Kelas 2 SMP adalah masa dimana seseorang biasanya memasukan masa
peralihan dari anak-anak menuju dewasa atau bisa kita sebut masa remaja.
Masa dimana seseorang mengenal suka-sukaan pada lawan jenis. Masa
dimana seseorang mengalami yang namanya cinta monyet. Intinya, masa
dimana ia berkenalan dengan cinta pada lawan jenis. Setidaknya, itu yang
dulu saya alami.
Sebenarnya kalo mengenal suka-sukaan pada lawan
jenis sudah sejak SD. Tapi babak penuh cerita cinta terjadi pada saat
SMP kelas 2. Saya seringkali melihat dan mendengar remaja putri seperti
saya yang kasmaran, banyak menceritakan cowok idamannya, mulai yang
berstatus pacar hingga gebetan. Saya seringkali menempatkan posisi
sebagai pendengar saja dalam hal ini. Maklum, saya benar2 tdk punya
pengalaman pacaran. Saya hanya pelaku cinta dalam hati. Dari mengindera
fakta itulah dan seiring masa baligh saya, saya pun penasaran sebenarnya
gimana sich rasanya pacaran itu, gimana rasanya punya pacar.. Dari rasa
penasaran itu tertanam harapan ingin berpacaran, setidaknya nanti saat
di bangku SMA saya ingin berpacaran.. Menurut saya kala itu, waktu SMA
udah cukup pantas untuk mengaku bahwa ‘aku pacaran’, ‘aku punya pacar’.
Ketika
harapan telah menggema dalam pikiran, suatu ketika saya membaca KumCer
terbitan DarMizan!... Salah satu cerpennya menceritakan yang intinya di
dalam Islam sebenarnya tidak ada kamus ‘pacaran’ sebelum menikah. Hah?
Benarkah? Saya baru tahu Islam, agama saya mengatur demikian. Selama ini
saya hanya tahu tentangg Islam ya kewajiban shalat, baca Qur’an, puasa,
tidak durhaka kepada ortu, dan akhlak yang baik. Pengetahuan tentang
tidak bolehnya pacara dalam Islam itu akhirnya hanya berhenti sebatas
‘benarkah’. Setelahnya, saya lupa dan larut dalam masa remaja saya
dengan sahabat-sahabat saya.
Ketika kelas 3 SMP, sebuah kejadian yang tak terduga terjadi pd diri
saya. Seorang laki2 yang telah saya sukai sejak kelas 5 SD mengajak saya
untuk berpacaran dengannya. Siapa yang tidak senang? Sebenarnya saya
senang. Pertama, karena dia orang yangg saya suka. Kedua, akhirnya
kesempatan saya untuk berpacaran tinggal selangkah lagi. Tetapi,.. ada
yang mengganjal di hati saya.
Meskipun di satu sisi saya senang, di sisi
lain saya galau. Saya takut dengan yang namanya patah hati.
Ya..saya
takut patah hati. Sebab, tak sedikit saya melihat teman-teman perempuan
yang patah hati setelah putus pacaran. Dan kalo sudah patah hati, mereka
murungnya bukan main. Apa semenyedihkan itu patah hati. Apalagi orang
yg kusuka adalah laki-laki ganteng dan berpotensi melirik sana-sini
perempuan lain yang lebih cantik dari saya mungkin. Ditambah, kami tidak
satu sekolah saat itu. Jadi, saya tidak tahu detail bagaimana
kelakuannya di belakang saya. Sehingga lama bagi saya memberikan jawaban
kepastian pada dia.
Di tengah kegalauan saya itu, saya teringat pada
bacaan saya satu tahun lalu tentang tidak bolehnya pacaran dalam Islam.
Benarkah? Lalu, bagaimana bila kita jatuh cinta? Saya pikir itu adalah
hal yang tak bisa didustai, yaitu setiap orang pasti akan mengalami
jatuh cinta.. Lalu, bagaimana kita menyikapinya, bila tdk boleh pacaran?
Nikah belum siap? Masih ABG. Akhirnya, saya melakukan pelarian pada
buku. Saya mencari informasi tentang benarkah tidak boleh pacaran dalam
Islam dan bagaimana kita menyikapi cinta bila tidak dengan pacaran.
Mulanya mencari ilmu tentang pacaran dalam Islam, tetapi lambat laun
saya jadi tahu lebih tentang aturan-aturan Islam yang lain, seperti
wajibnya menutup aurat ketika telah baligh. Bagi perempuan , wajib
menutup tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan saat keluar rumah atau
di hadapan non-mahram. Dari sanalah, rasa penasaran saya berubah, tidak
lagi penasaran pada bagaimana rasanya pacaran, tapi penasaran tentang
ilmu Islam lebih luas dan dalam sebagai pandangan hidup. Dari sanalah
pula, rasa jatuh cinta saya berubah, tidak lagi pada dia –laki-laki yg
kusuka sejak kelas 5 SD-, tapi pada keinginan berubah menjadi muslimah
yang lebih baik menurut Islam, seperti menutup aurat.
Inilah hijrah cinta saya. Semua berawal dari CINTA (semu) dan menuju pada CINTA (sejati) hingga titik akhir.
visit : http://catatan-wenny.blogspot.com/
.
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)