-duanya kenal baik. Sehari setelah hari pernikahan mereka, saya menerima pesan pendek via ponsel, ucapan terima kasih atas tulisan saya diatas. She thought I just write "Congratulation for Her Wedding" but I'm didn't. Jadi dia kemudian membaca dan memutuskan untuk melaminating lembaran penyerta kado dari saya itu dengan senang.
I touched.
~
berarti nikahnya pake dasa darma dong..?
ReplyDeletecinta itu sesuatu yang bisa dikatakan mitos. orang gampang ngucapin tapi tak pernah tahu batasannya dimana. aku dulu nikah ga pake pacaran, kenal sebulan trus nikah juga ga ada masalah. buktinya dah nongol tuyul dua biji...
nih surat di print terus di kasih ke kakak nya gmn? hehehehe
ReplyDeletepas kakak laki-laki saya yang memang kakak saya satu-satunya menikah, saya memberinya puisi dan gambar akad nikah mereka saya atur sedemikian rupa lalu saya tempelkan pada kado pernikahan buat mereka. eh gak taunya divideo buat kenang-kenangan, tapi sayang foto yang saya atur sedemikian rupa entah kemana sekarang. Tapi yang terpenting dari suatu keluarga adalah saling melengkapi satu sama lain. :D
ReplyDeletewahhh
ReplyDeleteaku juga jadi ingin cepat2 nikahh
hehehehehe
but I'm didn't.*
ReplyDeleteah co cweet...
lucky im in love with my bestfriend... lucky to have been what i have been...
Ninda,salam kenal..
ReplyDeleteAku senang sekali baca tulisan2 ninda...
Khusus yang 1 ini,terimakasih...
ini menyadarkan aku yang usia pernikahanku belum sampai 1 tahun...
Tq Ninda.... :-)
Tepuk pramuka....!! tapi kalau pukulan manja, gimana ya rasannya?:)
ReplyDeleteTepuk pramuka....!! tapi kalau pukulan manja, gimana ya rasannya?:)
ReplyDeletewah, aku nggak pernah loh kasih hadiah nikahan kayak gitu hihi...
ReplyDeleteiya ya, kangen Nyin. udah lama nggak baca tulisanmu.
:'_ terharu banget baca ini kak. bener kata kamu kak nin, "bahwa cinta bukan sesuatu yang paling penting dalam pernikahan. Tapi juga kerjasama dan pengertian seperti halnya hubungan pertemanan. "
ReplyDeletehuahaha tepuk pramuka dan salam pukul manja. :D
kartu ucapan pernikahan yang panjang ya mbak. tapi memang cinta aja nggak cukup, kalo di buku test pack, yang penting itu komitmen. Untuk hidup bersama-sama, untuk menghadapi semuanya sama-sama. Komitmen untuk jadi partner satu sama lain. :)
ReplyDeleteaah.. manis mbak nin... :)
ReplyDeletemanis banget... :)
tulisan berharga ya mb
ReplyDeletebukan cuma buat yang di kasi kado
aku yang baca juga
semoga lekas dapet partner hidup ini
pengannya caka2an sesekali
rindu2 an di lain hari
ngambek2an beberapa hari
senang2nya berhari2
full cinta
sedikit benci
karena terkadang garam lebih terasa manis daripada gula
#loh2 apa2an ini