Saya menelan ludah mendengarnya. Apapun yang dia rasakan tentunya sulit. Beberapa saat kemudian, nggak lama perawat datang dengan membawa brankar dan bersama-sama mereka menggotong tubuh orang itu ke atas brankar dan diikuti anggota keluarga orang tersebut. Keluhannya tidak berhenti, gumam kesakitannya masih terus bisa saya dengar sampai dia berlalu dari ruang tunggu.
Mendadak saya jerih.
Kesehatan fisik ini sementara, bagaimana dia bisa menjalankan fungsinya dengan optimal pun juga nggak selamanya. Bagaimana jika sewaktu-waktu fungsi optimalnya harus mengalami penurunan dan diambil satu per satu?
We all made mistakes and sins, hanya berbeda saja jenisnya satu sama lain. Sebagaimana manusia yang terlahir suci kemudian banyak hal-hal dalam perjalanan yang mengotori hatinya, berbohong dan melakukan pembenaran-pembenaran, mengambil hak orang lain, menyakiti hati orang lain, mungkin kita tidak lepas dari hal-hal itu.
Tapi paling tidak, setidaknya kita masih ingat untuk punya rasa malu dan tidak menyebarluaskan dengan dalih pembenaran apalagi membanggakan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.
Ya kan?
Atau cuma saya aja yang mikir begitu, berhubung isi media sosial penuh dengan orang yang bangga dengan menjadi 'bandel', 'nakal' dan menganggap orang-orang yang memiliki jalan hidup sesuai rule karena kuat menggenggam prinsip justru orang-orang yang munafik.
Malah menurut saya sih nggak begitu. Memiliki moral, menjadi orang-orang yang baik dan santun adalah bagian dari norma dan yang paling penting diatur dalam agama kita juga. Bukan karena sok suci atau apa, we all made mistakes kok.
Terus juga suka rada aneh sih, ini mungkin jalan hidupnya masih pada lancar-lancar aja ya, gimana kalau dikasih rasa sakit, gimana kalau dikasih ujian psikis. Ngeluhnya mau kemana? Ngaduhnya ke siapa selain ke Allah?
"Badan-badan gue serah gue mau gue apain pun, mulut-mulut gue serah gue lah mau ngomong kotor 24 jam juga,"
Apa yang terjadi ketika segala yang kita banggakan itu, saat sedang berfungsi dengan baik tidak digunakan untuk hal-hal baik namun dengan bangga menggunakannya untuk hal-hal kurang baik?Lantas bagaimanai setelah sampai pada masa ketika pemilik sejatinya - Allah mengambilnya kembali dari kita? Dan siapa yang bisa menjamin kalau waktunya masih akan lama?
"Udah deh gue ini nakal dan berdosa seabreg elu tuh sok suci apa emang suci sih?"
Ya kalau tahu berdosa kenapa masih bangga sih? Punya malu lah setidaknya untuk nggak dengan bangga menyebarkan dan memamerkan itu dengan bangga. Lagian yakin mau menanggung semua dosa dan kesalahannya berikut dengan orang-orang yang mengikuti jejak mereka? Yakin nggak takut sama pertanggungjawaban di hari akhir.
Duh jangankan masuk neraka, anggota tubuh kena luka bakar dikit, pun pasti sudah nangis-nangis parah.
Apa jadinya ketika pemilik sejati dari semua anggota tubuh dan organ kita ini kesal karena kita menggunakannya tidak dalam hal-hal yang baik kemudian menurunkan kesehatannya bahkan mengambilnya kembali? Jasad kita milik Allah, kitalah peminjam, bukan pemilik yang sebenarnya.
Apa jadinya video bagus tanpa pikiran yang mampu merancang konsep?
Dan apa jadinya blog ini jika Allah tidak lagi mengizinkan jari-jari saya untuk mampu menyusun alfabet menjadi rangkaian kata?
Iyah nind.. Yaudah biarin yaa hihiii... Mungkin nggak ada kerjaan lain org2 itu 😅
ReplyDeleteMba kayanya kok kita sering sepemikiran yah diem2 hoho. Aku jg akhir2 ini mikir kayak gini jd sekarang berusaha nulis yg bnr2 bisa bawa amal jariyah ketika dipertanggung jawabkan :")
ReplyDeletesemua demi viral... dengan viral dapet uang... gitu.. :(
ReplyDeletePrinsip hidupnya aja suka suka guwe mbak, mana pernah mikir sejauh itu. Pokoknya asal saya senang aja, hehhe
ReplyDeletesemoga kita bukan termasuk golongan orang orang yang merugi ya mba ^^
ReplyDeleteyah mungkin sesutau yang salah dilakukan berulang-ulang dan akhirnya menjadi kebiasaan ya, nin. orang-orang jadi males menegur karena hal itu sdh mjd kebiasaan, walaupun dalam arti negatif dan banyak generasi muda yang terbawa arus dan ikut meniru. kalau yang salah orang terdekat sih saya masih berani menegur, tapi kalau orang yg jauh bahkan yang nggak saya kenal yah mungkin baiknya didoakan aja dari jauh biar dapat hidayah.
ReplyDeletehari ini, yang menjaga diri malah dilabeli sok suci ya mbak :(
ReplyDeleteLha masak iya mau sok najis -_-
kemarin temenku posting status fb begini kira2: Jika orang bangga dengan mulut kotornya, terus kalau Allah ambil kembali itu mulut mau apa?
ReplyDeletekayaknya relate sama postingan ini ya...
dan sejauh dalam pergaulan sekarang, memang skrg mulai banyak orang malu mengaku baik karena takut tidak diterima di pergaulan. Lalu kadang ada yang menyelipkan cerita bohong tentang "pernah nakal" agar diterima.
Hemmm... nakal kok bangga!
Ya sih, meski kita juga tidak boleh merasa yang paling baik, tapi setidaknya jangan begitu
kalo aku dibilang sok suci, aku jawab "jangan sok nakal deh" :D
ReplyDeletedan orang beralasan: gue sih ga munafik..
ReplyDeleteyah, gak munafik pan gak mesti dengan mengumbar aib sendiri ya.. kok malah bangga.
jadi inget omongan temen yang mengutip dalil: kalo aib udah ditutup sama Alloh, ya nggak usah dibuka.
Sekarang ini kalau nggak bisa dikasih tau paling nggak ya gak kasih panggung aja sih. Karena itu kan yang memang mereka cari, tanpa mikir untung rugi dan manfaat buat orang lain. Kok orang lain, buat mereka sendiri paling juga gak dipikirin.
ReplyDeleteYupp...jaman sekarang, kita yang dah mendewasa kadang suka geleng2 liat generasi z ya gen y juga ada sih beberapa yang coba mendobrag norma biar dikira keren, paling males klo liat seleb2 ig kontroversi yang menuhankan kelakuannya yang ga pantas, tapi tutup mata tutup hati berasa ga punya pengaruh buruk padahal banyak anak2 usia labil yang bakal nyontek gaya mereka, akoooo geregetan
ReplyDelete