Teman-teman mungkin bertanya-tanya apa alasannya saya mendadak pasang kawat gigi saat itu, padahal sebenarnya keputusan untuk memakai kawat gigi adalah hasil dari pertimbangan bertahun-tahun, tidak cuma keinginan insidental semata karena kawat gigi sedang beken pada masa itu. Well, nggak juga sih masih lebih beken sekarang mungkin ya.
Keinginan pakai kawat gigi pertama tercetus ketika saya masih SMA, waktu itu masih sekadar pengin merapikan gigi saya yang bertumpuk pada bagian taring setelah untuk kesekian kalinya kontrol gigi di tempat praktek kakak sepupu saya untuk cek gigi saya yang pernah berlubang dan pembersihan karang gigi. Orang jawa bilang bentuk gigi seperti yang saya miliki namanya gingsul.
Bentuk gigi yang bertumpuk atau pun tidak beraturan, perlu diketahui bahwa akan berdampak terhadap kesehatan gigi. Gigi yang tidak rapi harus rajin dibersihkan sebersih mungkin, tapi tetap saja tindakan yang kita lakukan sering tidak bisa optimal karena ada area yang tidak terjangkau alat kebersihan gigi yang kita pakai sehari-hari seperti misalnya sikat gigi atau benang gigi.
Mungkin sebagian orang menganggapnya sepele tapi saya sering mengalami sakit gigi hingga gigi berlubang pada periode waktu SMP hingga SMA karena efek dari gigi bertumpuk saya. Dan sesakit-sakitnya hati, kalau capek menangis masih bisa tidur dan kalau laper masih bisa makan. Tapi nggak demikian halnya dengan sakit gigi, ngantuk tapi nggak bisa tidur, laper tapi nggak bisa makan. Bawaannya galau melulu karena masukin makanan buat dikunyah juga sakit, ngomong banyak juga jatuhnya sakit, syukur-syukur kalau pipi nggak bengkak sebelah. Tapi karena saat itu belum di setujui orang tua maka saya melupakan keinginan tersebut.
Nah ketika kuliahlah mulai berasa perawatan gigi saya ini cukup lumayan untuk ukuran saya yang masih mahasiswa dan baru bisa mengumpulkan penghasilan sendiri melalui tulisan fiksi di beberapa majalah. Ada fasilitas pembersihan karang gigi di kampus dengan harga yang terjangkau, tapi masalahnya gigi saya nggak cukup hanya dibersihkan 6 bulan sekali. Kurang dari itu karang giginya sudah banyak, lagi-lagi pengaruh gigi bertumpuk dan ada satu gigi yang dulunya berlubang cukup parah sehingga mengunyah makanan juga sudah beda lagi.
Ketika sudah beneran capek, maka saya minta izin kepada tante saya yang merupakan tempat saya bertanya terhadap pertimbangan apapun karena tidak adanya si mami. Tante saya setuju, beliau juga mengemukakan ada titipan uang dari mami saya rahimahullah kepada tante untuk itu.
Masuk tahap ini, saya sudah beneran mantap dan sudah mencari tahu pandangan Islam mengenai kawat gigi ini. Jadi kalau ada yang bilang ini tandanya merubah ciptaan, sebenarnya nggak. Tergantung keperluannya itu sendiri. Kalau memang tujuannya untuk gegayaan, giginya sudah rapi tapi kurang puas di rapiin lagi untuk gaya atau apa maka sebaiknya jangan. Kecuali memang ada alasan-alasan kesehatan juga beserta itu. Sama seperti kalau gigi kita diganti gigi palsu emas atau perak, jika memang harus begitu ya tentu saja dibolehkan jika dengan pemasangan gigi palsu maka dapat membuat kita makan dan berbicara dengan lebih baik, tapi kalau gigi sengaja dicopot untuk pamer kalau gigi kita terbuat dari logam mulia atau berlian nah itu yang jangan.
Awalnya saya datang ke sebuah klinik gigi tidak jauh dari kos yang juga menyediakan fasilitas untuk pemasangan dan perawatan kawat gigi, saya disarankan untuk langsung ke spesialis orthodonti karena gigi saya memiliki beberapa masalah. Salah satunya ada letak gigi yang terbalik antara gigi taring dan gigi sebelahnya selain letak gigi yang bertumpuk. Gigi yang tidak rapi mempengaruhi kemampuan mengunyah, berbicara dengan jelas dan seperti masalah yang saya miliki pembersihan gigi yang sukar dilakukan menyebabkan karang cepat menumpuk atau gigi berlubang. Padahal saya rajin sikat gigi dan berkumur dengan mouthwash setelahnya.
Jadi itulah alasan saya untuk memasang kawat gigi waktu itu, berikut dengan alasan mengapa saya melakukan semua perawatan di dokter gigi spesialis orthodonti ini, bukan karena gegayaan atau apa tapi memang karena keperluan.
Mungkin sebagian dari kita berpikir untuk memasang kawat gigi juga tapi tidak siap dengan konsekuensi lamanya perawatan, komitmen kontrol dan juga tidak siap untuk memiliki gigi yang tidak utuh pada awal perawatan karena pencabutan gigi. Veneer gigi dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini, waktunya relatif lebih singkat dibanding kawat gigi dan tidak harus bolak-balik kontrol dalam jangka waktu lama.
Seorang teman baik saya - beda kepercayaan dengan saya - meminta saran untuk memperbaiki giginya karena tahu saya pernah menjadi 'behelita' dulunya karena dia orang yang malas kontrol sementara harus macet-macetan dulu sepulang kerja di ibukota. Saya bertanya kepada teman baik saya tersebut apa dalam agamanya ada larangan untuk mengikir gigi atau hal-hal yang berhubungan dengan kecantikan gigi? Dia menjawab tidak, maka saya bilang kalau mungkin dia bisa mempertimbangkan veneer gigi, untuk cek harga veneer dan klinik gigi yang nggak jauh dari tempat tinggalnya maka dia bisa browsing di Konsula.com. Situs yang di dalamnya memuat informasi klinik dan pelayanan kesehatan lengkap dengan dokternya, salah satunya dokter gigi. Kita bisa melihat harga untuk jenis pelayanan seperti pembersihan karang gigi, kawat gigi dan sebagainya . Untuk veneer gigi ini, biayanya mulai dari 500,000.
Veneer tidak saya rekomendasikan untuk teman-teman yang muslim, karena mungkin dalam prosesnya juga ada pengikiran gigi. Sementara kita tidak diperkenankan mengikir gigi. Untuk lebih lengkapnya mengenai veneer gigi ini bisa ditanya-tanya ke klinik gigi terdekat atau via Konsula.com. Karena bagaimanapun saya bukan pakar di bidang ini :)
Teman-teman punya pengalaman atau saran dalam perawatan kesehatan gigi? Sharing yuk :D
Aku mengalami namanya sakit gigi sudah entah berapakali merasa dunia ini suram ketika tau bahwa gigiku berlubang. Padahal, awalnya gak sakit, sikat gigi juga rajin. Eh, tau-tau berlubang.
ReplyDeleteApalagi merasakan sakit gigi itu adalah sebuah kegiatan yang membunuh 1/2 raga rasanya.
Tapi, alhamdulillah semenjak perawatan kemaren (ditimbal) sekarang sudah jarang merasakan sakit gigi lagi. Memang, ketika belum sakit, rasanya kok sepele. Tapi, pas udah sakit. baru deh, sibuk...
EH, kakak punya gigi Gingsul, ya? Kalo aku sih, menilai orang punya gigi gingsul punya senyum manis. Serius. Banyak aku punya temen seperti kakak giginya. Dan secara disengaja aku selalu ngeliatin senyum mereka. Ngademin.. :D
lah itulah heru... kakak juga rajin bener sikat gigi sehari bisa 3 kali, tapi karena gigi bertumpuk jadi kurang maksimal dibersihin sendiri.
DeleteAku punya dua gigi gingsul dan dua-duanya taring, sekarang sudah nggak ada lagi karena udah diratain. dan bener masalah seputar gigiku banyak berkurang setelah copot behel
Perawatan gigi yang kulakukan cuma tambal sulam dan scalling. Ah udah harus scalling lagi ini
ReplyDeleteaku baru denger tambal sulam ini, kalau tambal sih pernah
DeleteTernyata ada sisi positifnya ya pakai kawat gigi. Jujur gigiku dua geraham udah berlubang. Nyesel aja dulu waktu kecil abai terhadap kebersihan gigi.
ReplyDeletePerawatan gigi yang pernah kulakukan cuma tambal gigi dan sekali pernah bersihin karang gigi.
ReplyDeleteGigiku jg ga rata, ginsul juga. Tapi tetap cantik kok.ahahaha
ReplyDeleteLama kali gak kesini,mampir ya mbak kawan ngeblog dari tahun 2010.hehe
ReplyDeleteNin aku gingsul jadi suka ga kliatan gigi klo senyum, gigiku jg gede2 cem biji jagung
ReplyDeleteOya aku nanya dunk klo veneer di islam hukumnya apa nyin? *srius nanya