pic from random googling |
Question:
Mbak, gimana kalau teman teman kita itu... : nggak pernah sholat, kerudungnya lepas pakai dan kalau kita ingetin malah bales ngomongin yg nggak sopan?
Answer:
Ada banyak macam teman, selalu hargai teman yg mau mengingatkan kamu. Dialah yg sebenarnya peduli dan menyayangimu. Jika tidak, anggaplah tidak demikian. Tidak ada teman baik yang membiarkan temannya salah. Jika dia tidak melakukannya, tapi terus berusaha memperbaiki diri namun tidak menjauh dari kamu. Anggaplah ada yang perlu kamu cek pada diri sendiri. Mungkin penolakanmu yg membuat dia diam? Tidak ada yang lebih berharga dari sahabat yang saling menyayangi dalam kebaikan yang insyaAllah akan saling menyebut jika salah satunya masuk surga untuk kemudian berkumpul kembali. Jika temanmu orang yang menolak diajak dalam kebaikan, mungkin dia tidak menganggapmu teman yang sebaik itu. Jagalah hubungan sekadarnya saja. Jangan kecewa, Allah akan mempertemukanmu dengan orang-orang yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, hubungan pertemanan yang lebih barokah dan bermanfaat. Itu seiring dengan niatmu yang kuat dalam memperbaiki diri. Jadi sisihkanlah. Kau berhak mendapatkan teman-teman yang lebih baik.
Ada banyak macam teman, selalu hargai teman yg mau mengingatkan kamu. Dialah yg sebenarnya peduli dan menyayangimu. Jika tidak, anggaplah tidak demikian. Tidak ada teman baik yang membiarkan temannya salah. Jika dia tidak melakukannya, tapi terus berusaha memperbaiki diri namun tidak menjauh dari kamu. Anggaplah ada yang perlu kamu cek pada diri sendiri. Mungkin penolakanmu yg membuat dia diam? Tidak ada yang lebih berharga dari sahabat yang saling menyayangi dalam kebaikan yang insyaAllah akan saling menyebut jika salah satunya masuk surga untuk kemudian berkumpul kembali. Jika temanmu orang yang menolak diajak dalam kebaikan, mungkin dia tidak menganggapmu teman yang sebaik itu. Jagalah hubungan sekadarnya saja. Jangan kecewa, Allah akan mempertemukanmu dengan orang-orang yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, hubungan pertemanan yang lebih barokah dan bermanfaat. Itu seiring dengan niatmu yang kuat dalam memperbaiki diri. Jadi sisihkanlah. Kau berhak mendapatkan teman-teman yang lebih baik.
~
Setelah menjawab pertanyaan itu, saya jadi ingat masa lalu saat mengalami hal serupa. Ceritanya mayoritas teman di kosan saya pada futur, jarang yang mau sholat.. By request mereka sendiri, mereka meminta saya mengingatkan untuk sholat jika sudah sampai waktunya. Khususnya sih Mbak X yang lumayan dekat dengan saya, yah seperti umumnya anak perantauan yang merasa senasib, saya anggak seperti kakak sendiri. Prakteknya? Yahh.. susah. Bolak-balik saya ingatkan dan mereka menolak. Saya yang sebel terus masuk kamar karena nggak didengar.
Adegan itu kemudian berbuntut panjang, Mbak X yang tipikal orang suka memendam kesal dan suka curhat (untuk mencari pembelaan) pada teman lainnya dibanding mengambil jalan pintas dengan ngomong sama saya kalau ada kelakuan saya yang enggak dia suka. Simple. Dan persoalan harusnya beres sampai situ.
Pada hari lainnya Mbak X ini kemudian pulang kampung dan balik kurang lebih seminggu kemudian. Dia cerita kalau dia ketahan karena papanya keluar kota dan dia mesti nemenin mamanya di rumah, "Oh pantes..." kata teman-teman kos saya, "Iya papaku tuh emang ******" dia memaki dalam bahasa khas orang Jawa Timur.
Saya yang lagi mandi kaget berat dan jadi marah mendengar itu dan langsung komentar, "Mbak jangan gitu, itu orang tuamu sendiri loh..."
Kenapa? Buat saya orang tua bukanlah objek dari becandaan kasar di depan umum. Apalagi orang tuanya kurang baik apa sama dia untuk urusan perhatian.
Kenapa saya marah?
Saya kesal pada orang-orang yang tidak bisa menghargai orang tuanya padahal orang tuanya sudah demikian baik. Mereka tidak tahu bagaimana rasanya hidup tanpa orang tua, atau mendapatkan orang tua yang tidak memberikan hak-hak kita sebagai anak.
Dia terdiam dan masuk kamar, kemudian membuat statusnya di facebook. Status yang kasar, tentang saya yang tidak bisa menjaga ucapan.
Mulai saat itu saya paham, status marah-marahnya selama ini banyak ditujukan kepada saya. Saya pun kemudian mengerti kalau dia sering curhat kesana-kemari dan ngomongin hal negatif soal saya.
Saya tipe orang yang ketika seseorang melakukan atau ngomongin hal-hal yang bagi saya nggak sreg buat saya, maka saya akan mencari cara untuk menyampaikan itu padanya langsung. Biar masalahnya langsung clear, dia nggak dengar pun urusannya. Yang penting dia paham kalau saya nggak sreg pada beberapa hal yang dia lakukan atau omongkan.
Hal yang kemudian saya rasa menimbulkan rasa sedih adalah, hanya orang yang tidak menganggap kita teman yang memperlakukan kita demikian. Teman yang baik akan memperbaiki dan menjaga bukannya mendiamkan, memaki dan curhat kemana-mana sambil playing victim. Dengan kata lain, dia senang karena kita terus salah dan buruk dimata orang lain. Agar kita terus terlihat buruk, dan dia nampak seperti korban atas sikap kita.
Begitu memahami hal itu, saya mendatangi dia untuk meng-clear kan masalah. Dan menemukan fakta lain bahwa apa yang dia lakukan dan dia bicarakan melewati batas toleransi saya. Demikian juga dengan teman-teman di kos lainnya. Saya tidak bisa untuk tidak terluka, saya bahkan masih mengingat bagaimana saya lama menangis ketika itu. Saya sudah kehilangan kepercayaan kepada mereka mulai saat itu. Dan mulai saat itu saya pelan-pelan menarik diri. Saya hidup sendiri, sibuk sendiri dengan kegiatan kuliah dan menulis sebagai pekerjaan sampingan. Saya sering begadang mengerjakan skripsi dan berakhir pada tidur pagi untuk mengejar deadline kelulusan. Sambil mengerjakan skripsi biasanya download film juga... berhubung di kosan saya pakai wifi yang bayarnya bantingan.
Belakangan hal ini juga jadi masalah, saya dirapatin karena katanya ngabisin kuota. Padahal download tersebut juga dibagi rame-rame, bukan saya yang satu-satunya download, terus lagi.... kalau yang namanya rapat ya mestinya ada saya agar saya paham apa yang mesti saya benerin. Lah kalau rapat doang tanpa saya padahal ngomongin saya jatuhnya bukan mecahin masalah, tapi ngomongin orang -___-"
Hehe... Yah apapun itu, segala hal itu membentuk saya menjadi manusia yang lebih baik, insyaAllah.. dan Allah mempertemukan saya kemudian dengan teman-teman yang lebih baik, lebih menghargai, lebih menyenangkan, banyak diantaranya yang juga kemudian saling menguatkan dalam hal memperbaiki diri. Alhamdulillah.
Tiga minggu lalu saya bertemu seorang kawan yang masih in touch dengan Mbak X, dia bilang Mbak X sering sakit-sakitan.. sering sekali DP BBM-nya berisi foto tangan dengan infus. Sering sekali mengeluh setengah mati betapa susahnya mengurus bayi-nya.
"Yasudah ah," komentar saya, dan kami kemudian membahas rencana kawan saya tersebut untuk business trip.
Sekitar 4 koma sekian tahun sejak saya kehilangan respect dan kepercayaan kepada beliau dan teman-teman sekosan saya. Sudah demikian lama, dan nampaknya dia tidak banyak berubah. Masih suka playing victim, bahkan pada hal-hal yang bersangkutan dengan urusan keluarganya. Pada banyak hal-hal yang dia lakukan dan melukai saya, saya merasa sudah memaafkannya meskipun saya enggan berada pada kedekatan yang sama lagi dengan beliau. Menjadi orang yang jika tidak sengaja bertemu kemudian menyapa sekadarnya sepertinya jauh lebih baik.
Kita semua selalu berhak mendapatkan teman-teman yang lebih baik, bertemu dan berpisah karena Allah. Semoga selalu demikian.
Adegan itu kemudian berbuntut panjang, Mbak X yang tipikal orang suka memendam kesal dan suka curhat (untuk mencari pembelaan) pada teman lainnya dibanding mengambil jalan pintas dengan ngomong sama saya kalau ada kelakuan saya yang enggak dia suka. Simple. Dan persoalan harusnya beres sampai situ.
Pada hari lainnya Mbak X ini kemudian pulang kampung dan balik kurang lebih seminggu kemudian. Dia cerita kalau dia ketahan karena papanya keluar kota dan dia mesti nemenin mamanya di rumah, "Oh pantes..." kata teman-teman kos saya, "Iya papaku tuh emang ******" dia memaki dalam bahasa khas orang Jawa Timur.
Saya yang lagi mandi kaget berat dan jadi marah mendengar itu dan langsung komentar, "Mbak jangan gitu, itu orang tuamu sendiri loh..."
Kenapa? Buat saya orang tua bukanlah objek dari becandaan kasar di depan umum. Apalagi orang tuanya kurang baik apa sama dia untuk urusan perhatian.
Kenapa saya marah?
Saya kesal pada orang-orang yang tidak bisa menghargai orang tuanya padahal orang tuanya sudah demikian baik. Mereka tidak tahu bagaimana rasanya hidup tanpa orang tua, atau mendapatkan orang tua yang tidak memberikan hak-hak kita sebagai anak.
Dia terdiam dan masuk kamar, kemudian membuat statusnya di facebook. Status yang kasar, tentang saya yang tidak bisa menjaga ucapan.
Mulai saat itu saya paham, status marah-marahnya selama ini banyak ditujukan kepada saya. Saya pun kemudian mengerti kalau dia sering curhat kesana-kemari dan ngomongin hal negatif soal saya.
Saya tipe orang yang ketika seseorang melakukan atau ngomongin hal-hal yang bagi saya nggak sreg buat saya, maka saya akan mencari cara untuk menyampaikan itu padanya langsung. Biar masalahnya langsung clear, dia nggak dengar pun urusannya. Yang penting dia paham kalau saya nggak sreg pada beberapa hal yang dia lakukan atau omongkan.
Hal yang kemudian saya rasa menimbulkan rasa sedih adalah, hanya orang yang tidak menganggap kita teman yang memperlakukan kita demikian. Teman yang baik akan memperbaiki dan menjaga bukannya mendiamkan, memaki dan curhat kemana-mana sambil playing victim. Dengan kata lain, dia senang karena kita terus salah dan buruk dimata orang lain. Agar kita terus terlihat buruk, dan dia nampak seperti korban atas sikap kita.
Begitu memahami hal itu, saya mendatangi dia untuk meng-clear kan masalah. Dan menemukan fakta lain bahwa apa yang dia lakukan dan dia bicarakan melewati batas toleransi saya. Demikian juga dengan teman-teman di kos lainnya. Saya tidak bisa untuk tidak terluka, saya bahkan masih mengingat bagaimana saya lama menangis ketika itu. Saya sudah kehilangan kepercayaan kepada mereka mulai saat itu. Dan mulai saat itu saya pelan-pelan menarik diri. Saya hidup sendiri, sibuk sendiri dengan kegiatan kuliah dan menulis sebagai pekerjaan sampingan. Saya sering begadang mengerjakan skripsi dan berakhir pada tidur pagi untuk mengejar deadline kelulusan. Sambil mengerjakan skripsi biasanya download film juga... berhubung di kosan saya pakai wifi yang bayarnya bantingan.
Belakangan hal ini juga jadi masalah, saya dirapatin karena katanya ngabisin kuota. Padahal download tersebut juga dibagi rame-rame, bukan saya yang satu-satunya download, terus lagi.... kalau yang namanya rapat ya mestinya ada saya agar saya paham apa yang mesti saya benerin. Lah kalau rapat doang tanpa saya padahal ngomongin saya jatuhnya bukan mecahin masalah, tapi ngomongin orang -___-"
Hehe... Yah apapun itu, segala hal itu membentuk saya menjadi manusia yang lebih baik, insyaAllah.. dan Allah mempertemukan saya kemudian dengan teman-teman yang lebih baik, lebih menghargai, lebih menyenangkan, banyak diantaranya yang juga kemudian saling menguatkan dalam hal memperbaiki diri. Alhamdulillah.
Tiga minggu lalu saya bertemu seorang kawan yang masih in touch dengan Mbak X, dia bilang Mbak X sering sakit-sakitan.. sering sekali DP BBM-nya berisi foto tangan dengan infus. Sering sekali mengeluh setengah mati betapa susahnya mengurus bayi-nya.
"Yasudah ah," komentar saya, dan kami kemudian membahas rencana kawan saya tersebut untuk business trip.
Sekitar 4 koma sekian tahun sejak saya kehilangan respect dan kepercayaan kepada beliau dan teman-teman sekosan saya. Sudah demikian lama, dan nampaknya dia tidak banyak berubah. Masih suka playing victim, bahkan pada hal-hal yang bersangkutan dengan urusan keluarganya. Pada banyak hal-hal yang dia lakukan dan melukai saya, saya merasa sudah memaafkannya meskipun saya enggan berada pada kedekatan yang sama lagi dengan beliau. Menjadi orang yang jika tidak sengaja bertemu kemudian menyapa sekadarnya sepertinya jauh lebih baik.
Kita semua selalu berhak mendapatkan teman-teman yang lebih baik, bertemu dan berpisah karena Allah. Semoga selalu demikian.
~
Luar biasa nyebelin emang sama temen seperti itu :(
ReplyDeleteberat ya Nin ^^
ReplyDeletetapi setidaknya ada banyak hal baik yang dapat diambil yang menjadikanmu lebih kuat dari sebelumnya ^^
Semoga para muslimah diluar sana yang belum berhijab ada yang baca ini lalu terketuk hatinya buat berhijab ya kak..
ReplyDelete:')
Ini nggak lagi ngomongin jilbab... Hayooo aul gak baca yaa
DeleteEmang nggak sih kak, kemaren cuma baca pertanyaannya dan nebak aja jawabannya gimana. dan berhubung bahasannya mungkin soal wanita dan hijabnya akhirnya aul nggak baca hihihihi
DeleteKebiasaan buruk, memang.
apalagi kalau lagi blogwalking back kilat di warnet wkwk
Well, kayaknya aul harus contoh kak ninda deh.
Aul juga pernah sih ngalamin hal yang mirip. Niatnya nasehatin yang baik demi kemajuan orang itu, eh tapi malah dapet feedback yang nggak enak. dan buntutnya panjang pula sampai diomongin ke orang-orang lain. Tapi waktu itu aul bales sih. Nggak bisa maafin langsung. baru maafin orangnya pas dia sendiri minta maaf karena aul bikin dia ngerasa bersalah pake cara licik hehehe :p
and ya, we need to ignore people who make us hurt and hurt again.
there are lotsa good people outside there to be care of :')
semoga mbak X itu dapet hidayah segera ya kak..
apa kabar? sudah lama juga saya gak main ke blog ini :)
ReplyDeleteSetuju mbak, lebih baik menjaga jarak dari teman-teman yg seperti itu :(
ReplyDeleteCarilah teman yang keadaannya sentiasa membangkitkanmu dan kata-katanya banyak menyadarkanmu ke jalan kebaikan, gak sedikit memang teman yang senang liat kita susah dan susah liat kita senang, doakan saja smoga mba x dilembutkan hatinya oleh Allah, dan smoga ninda menemukan teman teman yang selalu mengingatkan dalam kebaikan :)
ReplyDeleteOrang semacam itu memang bikin nyesek Mbak.. aku sering makan hati gara-gara hal seperti itu, bahkan sampai sekarang aku tidak tahu kenapa banyak teman-temanku yang musuhi karena iri.. padahal kalau ditelusuri apa yang bisa membuat mereka iri sama aku? mereka bahkan lebih segalanya dari aku.. dan yang bikin tambah nyesek, kemarin aku nyoba buat nyapa salah satunya lewat bbm, niatku nyambung silaturahim dan meluruskan apa yang membuat dia benci dan bahkan pernah mengadu domba aku gara-gara kebencian itu, tapi.. tidak ada balasan.. hanya di read
ReplyDeletePadahal dia dulu sahabatku Mbak, aku sudah memaafkan segala kesalahannya sama aku, tapi malah dia yang marah sama aku.. dia merasa aku merebut segalanya dari dia bahkan setelah dia berada di puncak, aku tetap diperlakukan seperti itu, seakan aku merebut segalanya dari dia.. :(
Ah kok aku malah ganti yang curhat -_-