Mengapa kunjungan ke coffee shop selalu menarik?
Hampir setiap kesana kita akan bertemu dengan orang-orang yang berbeda. Berapa banyak populasi manusia di sebuah kota dan seberapapun mereka biasanya lebih memilih tempat lain untuk dikunjungi pada waktu, hari dan kesempatan yang lain. Saya yang bisanya termasuk cukup mudah mengingat wajah orang, menyadari bahwa saya selalu bertemu dengan pengunjung yang berbeda setiap kali berada di coffee shop.
Suatu kali nenek-nenek dan cucunya yang masih balita.
Kali lain seorang guru sekolah swasta yang sedang sibuk memeriksa hasil ujian murid-muridnya dalam lembar-lembar kerja yang berada setumpuk di hadapannya.
Kali lain lagi, sepasang laki-laki dan perempuan yang duduk satu meja seperti sudah saling mengenal namun tidak ada pembicaraan bahkan tidak ada gestur keakraban.
Barangkali mereka baru saja bertemu setelah perkenalan yang dirancang oleh teman mereka atau berkenalan melalui media sosial. dulu orang menyebutnya kopdar alias kopi darat.
Obrolan yang awkward terdengar dari meja belakang punggung saya antara dua orang yang baru bertemu setelah beberapa waktu saling mengenal melalui aplikasi chat messenger dan penghuni meja lain adalah sepasang kekasih yang tidak saling bicara satu sama lain karena sedang bertengkar.
Pekerja paruh waktu yang baru masuk di coffee shop yang masih cenderung kikuk melayani pesanan minuman dan menghadapi pelanggan. Barista yang memperhatikan pengunjung tetap yang selalu memesan varian minuman yang sama, ukuran yang sama dan tambahan yang sama.
Bagaimana bisa tidak menyukai segala sesuatu dalam coffee shop?
Ketika setiap kali mengunjunginya selalu ada cerita baru yang tersaji di depan matamu. Yang bakal lama bisa diamati, disimpulkan tanpa buru-buru tidak seperti ketika halnya kita mampir makan disebuah resto atau rumah makan dimana orang-orang yang datang cenderung terburu-buru. Makan dan pulang, sedikit berbincang.
Dalam coffee shop, kita memiliki banyak jeda untuk melihat dan mendengar, memperhatikan orang-orang yang hampir selalu berbeda. Cerita yang berbeda dan pandanganmu yang terus menerus berubah karena banyak hal maka karena sudut pandangmu sudah berbeda itu meskipun sebenarnya tengah menyaksikan cerita yang hampir sama, kamu akan tetap menangkap kesan yang beda dengan sebelumnya.
And I do enjoy it, I love the chronicles I got there.
ihiii dan kita pasti punya coffeeshop andalan. buatku sbux deket kos di sabtu pagi,,,adalah milikku ahahaha.
ReplyDeleteCoffee shop, erm... Dulu pernah nongkrong di salah satu coffee shop di Matos, Malang kan jaman aku (((jaman akuuu))) belum banyak coffe shop, jadi beneran gak terlalu banyak kenangan dengan coffee shop, tapi yang aku inget... coffee shop bisa jadi satu tempat untuk mbuat cerpen... Hihihi
ReplyDeleteNg...korelasinya coffee shop dan kebisuan alias komunikasi yang tak serenyah obrolan biasanya, aihhhh memang ya, kedai kopi dan kebanyakan para pesinggahnya kadang mampir dengan wajah yang berbeda tiap harinya
ReplyDeleteBtw ngapa aku ikutan puitis gini yak hihi
Sukaaa kalimat2 yang model percikan2, gumamam hati, ramdom though dllmu nyiin
Aku klo kopi kopian suka yang ada cone nya banyakkkan