Seberapa lama kamu mampu bertahan memakainya meskipun banyak hal yang telah terjadi dan barangmu sudah tidak sama lagi dengan yang dulu.
Saya bisa pakai laptop dengan processor Intel Core 2 Duo dari jaman masih hits banget di pasaran karena masih jarang yang punya hingga saat ini yang pastilah sudah nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan Intel generasi 6 yang dikuasai oleh Intel Core i3/Intel Core i5/Intel Core i7 Processor. Apa sih pengaruh processor di laptop kita itu? Processor adalah bagian penting bagi laptop maupun PC, perannya yang penting selayaknya otak bagi tubuh kita. Processor yang menentukan performa dan kinerja sebuah laptop maupun PC, semakin modern dan baru processornya maka akan memberikan nilai tambah dan inovasi-inovasi berupa kinerja yang lebih bagus, performa yang tangguh meskipun tekanan kerja yang tinggi untuk multitasking tanpa error namun juga tetap efisien dan hemat energi. Siapa sih yang nggak suka laptopnya tetap tangguh tapi nggak cepet panas dan sebentar-sebentar harus dicolokin?
Iya begitulah, dulunya saya memang bisa selamanya menyukai barang yang saya miliki dan enggan melepaskan barang tersebut. Bawaan susah move on atau apa dari barang yang dimiliki dan jadi terlanjur sayang, saya mewarisi kebiasaan itu dari kedua orang tua yang keduanya bener-bener hoarder sejati. Suka sekali menyimpan barang meski dengan gaya penyimpanan yang berbeda.
Bakat menjadi hoarder
Ibu saya senang mengumpulkan dan menyimpan baju anak-anaknya dari kecil hingga besar, jadi waktu saya kuliah saya masih punya seragam SD, SMP dan SMA yang tersimpan dalam kondisi bagus terlipat rapi dan wangi di lemari besar rumah. Alasannya disimpen sampai sepupu atau tetangga ada yang membutuhkan karena sekitar rumah sedang nggak ada anak kecil waktu itu. Baru deh pas saya semester sekian di universitas dan adek saya nggak bisa pakai karena beda ukuran tubuh, terus pas ada saudara jauh yang tinggal nggak jauh dari rumah kakek nenek saya dengan usia SMP-SMA maka baju-baju itu menghilang satu per satu. Lemari jadi lebih longgar.
Ibu saya kayaknya sudah lama punya sifat tersebut, nggak bisa buang barang. Jadi dari SD sampek SMA, saya masih sering pakai baju-baju sekolah punya tante saya yang masih bagus disimpen oleh ibu saya dan blus-blus vintage punya beliau, sweater, rok dan lainnya. Memang sih waktu kuliah, saya sudah jarang banget pakai itu semua kecuali untuk special occasion, contoh event Malang Tempo Dulu dengan dress vintage yang didobel celana lagi karena pakai hijab dan seterusnya.
bukti nyata hoarder barang, baju lama salah satunya. Malang Tempo Doeloe, usia 19 tahun - JADI abaikan alay kambuhannya :p |
Bapak juga hoarder tingkat tinggi, jauh lebih parah dari ibu saya dan lebih berantakan. Maunya apa-apa disimpen nggak mau dibuang. Kalau saya buang barang yang bener-bener nggak penting dan beliau tahu, pasti diambil balik dan dimasukin lagi dalam rumah. Rumah saya jadi mirip gudang beneran setelah ibu meninggal karena nggak ada yang beresin tiap hari. Setiap saya atau adek pulang ke rumah untuk beberes, nggak sampek hitungan bulan kondisi rumah udah balik jadi gudang lagi. Begitu terus.
Belajar menyortir barang dan gadget hoarder
Dengan kedua orang tua yang hoarder banget begitu, nggak heran kalau saya memiliki bakat-bakat jadi hoarder juga. Meskipun di beberapa tahun terakhir ini, banyak hal yang merubah pikiran saya. Saya jauh lebih selektif soal barang-barang perabotan, buku dan pakaian. Saya mengenal konsep one in one out sebagai salah satu cara agar barang-barang yang kita pakai terus menebar kebermanfaatan.
Kecenderungan wanita untuk senang beli pakaian baru, merasa nggak punya baju padahal isi lemarinya menumpuk dan berakhir dengan yang dipakai toh itu-itu saja. Hidup tanpa buku yang terasa hampa, membuat setiap perjalanan ke toko buku berakhir dengan ke kasir dan membawa pulang beberapa judul buku hingga kamar saya penuh banget sama buku. Karena pindah kantor beberapa kali membuat saya menyadari pentingnya sering menyortir barang untuk menghindarkan saya dari overload bagasi puluhan kilo yang bayarnya bikin nahan napas.
Maka saya belajar menahan diri membeli baju baru atau harus melepaskan salah satu baju di lemari untuk didonasikan atau dijual preloved, Demikian juga dengan buku, saya menghindari penyimpanan buku terlalu lama, harus segera diputuskan apakah saya ingin membacanya ulang atau tidak. Jika ingin membaca ulang maka untuk berapa lama sebelum tidak ingin dibaca ulang? Jika tidak maka saya akan menyiapkannya untuk dijual atau dijadikan hadiah giveaway.
Sayangnya hal yang sama nggak berlaku untuk gadget.
Butuh waktu beberapa tahun buat saya untuk melepaskan ponsel yang sudah rusak, hingga chargernya hilang dan saya nggak memperoleh penggantinya karena ponsel itu edisi lama, masih program symbian. Saya tetap gadget hoarder karena masih menyimpan ponsel itu meskipun sudah tidak lagi berfungsi dan tidak bisa lagi dipakai. Dan butuh waktu yang nggak sebentar untuk melepaskan laptop yang saya pakai sekarang.
Why it's so hard to let you go?
Laptop yang saya miliki untuk kegiatan blogging adalah laptop jadul sebelum merk laptop sebanyak dan secanggih saat ini. Saya memilikinya ketika cerita fiksi yang saya tulis masuk penerbitan dan media cetak, dengan laptop itu juga saya mulai menjadi blogger konsisten dari yang sebelumnya angin-anginan bikin dan hapus blog setiap kali butuh curcol.
Iya, dengan laptop itu saya mulai memperlakukan blog ini sebagaimana memory keeper yang menyimpan segalanya dari awal hingga akhir, tidak hanya hal-hal yang penting dan berarti bagi saya namun apa saja yang saya pikirkan dan ingin sampaikan. Jika Dumbledore memiliki pensieve, maka saya memiliki blog ini untuk menampung semua cerita dan uneg-uneg saya. Jadi itulah mengapa saya bisa konsisten blogging selama ini, karena saya menulis segalanya. Tidak perlu terbebani minimal sekian karakter, harus nampak cerdas dan masuk akal dengan opini atau selalu romatis. Saya tetap menulis dan update blog meskipun hanya beberapa kalimat dalam satu posting, namun pastinya kalimat-kalimat itu mewakili dengan baik apa yang saya rasa danpikirkan.
Laptop milik saya itu meskipun belinya bukan yang paling mahal tapi waktu itu memiliki processor yang paling baru dan softwarenya asli semua, saya juga punya correl dan beberapa jenis program adobe yang semuanya asli berlisensi karena bantuan kakak sepupu yang memiliki semua installer berlisensinya.
Dengan laptop itu pula saya mulai belajar desain meskipun masih ala-ala banget. Saya belajar bikin wallpaper dengan gambar dari mouse, dengan susah payah karena belum tahu ada yang namanya mouse pen untuk menggambar dengan lebih layak. Saya juga belajar membuat header sendiri untuk blog saya, coding susah payah dengan tampilan blogger yang dulunya tidak seperti ini. Jauh lebih sulit kalau mau customize blog sendiri dan kita nggak bisa lihat tampilan previewnya sebelum benar-benar code-nya di apply.
Jadi sering banget saya begadang pas weekend cuma gara-gara galau pengin rubah template blog→ akhirnya gerak dengan ngerubah coba-coba →satu kode berhasil → apply kode lain→ lihat blog "lho ternyata ancur"→ balik ulang lagi dari awal sampek dapet tampilan yang cukup memuaskan.
Layout keseluruhan blog saya yang sekarang dan blog-blog lainnya juga berasal dari laptop jadul saya itu.
Dari laptop itu saya memulai segalanya, keseriusan menjadi blogger, tetap update apapun kondisinya sebagai memory keeper dan menyapa teman-teman yang dikenal di dunai blog, skill customize layout dan skill blogging lainnya hingga saat ini.
Laptop itu menua bersama saya dan menemani saya melewati berbagai stage of life. Fase menjadi mahasiswa biasa - laptop itu membantu saya mengakses internet gratis di kampus dan mengerjakan beragam tugas, mahasiswa butuh uang karena kesulitan finansial - laptop itu membantu saya untuk menulis proposal kerja, membantu saya memiliki pekerjaan lepas dari kegiatan blogging yang menghasilkan cukup untuk menyokong hidup di perantauan dan alhamdulillah tetap halal.
Laptop itu bersama saya ketika saya pontang-panting menyusun laporan magang dan skripsi karena ingin secepatnya lulus, melihat pengumuman lowongan dan apply lamaran kerja lagi, menghibur saya dengan akses ke blog untuk curhat dan list drama saat lagi-lagi saya gagal. Laptop itu membantu saya menyelesaikan tugas dan laporan akhir on the job training dan mengerjakan banyak hal di tahun-tahun pertama kerja, rela dibebani aplikasi yang berat untuk menyelesaikan banyak tanggung jawab saat saya tidak sedang berada dibalik meja dengan pc bahkan menemani saya di tahun pertama menjadi stay at home wife yang sampai sekarang juga masih konsisten blogging.
Jadi bagaimana mungkin saya bisa melepaskannya dengan mudah? Meskipun kemarin saat masih sebagai corporate worker, saya bisa membeli yang baru dengan performa yang lebih bagus.
Usianya yang terbatas, kondisinya yang memburuk
Beberapa tahun terakhir si laptop saya itu sudah sering banget rusak, beberapa kali juga masuk servis yang untungnya masih bisa sembuh dan dipakai lagi. Karena sayang barang, makanya saya nggak gampang ganti-ganti. Rusak-rusak ya berusaha dibenerin terus. Meskipun masih survive dengan perbaikan tapi makin lama makin lemot, nunggu loading buka aplikasi aja bikin saya galau, soalnya bisa bermenit-menit sendiri... kalau diusik langsunglah hang. Ya pasti beda antara langit dan bumi sama performa laptop ASUS terbaru yang saya lihat beberapa bulan lalu di pameran laptop di sebuah mall, laptopnya ASUS cepet banget meskipun kita pakai membuka beberapa aplikasi yang terhitung 'berat' bersamaan.
Tahun lalu, ketika sedang mengerjakan pekerjaan penting di luar kantor, laptop saya mendadak mati kemudian hidup sendiri. Beberapa kali itu terjadi dan setiap kali terjadi saya cuma bisa bengong karena hilangnya pekerjaan yang sudah susah payah saya kerjakan padahal meeting yang membahas soal pekerjaan itu sudah dekat.
"Udah sih beli laptop baru aja, kasian elunya udah kerja dua kali terus kan kalau kerjaan banyak terhambat ngaruh ke penilaian performa kali..." kata salah satu teman kantor saya pas tahu kalau saya nggak bisa bales email dia cepat-cepat karena laptop sedang bermasalah. Waktu itu saya bergeming karena mikirnya toh saya nggak selalu kerja pakai laptop ini, palingan buat blogging saja, kalau kerja masih ada PC yang performanya bagus di meja kantor saya lagian saya nggak tega banget membeli laptop baru untuk menggantikan laptop yang udah nemenin saya susah seneng sekian lama ini.
Berlebihan sih, tapi memang saya jadi merasa jahat karena memperlakukan laptop itu layaknya habis manis sepah dibuang. Jadi saya masih terus memakai laptop saya itu hingga beberapa minggu lalu saat kerusakannya sudah demikian memburuk dan semakin tidak tertolong. Saya mulai membackup data dan memindahkannya ke hardisk setiap kali menggunakannya dan berharap umurnya masih panjang.
Letting go
Beberapa hari lalu saya baru saja menyalakan laptop itu, dia menyala seperti biasa dengan perlahan. Memang terasa sekali beda performanya dengan pc kantor saya dulu yang cepat, laptop milik saya itu semakin lama terasa semakin lambat saja, apalagi jika digunakan untuk membuka aplikasi, lambat banget dan nggak jarang juga hang. Kali ini beda, laptop itu menyala perlahan sebelum akhirnya mati sendiri.
Dengan sabar saya menekan tombol power dan dia menyala sepersekian detik seperti biasa kemudian mengeluarkan bunyi seperti sirene dan plup! mati lagi, hal yang sama berulang beberapa kali meskipun saya sudah coba lagi dan lagi.
Saya menghela nafas. Kayaknya ini berarti saya harus melepaskan laptop itu dan serius mencari penggantinya.
Jatuh hati pada ASUSPRO P2430U
Beberapa minggu terakhir ini saya memakai laptop suami untuk menulis postingan di blog. Tidak terlalu nyaman menulis atau mengerjakan sesuatu menggunakan laptop yang bukan milik saya pribadi, tapi apa boleh buat karena saya juga tidak mungkin terus-terusan update blog dari ponsel dan seringkali saya memerlukan fitur editing dan aplikasi yang cepat dan tanpa hang karena keterbatasan waktu.
Namun solusi meminjam laptop suami juga tidak bisa terus menerus dilakukan karena dia juga tentu membutuhkan laptopnya untuk bekerja. Maka saya setidaknya harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk kalau laptop lama saya suatu saat sudah benar-benar tidak bisa digunakan lagi, what should I do? Pengganti yang bagaimana yang saya cari untuk menggantikan laptop yang sudah menemani saya lebih dari usia blog ini sendiri?
Saya jatuh hati pada ASUSPRO P2430U.
Mengapa ASUSPRO P2430U?
Sini saya bisikin:
Nggak muluk-muluk apa, Nin pengin ASUSPRO P2430U?
Menurut saya sama sekali enggak karena seperti yang sudah saya bilang bahwa saya bukan tipe orang yang begitu ada gadget hits baru langsung beli dan melupakan gadget lama selama gadget itu masih bisa dipakai dan terselamatkan dari kerusakan. Karena itu performanya harus mencukupi kebutuhan saya setidaknya selama minimal 5 tahun ke depan. Selama 5 tahun ke depan ini goals saya:
- Develop well blog-blog saya yang sudah saya miliki, rutin menulisi blog sendiri dan juga menghasilkan tulisan fiksi seperti awal mula kecintaan saya pada menulis itu sendiri.
- Mengembangkan skill desain grafis, mungkin mengambil kelas/kursus desain dan multimedia untuk meng-upgrade diri terkait coding dan customize blog serta website.
- Mengupgrade kemampuan video editing, bagaimana menghasilkan dukungan video yang mumpuni dan vlog yang baik dengan gambar yang bagus dengan tanpa terlalu banyak menunjukkan wajah dan suara.
- Meng-upgrade kemampuan menggambar manual dan lettering kemudian memprosesnya menjadi karya digital yang bisa digunakan di dunia maya seperti gambar cat air tapi bisa juga dicetak untuk mempercantik dinding rumah, jurnal dan lain sebagainya.
- Saya ingin kembali ke bidang dunia professional yang pernah saya jalani. Bekerja paruh waktu atau penuh waktu jika memungkinkan sesuai dengan bidang yang saya ambil di masa kuliah dan pengalaman kerja terakhir saya dan untuk itu tentu saya butuh aplikasi-aplikasi khusus yang membutuhkan processor cakep untuk menjalankannya tanpa hang dan menghambat kinerja.
Dan dari sisi looks? ASUSPRO P2430U di mata awam kita saja terlihat mempesona dengan penampilannya yang elegan, nampak kokoh tapi tetap tipis dan ringan dibawa kemanapun jika harus bekerja secara mobile.
ASUSPRO P2430U layaknya seseorang dengan rupa menarik ketika kita melihatnya sekilas pandang dan ketika kita mencoba berkenalan, berinteraksi dan mengenalnya lebih dekat dengan fitur-fitur canggih yang berada di dalamnya ternyata dia jauh... jauh... lebih menarik daripada apa yang kita sangka dari sekilas pandang tadi.
Makanya bukan tanpa alasan lho saya meletakkan banyak bunga-bunga mawar di gambar ASUSPRO P2430U, ya karena produk ASUS yang satu ini mengingatkan saya pada pola penggambaran karakter yang memiliki rupa dan kepribadian menarik dalam komik-komik cewek atau serial cantik yang dulu sering saya baca, karakter yang seperti ini pasti digambarkan mempesona dengan bunga-bunga mawar disekelilingnya. Menarik, tapi juga kokoh seperti dada-dada bidang yang setiap kali para cewek lihat mereka jadi pengen menyandarkan segala kelelahan dan keluhan di dada bidang itu :D
*eh.
Tapi bener itu yang saya pikirkan ketika pertama kali melihat ASUSPRO P2430U.
Jadi, seberapa jatuh cinta pada ASUSPRO P2430U?
Cukup jatuh cinta untuk berharap dia akan menjadi soulmate saya dalam bekerja dan meraih mimpi saya, menjadi sahabat saya hingga bertahun-tahun yang akan datang. Tidak cukup hanya 5 tahun, bahkan lebih dari itu kalau perlu. Karena seperti dasaran sifat susah move on saya pada barang kesayangan, saya akan mempertahankan ASUSPRO P2430U jika bersedia datang kepada saya untuk tetap bersama saya tanpa menyerah pada kerusakan-kerusakan yang dideritanya di masa depan.
:)
Aku jg dulu hoarder, sejak nikah, punya anak dan berasa barang makin banyak, segala yg ga mau aku pake langsung masukin ke plastik hitam, buang ke tukang sampah. Hahahaha.
ReplyDeleteTapi kalo leptop mah dijual aja, mayan dapet beberapa ratus buat nambahin beli leptop baru
kalau rusak parah kayaknya nggak ada yang mau juga deh mbak tapinya :(
DeleteKaka, kenangan itu memang untuk dikenang bukan ditimbun ;)
ReplyDeletesusah kak, bawaannya susah move on :')
DeleteUpgrade laptop itu penting per 2 tahun sekali. Kalo ada uangnya. Hahahaha
ReplyDeleteaku kalau dalam waktu sependek itu laptopnya insyaAllah masih oke2 aja mbak haha pasti susah move on parah. belum malesnya lagi cari app buat laptop baru dan kayak ketemu orang baru gitu deh, menyesuaikan diri dari awal
DeleteASUS emang keren, kualitasnya nomor 1, mesinya bandel dan awet, gak ragu deh milih ASUS
ReplyDeleteah saya anggap ini do'a ya bang :)
DeleteSejak tamat kuliah, mulai gampang banget ngerelain milik sendiri
ReplyDeletemulai gamang banget untuk nggak begitu sayang pada suatu milik
Karena di dunia ini gak ada yang bener-bener milik kita, right siss?
#Hazek #Dalem
bijak :D #QUOTEbyAUL2017
DeleteP.S.
ReplyDeleteKalau ada rezeki lebih, aku mau dong dibeliin laptop itu jugaaaa
Pwiiss?
#Mainin Jari ala Ekspresi Agnes di film minions
hahaha yaampun ngomong2 despicable me bakal ada sequelnya lagi lho
DeleteNinda bkin iri dech. Profesional bget mnrtku. Pngen kyak kamu.
ReplyDeleteNgomong2 Asuz, aku pake asuz, baik smartphone dn laptop. Suka sm merk tersb. Smg dmudahkn rejeki biar bs beli dn dtuggu karya2 kreatifnya 😊
aduh professional gimana sih wen, lah dirumah aja gini :)
Deleteaamiin, makasih wen
Aduh aku banget nih hoarder, mikirnya "simpen aja dulu sapa tau butuh ntar," ujung2nya numpuk hiks..
ReplyDeleteaku pun juga gitu cyin dulu, sekarang kadang juga kumat...tapiiii berusaha dihilangkan rasa sayang barang. dibeli kan buat dipake dan dimanfaatkan bukan buat dianggurin :D
DeleteAku juga ada bakat hoarder mba, kertas ulangan jaman SMP masih banyak banget waktu kuliah. Trs beberes akhirnya dilepasin deh.
ReplyDeleteBtw suka deh sama gaya nulisnya walaupun buat lomba blog, anti mainstream banget laah. Hihi. Itu laptop jd keliatan feminim ya mbak :P Good luck!
whaaat dari SMP? draft skripsiku yang banyakbanget aja udah aku jual Luuu
Deletealhamdulillah kalau suka :) aamiin insyaAllah
Hahaha samaaa x)) aku juga terlalu sentimental sama barang huhu. Semoga dapet laptop baru ya Nin ^^ Aamiin, aamiin, aamiin.
ReplyDeleteah tos kita :D aamiin insyaAllah Hani, sudah berusaha... sisanya tinggal perkenanan Allah :)
DeleteEaaaa, semoga kita sama2 menang yaaa 😆
ReplyDeleteaamiin :)
DeleteAku juga hoarder, tapi ada suatu waktu pas sumpek banget liat barang numpuk, langsung tak buang-buangin semua gak pake mikir lama.. kadang yang masih bisa dipakai juga ikut disingkirkan,, ntar habis dibuang terus nyesel, haha.
ReplyDeleteAku juga pengen laptop Asus, gak punya laptop T.T
aku juga kadang gitu sih mer hahaha kalabil, kakak2 labil :D
Deletenext ikutan dong
Wah iyaa, aku juga suka numpuk barang meski kadang sudah nggak bisa dipakai, mau dibuang kok sayang hehehe. Harus mulai nyortir2 nih.
ReplyDeleteBtw good luck lombanya ya :)
makasih kak lian :)
Deletelaptop asus bagus, nin. asal telaten ngerawatnya, hehe. aku pakai tiap hari juga, moga awet terus. hhihi
ReplyDeleteAku paling sayang sama Mac aku yg udh bareng" dari 2011 hehe
ReplyDeleteAkuuu juga suka nimbun... Suami, nggak sih tp tiap aku mau move on dengan mulai lepas beberapa barang malah bisa jadi pemberat dengan komentar 'beneran nih... Gak eman' beuuuuh...
ReplyDeleteAkuh nungguin fiksi kamu tauk nyin.,,eng pokoknya tulisan yang mellow yellow kayak ranndom tough yang dulu suka baca2 ituuu
ReplyDelete