Yang kemudian saya jawab dengan, "Nggak salah ke Jakarta buat liburan? Kan disana adanya cuma mall-mall aja, macet pula... aku rasa Jakarta bukan tempat liburan yang pas. Mending kalau mau ketemuan kita janjian di kota lain aja yang lebih adem, seger dan banyak pemandangan bagusnya."
Memang waktu itu saya menganggap Jakarta nggak pernah menarik bagi saya. Dalam sebuah kunjungan wisata yang saya ikuti ketika kelas 2 SMA dulu, rasa-rasanya yang banyak adalah tempat bersejarah sesuai dengan sejarah panjang Jakarta sebagai pelabuhan besar yang menjadi titik temu perdagangan serta sebagai ibu kota negara kita.
Kemudian taman-taman hiburan seperti Dunia Fantasi, Sea World, TMII. Sebagai megapolitan serta pusat-pusat perbelanjaan mulai murah meriah grosiran sampai ke brand-brand menengah keatas yang sepertinya ada di saban ruas jalan tapi kesemuanya selalu rame juga sama pengunjung.
Paling tidak kita kudu pernah berkunjung ke Jakarta minimal sekali dalam hidup, memang bener sih... Tapi kalau buat tempat liburan kayaknya saya nggak gitu tertarik sih, kecuali kalau memang butuh belanja-belanja karena memang semuanya ada dan lengkap.
Saya nggak pernah sedikitpun kebayang kalau bertahun-tahun setelah percakapan itu saya bakalan rindu pada Jakarta. Selama ini saya pikir orang yang memang berasal dari sana saja yang selalu pengin kembali. Karena ya... tahu kan kita akan selalu memiliki alasan untuk merindukan kampung halaman. I mean whom supposed to miss a crowded, traffic stuck and so many ignorant people who will steal your cab without thinking twice and they don't even bother to say sorry or thank you because they're in hurry or that kind of words? Please dong.
Baca juga: DALAM KERLIP LAMPU DAN CATATAN LAMA DI KEPALA
Mengapa ternyata ada potongan hati saya yang tertinggal disana?
Saya rasa karena Jakarta adalah titik balik saya. Titik balik saya tentang hidup. Di Jakarta perjuangan tidak lagi sama, masih tetap tentang perjuangan tetapi terasa jauh lebih longgar. Saya bertemu orang-orang yang baik, dan teman-teman yang baik yang paling tidak saya bisa percaya bahwa apa yang mereka ucapkan sebagian besar memang mewakili isi hatinya. Kesan yang tidak mudah dilupakan, dengan riwayat hubungan pertemanan saya yang beberapa diantaranya bikin saya trauma.
Jakarta sepertinya mengawali masa peralihan saya untuk masuk ke dalam usia dewasa yang sesungguhnya, bukan tentang apapun yang telah saya alami lantas membuat saya merasa dipaksa untuk langsung dewasa. Tapi disinilah ketika fase dewasa dan kemandirian yang tanpa kekhawatiran hidup semacam apa yang harus saya lalui besok, benar-benar dimulai.
Jakarta juga tentang hubungan saya dengan perasaan. Pada tiap rute transjakarta, tiap halte, tiap-tiap wajah-wajah penumpang yang tidak pernah saya ingat lagi, tiap-tiap space kesendirian adalah waktu yang saya jalani untuk mengelola setiap jengkal perasaan. Tentang pandangan, pola pikir yang berubah dan tentang keputusan besar. Semuanya adalah tentang itu.
Saya ingin kembali ke Jakarta, bukan lagi untuk hidup di denyutan jantungnya tapi untuk mengunjungi diri saya di masa lalu, saya yang dulu.
Sulit dipercaya bahwa bertahun-tahun setelah obrolan setelah kelulusan itu saya pengin dan merencanakan untuk liburan di Jakarta. Lagipula setelah sempat tinggal cukup lama di Jakarta, pandangan saya juga berubah sih. Jakarta bukan hanya tentang wisata gedung beton dan pusat perbelanjaan tapi juga masih banyak kok spot-spot tempat wisata bernuansa alam yang bisa kita kunjungi. Contohnya? Baca juga info wisata Jakarta di Blog Traveloka disini deh.
Jelasnya kali ini nggak bisa seenaknya sendiri, karena mesti sama suami yang jadwal sehari-harinya sibuk berat itu. Harus benar-benar bikin rencana kapan kapan tepatnya rutinitasnya cukup longgar untuk bisa ambil cuti. Bisa dipastikan kami kudu planning dan merencanakan dari jauh-jauh hari bahkan berbulan-bulan sebelum benar-benar eksekusi.
Yang pasti kami menghindari bepergian saat musim liburan, soalnya males kalau dimanapun tempat yang kita datangi membludak oleh lautan manusia dan pastinya juga rusuh. Nggak dapet kan suasana liburannya... -.-
Ada alasan lain juga sih, biaya yang lebih rendah untuk transportasi dan akomodasi. Pada saat bukan musim liburan, harga tiket pesawat dan tariff hotel relatif rendah daripada ketika musim liburan. Begitu hasil pengamatan ala-ala yang saya simpulkan sendiri, sepanjang nongkrongin website-website biro perjalanan di internet serta aplikasi Traveloka di ponsel yang sudah sejak 3 tahun lalu saya jadi pengguna setia. Meskipun kenyataannya sudah lumayan lama punya, tapi jadi jarang banget dipakai sejak saya berubah status jadi pekerja rumahan. Kalaupun dipakai, bukan tiket pesawat juga yang dibeli karena perginya nggak jauh-jauh amat.
Selama ini setiap mau bepergian dan berencana mau menginap, saya selalu survey harga transportasi dan hotel dari jauh-jauh hari. Setelah mutusin mau pakai pesawat apa dan penerbangan jam berapa, booking dan bayar baru deh saya survey hotel berikut harganya sampai ketemu yang bener-bener pas kemudian baru booking.
Jadi antara cek harga tiket pesawat dan hotel biasanya saya lakukan secara terpisah. Tiket ya tiket aja, fokus sampai ketemu affordable price dengan meskapai yang cocok di hati. Hotel ya hotel aja pokoknya nyari yang tempatnya nggak susah dicari, lingkungannya nggak deket dengan area-area 'special' yang saya hindari dan reviewnya bagus selain harga yang relatif terjangkau. Syukur-syukur ada hotel berbintang bagus yang lagi promo nurunin tariff.
Dengan proses setiap mau bepergian yang selalu rempong kayak gini, belum lagi sama segala galau-galaunya... saya jadi butuh waktu lama sih untuk fix booking dan bayar.
Makanya seneng banget sama fitur baru Traveloka flight + hotel ini, bisa bikin saya arrange perjalanan lebih cepat dan efisien. Bonus lebih murah karena ada potongan harga khusus up to 25% dari total harga, tuh lumayan banget kalau kita booking pesawat dan hotel dengan fitur ini ya :)
Selisih harga buat potongannya nggak main-main, mulai 120,000 dan itu yang paling murah buat rencana menginap selama 3 malam di Jakarta pada bulan Desember yang sudah saya cek harganya. Ada juga yang bisa dapat potongan harga 500,000 bahkan 1juta. Menurut saya sih cukup besar potongan harga segitu. Saya seneng aja karena budget buat transportasi dan akomodasi masih sisa banya. Bisa dong dipakai fancy dinner bareng suami, beli oleh-oleh, tabungan buat agenda jalan-jalan berikutnya, cicipin banyak kuliner Jakarta yang belakangan ini lagi hits buat di review diblog juga *teteup* ;)
Teman-teman yang mau traveling dan mencoba fitur ini nggak perlu takut kalau Traveloka hanya bekerjasama dengan hotel-hotel bagus dan premium. Semua pilihan penginapan dari yang range murah banget sampai ke yang pricey menurut kita, bisa kita temukan dan tinggal pilih sesuai kebutuhan dan budget perjalanan masing-masing. Melalui menu sort result disebelah kiri layar bisa mempermudah kita untuk memilih hotel dan penginapan berdasarkan tingkat kepopuleran, review yang bagus, dari rate harga tertinggi dan dari rate harga terendah.
Untuk teman-teman yang paling males booking-booking hotel karena suka dimintain nomor kartu kredit untuk jaminan padahal kitanya bukan pengguna kartu kredit, pesan via Traveloka bakalan a lot of easier deh. Karena kita bisa langsung bayar dengan berbagai pilihan pembayaran. Kartu kredit bisa, transfer bank bisa, ATM bisa, internet banking juga Alfamart dan Indomaret terdekat. Gampang kan?
Terutama bayar via Alfamart dan Indomaret itu, termasuk metode pembayaran yang sedang banyak diminati oleh para pengguna bank tanpa akses transaksi online. Istimewanya kedua cara bayar ini adalah kemudahan menemukan cabang terdekat dari minimarket seringkali jauh lebih mudah ketimbang menemukan ATM terdekat dan cabang Bank terdekat untuk transfer.
Punya kerinduan besar pada suatu tempat dan merencanakan untuk mengunjungi tempat itu di jadwal liburan yang berikutnya seperti saya? Coba dulu deh cek harga paket tiket pesawat dan hotel melalui fitur flight + hotel Traveloka.
Harga bisa langsung dibandingkan untuk memperkirakan budget yang berhasil kita hemat loh :) Semakin banyak yang bisa dihemat dari situ, makin longgar alokasi dana buat agenda lain yang kita atur selama traveling atau untuk dana cadangan.
Masih sisa juga dari alokasi maksimal yang kita rencanakan sepanjang waktu perjalanan?
Itu artinya saat yang tepat untuk online shopping ;)
#ehh
tulisan yang dalem Nin. ngga nyangka ya, sebuah kota yang ganas layaknya Jakarta dan Bekasi bagiku bisa menjadi sangat berarti
ReplyDeleteHuehueeee. Ih samaan kak wkwkwk.
ReplyDeleteHati aku juga ada yg tertinggal di Lombok, di Sumbawa......
tempat2 jauh itu, padahal juga ga ada sodara di sana. Padahal waktu kunjungan kesan juga susah susah payah sama segala fasiltas. Tapi disitulah dipertemukan dengan orang2 baik, kepanjangan tangan Allah :)
Pun dengan Jakarta. Saya mah punya pikiran (ketika lagi di sana), 'ga aah gue tinggal di Jakarta. Panasnya gila, macetnya bikin emosi astaghfirullah....'
Tapi mengingat apa aja yg udah aku lakuin di sana.....rasanya ada secuil dai hidupku yang berharga terjadi di Jakarta, heheh.
Nind, jadi rindu sama Jakarta juga ya :D
ReplyDeletehmm klo Jakarta juga menyimpan kenangan masa muda duluu, mencari nafkah di Jakarta. Interview kerjaaaaa.... meski macet tapi ya gitulah. Ada kenangan tersendiri, cieeee :)
kamu baik2 dan sehat2 kaaaan^^
kemana pun liburannya, beli tiketnya selalu di Traveloka
ReplyDeletelalu sudah selesai kangen2annya sama kota ini, bu? :-D
aku dulu juga seperti itu kak, dulu waktu nikahan di Lampung, semua aplikasi aku jabanin untuk dapetin harga paling murah dan paling bagus.. tapi emang aplikasi traveloka ini yg paling aku suka diantara aplikasi lainnya, karna harganya jujur!
ReplyDeletehidupp trapelokah! *berasa di endorse*
wkwkwk
Emang betuul, pesen hotel lebih murah by traveloka dibanding pesen langsung, udah aku buktikan lho...
ReplyDelete