Akhir-akhir ini sering banget saya ngelihat papan reklame yang isinya kalau life goals adalah hobi yang menjadi pekerjaan. Orang bilang, it's everyone's goals, semua orang juga pengin kayak gitu.
Well kalau boleh mengakui, saya dulu juga pernah mikir kayak gitu. Kalau kita bakalan terus seneng dan ngerasa nggak kayak kerja karena bekerja disesuatu yang menjadi hobi atau passion kita.
Sekarang sih enggak, saya pikir sesuka apapun kita kepada sebuah pekerjaan, selama itu ada ukuran nilai dan berhubungan dengan uang pasti peluang stressnya juga besar.
Memang nggak sebesar kalau kita melakukan pekerjaan di bidang yang nggak kita sukai sih, tapi tetep aja ada peluang stress ketika kita sudah punya patokan materi dengan apa yang kita lakukan.
Beneran saya ngerasa begitu sih sejauh ini. Saya punya beberapa kenalan yang cenderung mementingkan passion, merasa nggak cocok ditaruh di suatu tempat karena merasa tempat itu nggak cocok sama passion mereka, nggak sesuai dan ujung-ujungnya kerjanya nggak maksimal, males-malesan and whatsoever.
Sementara saya sendiri bisa dibilang jenis orang yang 'gampangan' dan ngerasa kalau bisa-bisa aja ditaruh dimanapun dan tetep bisa passionate, kerjaan itu bisa saya temukan sisi menariknya asalkan nggak bertentangan dengan prinsip-prinsip pokok yang saya pegang dalam hidup. Saya menyukai pekerjaan saya ketika masih menjadi pekerja korporasi, tapi tetap saja saya nggak bisa terhindar dari stress dan isi pikiran yang entah kenapa jadi berantakan pada waktu-waktu tertentu.
Karena itu juga saya nggak bisa berhenti blogging, blogging seperti pelarian ideal dari segala hal yang saya alami setiap hari, nggak cuma soal perkerjaan tapi juga soal emosi personal. Sesuatu yang bikin pikiran saya lebih bisa berdamai dengan kesulitan. Memang tidak menyelesaikan permasalahan, tapi blogging punya nilai tertentu yang paling tidak membuat saya bertahan.
Beberapa teman sampek heran karena saya pulang malem, kadang masih ngantor pas weekend tapi bisa rajin nulisin blog. Padahal ini nggak ada hubungannya dengan unsur kerajinan, cuma saya aja yang ngerasa lebih bisa nyaman dengan diri sendiri dan keadaan dengan menulis. Sesuatu yang mungkin nggak semua orang rasakan. Yah setiap orang kan punya rasa nyaman berbeda-beda pada suatu hal yang sedang kita lakukan.
Ada yang menikmati traveling seperti beberapa teman dekat yang saya kenal, ada yang cukup dengan blogging, buku sedih nggak jelas dan kopi kayak saya.
Meskipun kita jatuh cinta pada sebuah pekerjaan, kita nggak bisa nggak mengakui kalau kita juga nggak bisa nggak stress dengan pekerjaan itu.
Sekarang ini ketika pekerjaan yang saya punya berhubungan erat dengan dunia tulis menulis, meskipun masih mencintai menulis sekuat sebelum kegiatan itu bisa dihargai dengan uang, saya merasa ada waktu-waktu dimana saya stress dan jenuh. Di saat seperti itu, ngelus-ngelusin jurnal menjadi relaxing. Merobek washitape, menempel sticker dan membubuhkan stempel jadi suatu hal yang menyenangkan hingga memenuhi feeds saya di instagram @listeninda.
Saya menemukan jeda dengan jurnaling, menulis apa aja yang saya lakukan hari itu dan menulis brain dump juga.
I found that it's comforting.
Dan akhirnya semua keperluan 'mainan' itu bikin saya nggak bisa berhenti beli tiap bulannya.
Addicting.
Dan saya jadi ngerasa setelah journaling, rasanya dunia saja jadi seimbang aja, ngerasa ada penyegaran. Kalau ngerasa capek nulis ya 'main' sama jurnal, atau bareng cat air kalau lagi lebih longgar dan nggak ogah rempong.
Keputusan saya untuk menjual journaling and mailart supply adalah sesuatu yang menjadi pertanyaan beberapa teman yang mengenal saya. Yang bisa saya jawab cuma ya karena saya senang melakukannya. Senang membeli 'barang dagangan' dan menyiapkan paket untuk pembeli dengan hias-hias amplopnya. Kalaupun semisal memang nggak ada yang minat sama yang saya jual ya kan saya sendiri juga pakai saban hari, jadi bisa dipakai sendiri buat bikin hati seneng atau buat feeds instagram berhubung saya orangnya nggak demen foto-foto dan selfie. Itu aja yang saya pikirin sih :)
Dan sejauh ini alhamdulillah sudah hias-hias beberapa amplop, buat orang lain mungkin kayak yang... apaan sih selotip aja dijualin paling untungnya berapa. What can I say? Saya hiasin amplop paketan buat pembeli aja udah seneng sebenernya :))))
Jadiii apa kesimpulan dari curhatan ini?
If you like journaling or scrapbooking like me and needs some supply, please kindly check my instagram account @listeninda ;)
Thank youuu.
*ujung-ujungnya promosi.
Aku juga pernah dapat pertanyaan, kok masih sempat ngeblog, bukannya capek kerja? Yah ... Ini soal hati menurutku. Kalo merasa nyaman, pasti tetap kita lakukan, bukan? ^^
ReplyDeleteWkwkwkwk emang knp kalo ujung2nya promosi. Boleh2 aja kok
ReplyDeleteSaya juga dahulu kala berfikir seperti itu, jika kita memiliki pekerjaan yang juga adalah menjadi hobi kegemaran kita pasti sangat mengasikkan. Tapi kenyataannya juga stess datang tanda di undang. Solusinya ya jangan stress. hehehee
ReplyDeleteKalau aku, dulu sempet ngobrol dengan seorang teman mungkin memang yang diingini semua orang adalah hobi yang jadi pekerjaan. Tetapi tetap harus jaga agar akhirnya membuat hobi itu menjadi beban tersendiri hingga akhirnya nggak lagi menarik. Kalo hobinya wes g menarik dirinya sendiri, lebih repot lagi... Mau pelarian kemana lagi hehehe
ReplyDeletehihihi... aku pengen jurnaling dari dulu mbak, tapi gak ahli berseni, jadi datar aja gitu. otak kiri lebih dominan
ReplyDeleteini juga lagi menyesuaikan niat buat jurnaling dan menggunakan otak kanan, hahaha. makanya berencana beli washitape di samean, tapi nabung dulu sek, ehehehe