#SaveEgypt
Turut berduka cita pada apa yang terjadi di negara Mesir. Pardon me,
karena saya nggak terlalu aware pada berita-berita di luar ranah
transportasi, ekonomi dan diluar Jakarta. Dunia saya menciut karena
hal-hal yang menjadi tanggung jawab.
Hashtag dari teman-teman, display picture BBM dan aplikasi messenger
yang lain mendadak berubah seragam... mungkin tidak dengan gambar yang
sama tapi isinya senada.
#SaveEgypt
Entahlah, saya terus terang speachless pada isu-isu yang tidak
habis-habis sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Luka di
Palestina, sekarang Mesir menyusul.
Deeply condolence for Egypt. Jika ada penggalangan dana kesana yang anda
ketahui dan insyaAllah amanah, let me know please, silakan komentar di
postingan ini.
Dibalik itu semua, muncul beberapa pertanyaan yang menurut saya tidak pada tempatnya... kemanakah Tuhan saat semua itu terjadi?
Saya bukannya menyepelekan, tapi kematian itu adalah kemestian. Cuma
entah kapan waktu yang paling tepat. Mungkin banyak korban disana, dan
mungkin juga besok giliran saya. Siapa tahu?
Tuhan selalu punya alasan pada apapun yang terjadi dan Dia biarkan terjadi. Entah apa.
Segala yang terjadi itu belum tentu baik, tapi demikianlah yang terbaik.
Barangkali yang terluka lebih dalam adalah orang-orang yang justru
masih hidup, mereka mungkin memiliki rasa kehilangan yang sangat besar
atau bahkan trauma karena melihat begitu banyak pembunuhan di depan
mata. Menurut saya itu bukan sesuatu yang sanggup begitu saja kita
lupakan.
Oh ya... banyaknya berita yang merembet via socmed memang sangat
membantu orang-orang yang tidak aware seperti saya untuk tahu. Kita
memang mesti ikut membantu menyebarluaskan informasi, saya sepakat. Agar
sama-sama saling bantu dalam kesulitan yang dialami saudara kita
disana. Namun hal yang sering dilupakan ketika kita menyebarkan berita
adalah, tanpa sadar kita terlalu jauh dan terlalu dalam hingga terkesal
vulgar mengeksplor penderitaan.
Maksud saya, cukuplah gambar-gambar atau foto-foto seperti bentuk
jenazah yang sudah begitu mengenaskan menjadi sesuatu yang dikaburkan,
sesuatu seperti itu bukan sesuatu yang dapat dengan mudah diterima mata
dan otak.. atau lebih baik tidak usah disebarkan. Pilihlah foto yang
selayaknya dapat diterima berbagai umur.
Ingat, jaman sekarang penghuni medsos bukan cuma orang-orang yang cukup
umur... anak-anak kecil juga melihat semua itu, entah dari rantai
penyebaran yang mana. Saya khawatir pemandangan seperti itu dapat
menyebabkan trauma. Bahkan saya saja tidak dengan gampang dapat
melupakan, apalagi mereka?
"Biar saling merasakan luka saudara kita disana", alasan penyebarannya sih begitu...
Tapi merasakan luka tidak harus dalam bentuk trauma berkepanjangan yang
sama bukan? Jika merasakan luka maka kita akan berusaha membantu pada
akhirnya, dan membantu itu sendiri ada banyak cara serta sesuai dengan
kapasitas.
Saya terus terang lelah dengan cercaan di socmed, dengan adanya sebuah
peristiwa besar... kalau seseorang seolah-olah adem ayem saja, tidak
menyebarkan gambar realita disana atau semacamnya dianggap tidak peduli,
tidak ikut merasakan kesakitan saudara kita disana. Bahwa mungkin...
kita bukan ummat yang baik.
Menyebarkanlah berita dengan selayaknya dan lebih bijak. Jika ada
inisiatif untuk mengumpulkan bantuan, galanglah dengan bijak pula.
Berhentilah memajang bukti-bukti sebuah berita dan mengeksposnya dengan
vulgar, setahu saya... bukan demikian cara yang diperbolehkan oleh
penyiaran atau kode etik jurnalistik CMIIW.
Saya bukannya lagi sinis, cuma saja prihatin.
Terutama kalangan public figure, hati-hati.... tiap langkah menjadi konsumsi dan panutan banyak orang lho... :)
hihihihi
ReplyDelete*mangggut-manggut setuju*
diam bukan berarti ignorance
teriak aktif juga bukan berarti peduli
biar Allah saja yg langsung melihat hati kita.. :)
untung aq bkn artis, jd ya gak takut terekspos wartawan. Lagian mana ada yg kenal? hihiih
ReplyDeleteaq jg sring buka sosmed buat tau berita2
mampir lagi mbak, semoga ga bosan2 dengan kunjungan saya, hehhehehehe
ReplyDeleteYang penting kita nyumbang doa :) gimana nind? ^^
ReplyDeleteBtw, kemarin aku googling obat jerawat terus tahu-tahu nemu pengalamannya ninda yang bilang dioles minyak tawon. Nanya dong, itu ada bekas hitam jerawatnya nggak? Aku lagi coba pakai. Thanks to you.
yup, bener nyin. Menurut kitab kode etik milik Gus_Tur, situasi ini mulai melampaui misi jurnalistik sesungguhnya.
ReplyDeleteSelain mengabarkan, entah disengaja atau tidak hal ini malah seperti propaganda. mungkin sih