Saya menanti-nanti kabar kelahirannya dan berharap semoga ibu dan bayinya sehat. Suatu hari datang kabar bahwa dia sudah melahirkan. MasyaAllah. Saya kaget. Namun kemudian kekagetan itu jadi kekhawatiran ketika teman yang membawa kabar tersebut mengemukakan bahwa dia melahirkan bayi-bayinya yang masih prematur. Bayi-bayi mungil itu masih harus berada di NICU.
Hari demi hari ibunya takputus berdo'a, diarynya yang ditulis sepenuh hati begitu mengharukan karena penuh do'a dan harapan.
Pada suatu malam kabar pecah bahwa salah satu anaknya meninggal. Sungguh, saya pernah mendengar psikolog berbicara bahwa puncak kesedihan seorang wanita adalah ketika buah hatinya berpulang lebih dulu dari dirinya. Saya dan teman-teman lain berharap agar anak lainnya kuat bertahan sampai akhir, dan semoga Allah memeluk teman kami itu. Kami tidak berani mengontak untuk memberikan ucapan duka cita atau bahkan hiburan karena khawatir dia akan bertambah sedih.
Anaknya yang masih berjuang sepertinya demikian tangguh, perkembangannya cukup membuat kami tersenyum ketika mengetahui anak itu sudah bisa di gendong si ibu dan ayahnya meskipun kemudian masih harus dirawat lagi, belum bisa dibawa pulang.
Suatu subuh, lagi-lagi hati kami patah karena kabar baru yang dibawa bahwa si mungil pejuang itupun juga telah tiada.
Innalillahi wa Inailaihi Roji'un. Allah menyayangi si mungil pejuang sehingga mengambil mereka ke sisiNya.
Dari personal chat dengan beberapa orang kawan lain saya tahu mereka menangis mengetahui kabar itu karena kami tahu bagaimana perjalanan panjang usaha dan harapan dari orang tuanya.
Ibu dari kawan lain berkata bahwa anak-anak itu insyaAllah akan menanti orang tuanya di surga, tidak mau masuk tanpa mereka. Akan berkumpul lagi dengan mereka nanti.
Sungguh saya bingung bagaimana kata-kata yang sesuai yang dapat membesarkan hati kawan saya itu, meskipun tidak mampu menambal luka hati namun setidaknya dia mengerti bahwa dia tidak bersedih sendirian.
Beberapa minggu setelahnya, ibu dari bayi-bayi gigih itu nampak sudah kembali ke dirinya yang biasa. Berjuang lagi, meniti harapan dan do'a kembali. Saya tidak tahu apa-apa yang ada dalam hatinya namun sungguh kawan saya itu kuat luar biasa.
Segala ujian menjadikan kita lebih kuat dari sebelumnya, pikiran yang lebih kuat, hati yang lebih kuat. Yang memang benar demikian meskipun dalam prakteknya tidak mudah. Namun saya tidak bisa tidak berkaca-kaca setiap membaca tulisan-tulisannya. Tulisan sendu penuh do'a dan harapan serta berusaha menguatkan dirinya akan segalanya yang terjadi.
Oh, mbak... kamu kuat sekali. Semoga Allah berikan segala apa yang terbaik untukmu dan keluargamu.
amiin ya robbal'alamiin
ReplyDeleteDuh mbak, baca cerita mbak ninda aja saya gak bisa untuk gak nangis...
ReplyDeleteSemoga Allah melimpahkan kebaikan dunia dan akhirat untuk teman mbak ninda tsb.. aamiin...
Aamiin.. Ya Allaahh tegar banget pastinya ya mba :(
ReplyDeleteSaya aja ndak bisa bayangkan waktu Ibuk dulu kehilangan anak yang pertama, ini malah dua yang butuh penantian panjang pula.. semoga selalu diberi kekuatan :')
p.s : kirimannya uda masuk mba, makasihh :)
I feel her, nin.
ReplyDeleteAkupun kehilangan anak pertama ku yang dilahirkan saat dia masih berusia 20minggu di dalam kandungan dan berpulang 1,5 jam kemudian.
Rasanya? Hampa.
Saat kembali ke ruang perawatan, dengan pasien2 lain dikunjungi Dan dibawakan bayinya oleh suster kamar bayi, sementara suster2 tersebut ga akan membawa bayi untuk aku susui. Airmata melelh aja gitu tanpa perlu kata.
beruntunglah dia punya banyak sahabat seperti kalian yang turut merasakan kesedihannya yang mendalam.. :)
ReplyDeleteDulu waktu saya kehilangan calon buah hati, sedihnya lamaaa banget. Setiap di support orang sedihnya malah bertambah. Jadi kalau ada yang mengalami hal Yang sama saya malah diem, paling cuma kasih pelukan :)
ReplyDeleteceritanya bikin air mata netes mba :(
ReplyDeletesalam kenal ya mba :)
Innalillahiwainnaillaihirodziun... bayi meninggal itu katanya atau memang benar.. akan membawa serta ke dua orang tuanya..
ReplyDeleteTapi tetap saja kehilangan anak itu rasanya sangat sedih, apalagi sudah lama mengharapkannya..
Dapat merasakan kedalaman duka dan sabarnya. Adik saya juga pernah mengalami hal serupa. Semoga tetap bisa tegar.
ReplyDeleteAku klo baca kbr gini jd nangis sendiri. Bayangin klo aku yg kehilang.... Aku punya adek, dia jg meninggal. Blm berwujud manusia sih, tp aku yakin dia ada dan bahagian di sana
ReplyDeletelebih kuat, dan menjadi lebih kuat.. tetap semangat :)
ReplyDeleteMbak, aku koq trenyuh ya baca ceritanya sampeyan... salam , peluk, dan doa bwt teman smpeyan itu ya mbak..
ReplyDelete