News spread:
One of the attackers at a Paris concert hall where at least 15 people were killed Friday fired into the crowd shouting "Allahu akbar" (God is greatest), a witness said.
One of the attackers at a Paris concert hall where at least 15 people were killed Friday fired into the crowd shouting "Allahu akbar" (God is greatest), a witness said.
My heart breaks, really. Duh I hate this situation.
Saya tahu di medsoc-medsoc setiap ada peristiwa begini selalu diikuti dengan perang opini yang sebenarnya masing-masing ditulis menggunakan kalimat yang kurang enak dibaca. Tagar prayforParis dan statement yang menyatakan bahwa kita berdo'a untuk semua kejadian serupa yang terjadi di dunia, bukan cuma Paris.
Namun yang saya pikirkan adalah, kejadian Paris ini bisa berpotensi punya imbas beruntun seperti kejadian di menara kembar WTC dan Pentagon, terlepas dari siapakah oknum yang bertanggung jawab dibalik kejadian ini. Namun berita-berita miring sudah duluan tersebar, lagi-lagi Islam dituduh sebagai dalang peristiwa terkait pembunuhan warga-warga yang tidak bersalah. Lagi-lagi.
Kalau terjadi sebuah kejadian yang pelakunya beragama Islam selalu dituduh aksi terorisme, tidak demikian jika pelakunya non-Islam paling jadinya pelaku kriminal aja berita yang beredar.
Ini bukan masalah berdo'a untuk Paris atau tidak, bukan soal itu.
Namun efek setelahnya. Sebelum Paris, kita semua tahu bagaimana islamophobia negara-negara dengan muslim yang menjadi minoritas. Bagaimana sulitnya para muslimah disana, mulai dari adanya larangan berjilbab karena mereka menilai itu bertentangan dengan kebebasan. Padahal kita muslimah menggunakannya juga melambangkan kebebasan kita. Bahwa kita bebas menolak persepsi sebagian orang yang menstandarkan perempuan layak dibilang seksi atau tidak dari caranya berbusana dan menunjukkan sebagian tubuhnya. Kita bebas dari penilaian orang-orang yang orientasinya ke fisik melulu.
Bahwa saudara kita sesama muslim di negara tetangga juga sangat banyak, Prancis pun kurang lebih sekitar 10 persen dari populasinya adalah muslim... bahkan ada jenis jilbab muslimah perancis : french jeelbab yang biasa digunakan saudara kita para muslimah disana.
Saya khawatir kejadian seperti itu memicu kembalinya tindakan-tindakan islamophobia yang lebih ekstrem, kita sebagai negara yang mayoritas muslim mungkin tidak terkena dampaknya, namun bagaimana dengan saudara-saudara kita di belahan negara lain yang menjadi minoritas? Sementara saat ini sudah kelihatan blowup international news yang sungguh bikin kesal.
Saya pernah membaca tulisan seorang muslimah Korea yang berkerudung, namun tidak memakainya jika dia harus keluar rumah dan berada dikeramaian, karena mereka selalu memandang penuh tanya dan penasaran pada apa yang ada dibaliknya dan kesulitan lainnya. Padahal masih sebatas kerudung saja, belum jilbab dan yang lainnya. Sebegitu sulitnya dibandingkan segala kemudahan di negara kita.
Oh... padahal di negara kita yang mayoritas muslim ini saja masih tidak mudah menjadi seorang muslimah berjilbab, ada saja orang-orang picik yang diluaran berteriak mengenai toleransi etnis, ras dan agama namun melarang berjilbab orang yang bekerja kepada mereka. Mengemukakan statement bahwa berjilbab itu tidak wajib jadi tidak apa-apa, atau berpikir bahwa muslimah yang berjilbab sungguh aneh, menakutkan, aliran sesat (?) padahal dia sendiri pun juga muslim.
Sedih banget ya...
Yah mari berdo'a yang terbaik.
Terorisme bukan Islam, jika kamu menyangkanya demikian. Jika ada yang bertindak kriminal dan kebetulan agamanya Islam, kamu salah sangka jika Islam yang mengajarkannya. Malah justru dia perlu mempelajari Islam, jika benar agamanya memang Islam... dengan lebih baik dan mendalam lagi.
pic taken from Google |
.
perangi terorismenya, bukan islamnya..
ReplyDeletesaya juga langsung mikir dampaknya ke muslim di sana. apalagi, konon katanya prancis tergolong yang parah islamophobia-nya dibanding negara eropa lain. dan sepertinya akan jadi alasan menolak para imigran datang ke eropa.
ReplyDeleteSedih kalau kaya gini, padahal Islam itu damai :(
ReplyDeleteParagraf kedua dari bawah yang dicetak miring jadi ngingetin sama kejadian kemarin pas aku nyoba pakai gamis dan kerudung yang lebih panjang ke kampus, Mbak.. Selalu saja ada orang yang menganggap aneh dan berkomentar..
ho oh ya mbak. Kita hrs mikir setelah kejadian... smoga mereka yg berbuat segera disadarkan
ReplyDeleteKamu kerja di mana sih, Nin? Perasaan semenjak kemaren aku baca dari kamu tentang jilbab-phobia di kantormu melulu :D
ReplyDeletemasa sih mbak vick? malah di kantorku itungan paling toleransi soal jilbab dan atribut ibadah lain sesuai kepercayaan karyawannya loh... itu yang bikin mau pindah kerjaan galau hyehehe soalnya nih selama aku jobseeker dulu sering banget masuk seleksi perusahaan terus belakangan dapet offering lepas jilbab atau boleh kerudungan tapi harus gini harus gitu.
Deletenggak cuma dari aku mbak, cerita dari teman-teman juga begitu. ada yang awalnya masuk emang gak pake hijab tapi pas udah masuk pake hijab dilarang yang berakhir pada pemberhentian kerja. iya itu terjadi di indonesia.
saya juga sedih banget ketika ada orang yang menuding macam2 orang yang berjilbab, atau berjenggot (misalnya) dg tudingan macam2, padahal dia sendiri juga orang islam. kok bisa :(
ReplyDelete