Wanita itu penuh dengan ketakutan. Penuh kekhawatiran. Saya pernah membaca tulisan tumblr seorang kakak kelas semasa SMA dan saya merasa iya, dia benar. Wanita takut bertambah tua. Takut gendut. Takut akan jodoh yang belum tampak. Takut akan ketidaksetiaan pasangan. Takut karena belum dikaruniai keturunan. Takut akan perkembangan anak. Takut bagaimana jika akhlak anak kurang baik. Wanita hidup dengan banyak kekhawatiran. Tapi biasanya sesama wanita pun bisa cenderung kurang peka dengan turut serta ikut menanyakan kapan begini kapan begitu? Kapan lulus kapan kerja kapan menikah kapan punya anak? Kapan anaknya bisa ngomong dengan lancar? Kapan punya cucu? Padahal sebagian besar jawaban dari pertanyaan itu adalah soal rejeki dan soal yang Allah tentukan.
Ini kepikiran setelah dicurhatin teman dengan usia lebih tua dari saya tapi ketakutan karena belum ada jodoh yang sreg dan setiap pulang kampung atau kumpul keluarga selalu kesiksa dengan pertanyaan basa-basi yang sepintas basa-basi tapi bisa makjleb pada orang yg ditanya tersebut.
Kita selalu hidup dengan ketakutan dan kekhawatiran itu. Kita tahu bagaimana pertanyaan itu bisa melukai. Meskipun sebenarnya kalau dipikir ulang maksudnya cuma basa-basi agak basi karena lama nggak ketemu dan nggk tahu mau ngomong apa. Jadi semoga kita tidak berubah posisi menjadi para penanya itu nantinya.
amin...
ReplyDeletesumpah gak enak banget berada di posisi yang ditanya :(
Dan setelah menikah, ketakutan itu akan berubah menjad tanggung jawab. Itulah kenapa surga berada di telapak kaki Ibu, beban nya banyak, sih :(
ReplyDeleteBener banget....
ReplyDeleteNyesek banget, sedih kalau ditanyai hal sepele kayak gitu?
Kapan lulus?
Ini pertanyaan udah kayak mereka nggak percaya kalau kita juga bisa lulus. Tapi nanti...
Ah, saya salah satu wanita yg hidup dalam berbagai ketakutan dan kekhawatiran mbak :( apa itu artinya saya kurang tawakal?
ReplyDeleteDan iyaa... aamiin... semoga kita ga berubah jd para penanya itu kelak. Itu saya inget2 banget, Insya Allah :)