In real life, make sense nggak sih? Para lelaki yang ibadahnya rajin mau nggak sih memperistri perempuan yang sholatnya aja bolong-bolong? Yang nggak ada perubahan juga bahkan setelah sekian tahun pernikahan. hehe... mungkin memang ada sih yang seperti itu. Kan kita tidak bisa menilai kualitas iman seseorang dari sholat lima waktu aja. Kenapa? Ya soalnya itu wajib, memang harus dilakukan. Kalau ada plus plusnya ya baru poin penting, bukannya gitu?
Kalau saya sih enggak mau misal jadi si cowok, yang cantik dan insyaAllah sholehah banyak kok..
Ada yang sependapat sama saya nggak?
Sebaliknya, cewek juga milih kok. Pernah saya inget dulu kalau 'agak-agak' dicomblangin teman sama salah satu temen cowok dia yang nyari calon untuk segera menikah. Si teman saya ini ngerasa kalau saya bakalan bisa 'ngebawa' si cowok menjadi lebih baik dari segi ibadah. Karena si temen ini ngerasa ibadah saya rajin, sementara si cowok ini super berantakan.
Jadi? Ya pasti saya nolak sebelum bener-bener dicomblangin lah.
Karena dalam pernikahan, apalagi dalam hal ibadah, sekufu itu penting. Alias setara, nggak menutup faktor ibadah. Justru ini yang paling krusial, kalaupun ada gap-nya ya enggak jauh-jauh banget lah. Misal satunya rajin puasa sunnah, satunya puasa sunnah juga tapi jarang-jarang. Ini yang sunnah. Kalau wajib sih minimal harus dipenuhi semua, gimana atuhlah... namanya juga wajib sudah dewasa lho :)) Kalau dijalani khawatirnya bukannya dia yang malahan ngikut saya jadi lebih baik, tapi saya yang justru ikutan males. Gimana tiang rumah tangganya kalau hubungan sama Allahnya tidak bagus? Hmmm....
Dalam pernikahan, ibadah menurut saya adalah sesuatu yang nggak bisa ditawar-tawar, harus sama-sama kuat untuk saling menguatkan. Karena aspek pentingnya itu, landasan rumah tangga adalah hubungan yang baik dengan Allah, orang yang hubungannya baik dengan Allah tentunya hubungannya akan baik juga pada suami/istrinya. Karena Allah akan memperbaiki hubungan antarmanusia seseorang ketika dia memperbaiki hubungannya dengan Allah.
Satu-satunya novel fiksi yang membuat saya sependapat terkait ini adalah novelnya Adhitya Mulya 'Sabtu Bersama Bapak'. Pasangan harus sama-sama kuat untuk menjadi partner dan bisa saling menguatkan. Hehe kenapa bahasannya jadi dalem sih...
Kata temen saya, udah sih Nin ikutin aja ceritanya... baca buku ini mah susah kalau pake prinsip-prinsip Islam..
Yowes... :))))
Punya novel ini sudah lama, sudah pindah tangan juga... maksudnya sudah terjual hehe... Tapi pas iseng buka file saya ketemu quote-quote yang saya suka dalam buku ini, yang sayang banget kalau ilang. Jadi saya pindah ke blog posting biar nggak kelupaan dan bisa saya baca ulang bagian-bagian yang paling berkesan disini.
saya juga shalatnya jarang2 loh g tiap waktu, cuma 5 waktu doang
ReplyDeletekan jarang2 dari isya ke subuh lama waktunya
Novel metro pop yang cukup bagus. Sayangnya tokoh Alexandra yg cerdas dan cemerlang pd karirnya tapi berbanding terbalik pd kehidupan keluarganya bersama Benno yg berujung pd divorce diantara keduanya. (Bisa komen kyk gini hbs baca di google sinopsisnya) ~ divortiare
ReplyDeleteAku juga suka quotes nya. Kalo penokohannya ya emang gitu Kali gayanya. Hihihi
ReplyDeleteiyah. romantis itu...bisa timbul dari hal tak terduga
ReplyDeleteaku juga suka banget buku ini, semua bukunya Ika Natassa deh. Banyak quotes-quotes menarik yang bisa diresapi :D
ReplyDelete